Rakhalila

Galih Aditya Mulyadi
Chapter #3

Hadiah Dari Papa

Jemarinya mengetik touch demi touch keyboard komputer. Pria itu mengetik namanya di sebuah kolom, Raka Wijaya, kemudian ia melanjutkan dengan mengetik beberapa angka di kolom nomor peserta tes di bawah kolom namanya.

ENTER

"Selamat, anda diterima menjadi mahasiswa Universitas Lampung di Fakultas Pertanian jurusan Teknologi Hasil Pertanian, selamat bergabung!"

Raka menenggelamkan wajahnya di atas meja, kedua tangannya menggenggam erat bagian belakang kepalanya, sikapnya pagi itu seolah ia mendapat berita buruk.

"Kenapa harus diterima, sih?" ratapnya.

Raka diterima di jurusan kuliah yang tidak ia inginkan, kabar yang seharusnya baik ini menjadi buruk bagi pria itu. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, Raka menoleh dengan wajah kusutnya, ia dapati kedua orang tuanya yang menatapnya penuh harap.

"Kamu diterima?" tanya papanya.

Raka mengangguk.

Papanya menghela napas lega, begitupun mamanya, mereka menatap Raka dengan sorot mata kebanggaan pada anak sulungnya itu.

"Syukurlah, Papa pikir kamu nggak akan diterima," papanya menghampiri Raka, mengusap-usap kepalanya, untuk hari ini, ia merasa bangga pada anaknya tersebut.

"Sudah mama bilang, Raka itu cerdas, lihat saja nilai rapot dia dari dulu, selamat ya, Nak!" mamanya mencium pipi Raka.

"Ya, ya, ya, Raka sekarang jadi Mahasiswa Pertanian, seperti mau Papa!" Raka memandang papanya yang masih sumringah karena tahap pertama rencananya berhasil.

"Papa punya hadiah atas keberhasilanmu!"

"Hadiah?" Raka tampak bingung.

"Lihat aja besok!" timpal mamanya.

Raka bingung, pagi itu, Raka dibuat penasaran oleh kedua orang tuanya setelah kabar mencengangkan yang ia terima.

"Ya sudah, Papa berangkat kerja dulu, selamat sekali lagi!"

"Iya, Pa, terima kasih," Raka meraih tangan ayahnya, menciumnya.

Tak lama kemudian, papa dan mamanya meninggalkan kamarnya, meninggalkan ia sendiri yang justru sama sekali tidak bahagia karena diterima di salah satu fakultas favorit di Universitas Lampung tersebut. Raka jatuhkan tubuhnya ke kasurnya, ia sadar, mulai esok dan seterusnya, kehidupannya akan berubah.

"Gue mahasiswa pertanian sekarang! Are you kidding,me, God? Me on Agriculture Faculty?" protesnya pada Tuhan dalam hati.

Ponselnya berbunyi, ia segera meraihnya, nomor Vero tampak di layar ponsel.

"Halo,Ver?"

"Raka? Gimana, lo diterima?"

"Sialan, gue diterima!"

"Wah? Kok sialan? Selamat,ya?"

"Ah, shit! Ver, lo kayak nggak tahu gue aja!"

"Hahaha, sorry, ya setidaknya masa depan lo udah jelas, lo hebat bisa keterima di Universitas Lampung!"

"Nah, lo sendiri gimana?"

"Gue nggak diterima, Ka! Sialan!"    

"Andai nasib kita ditukar, lo yang diterima gue yang nggak diterima!"

"Hahaha, syukuri aja, Ka! Semuanya rencana Tuhan!"

"Well, Ver, apa rencana lo sekarang?"

"Gue mau daftar swasta, Ka! Ya di Bandung juga, tahun depan gue coba masuk Unpad lagi."

"Lo nggak pulang ke Lampung dulu?"

"Nanti deh, gue pulang kalau semua urusan udah kelar."

"Oke, Ver, good luck, bro!"

Tak lama setelah itu, sebuah pesan masuk di ponselnya.

From Gita:

Lihat selengkapnya