Setelah Zahra melakukan perbincangan bersama dengan Pak Jon, mereka langsung pergi untuk mengevakuasi para korban. Aku tak tahu persisnya seperti apa. Namun, kata Zahra, kejadian itu benar-benar tragis.
Tak jarang dirinya mengangkut manusia-manusia yang mati dalam keadaan gosong. Bau anyelir berhamburan di mana-mana. Meski begitu, bagian yang aku sukai adalah, Zahra sama sekali tak mengeluh untuk mengevakuasi para korban.
Tak jarang, dia juga mendengar jerit tangis orang-orang yang mengadu kepadanya, sekadar melepaskan kekecewaan kepada dunia yang terus saja memberikan gambaran kesakitan untuk mereka.
Sementara itu, di bagian yang lainnya, Kakakku lebih memilih untuk berjalan dengan para warga. Dia ikut membantu donasi dan menyalurkan aspirasi masyarakat kepada pemerintah.
Selang beberapa hari kemudian, tugas Zahra untuk mengevakuasi korban selesai, dia hendak pulang ke rumahnya sendiri. Namun, suasana kala itu mencekam. Zahra bilang, dia sempat menolong korban pemerkosaan.
Oh ya, satu hal yang harus kalian ketahui, Zahra pulang bersama dengan orang lembaga bantuan hukum, jadi, bisa dipastikan dia dalam keadaan aman. Hanya saja, ketika mereka kembali pulang, keduanya sama-sama melihat seorang perempuan yang berada dalam genggaman orang-orang bejat.
"Pak Jon, lihat perempuan itu, kita harus menyelamatkannya," bisik Zahra ketika berada di mobil bersama dengan Pak Jon.
Pak Jon seketika menoleh, dia langsung menganggukkan kepala setelah melihat perempuan di sana.
"Kamu tunggu sini saja, biar saya yang keluar," balasnya pelan.
"Tidak, Pak. Saya juga ikut, Bapak bisa mengatasi lelaki itu. Dan untuk yang perempuan, biar saya yang mengatasinya," Zahra menolak permintaan orang itu.
"Tapi-"
Brak!
Zahra lebih dulu ke luar mobil, tapi, dia tidak pergi dengan tangan kosong. Sedangkan Pak Jon, Beliau langsung menahan kepergian Zahra.
"Tunggu sebentar, Zahra. Saya minta, kamu berhati-hati," ucapnya pelan. Gadis itu menganggukkan kepala, lalu pergi begitu saja. Setelah itu, Pak Jon membuka pintu dengan pelan.
Untung saja keduanya berada dalam jarak yang cukup jauh, sehingga, Pak Jon memanfaatkannya untuk mengambil foto lelaki yang memperkosa wanita itu. Dia memotretnya dengan jeli dan detail sebagai dokumentasi. Sesudahnya, dia langsung pergi menyusul Zahra.
Buk!
Zahra lebih dulu menghujamkan tinjuan ke kepala dan rahang lelaki itu.
"Rasakan itu, dasar lelaki berhidung belang! Brengsek!" pekik Zahra, ia mendorong tubuhnya, lalu memukulinya dengan sebuah kayu yang tergeletak di jalanan.
Yah, suasana kala itu memang mencekam. Tak jarang asap pembakaran bertebaran di mana-mana, dimulai dari kobaran api karena pembakaran ban, kayu, karet, dan apa pun itu yang dapat membuat api menyala. Lalu dengan situasi Zahra yang berada dalam dekapan kekacauan.
Pak Jon yang menyusul dari belakang, langsung ikut andil tuk menghajar lelaki yang berani memperkosa seorang perempuan tak berdosa.
Pukulan dan tinjuan saling beradu, dan hal itu menjadi hal wajar yang ketiganya lakukan di lapangan. Awalnya, lelaki itu memang kalah. Namun, tak lama kemudian, tiga orang yang diduga Zahra sebagai teman-temannya, datang, dan langsung membantu temannya.
"Ck! Sialan! Kita harus pergi, Zahra!" pekik Pak Jon dengan berani. Zahra menghembuskan napas panjang, lagi-lagi kemarahannya bertambah.