Rakhalila

Galih Aditya Mulyadi
Chapter #6

Akhir kisah cinta yang tak terungkap

Seseorang berwajah oriental , tersenyum ramah pada Gita, Raka dan tiga orang temannya yang baru datang ke kafenya dari balik pintu kaca. John, pemilik Sudut Malam. Kafe di pusat Kota Metro itu berseberangan dengan alun-alun Kota, lokasinya strategis dan mudah di akses, hanya menyebrang jalan protokol satu kali dari alun-alun kota, maka sampailah di pelataran kafe ini. Salah satu kafe favorit anak muda di kota ini untuk sekedar berkumpul sembari ngopi dan menonton live music.

Kafe sangat ramai bila malam minggu seperti ini, untungnya Gita sudah membooking tempat untuknya dan teman-temannya satu hari sebelum malam ini. Gita memilih outdoor daripada indoor. Dekat panggung kecil yang selalu disiapkan John untuk pertunjukan akustik.

"Tabik pun, Raka, Gita?" John menyapa mereka, ramah seperti biasa dengan salah khas Lampung.

"Ya, pun, John!" Raka menyalami John lebih dahulu, disusul oleh Gita. Sementara ketiga teman lainnya Gita yang terdiri dari Alice, Helen, dan Sisi hanya tersenyum pada John.

"Hebat juga Raka bisa kencan sama empat cewek malam ini ," canda John

"Bisa aja, lo! Kebetulan, mama- mama mereka nitip mereka buat gue ajak jalan-jalan malam ini," Raka membalas dengan canda, suasana menjadi cair sejenak.

"Thank's, ya, John, udah nyiapin tempat buat gue dan teman-teman!" ujar Gita

"Ya kan, sebelumnya lo udah booking, nggak mungkin lah, gue ngecewain pelanggan setia kayak lo, Git!"

"Emangnya kenapa sih, harus outdoor? Kayaknya masih ada meja kosong di dalam?" tanya Raka pada Gita.

"Lho, bukannya Gita..," hampir saja John membocorkan kejutan untuk Raka, sebelum Gita memberi kode pada John lewat kedipan matanya.

"Gita kenapa?" Raka mulai curiga

"Aku suka aja kalau outdoor, bisa lihat alun-alun dari sini, lagian temen-temen juga lebih enjoy di luar, bisa liat live perform juga! By the way, John, yang perform malam ini band mana?" Gita menetralisir keadaan.

"Oh, ada band temen-temen gue yang perform! Pasti kalian suka!"

"Oke, sekarang boleh pesan nggak, nih?" pinta Gita

"Oh my God! Sorry, sorry, selalu asyik kalau ketemu lo dan Raka, Git, Hahaha!" John segera memanggil waiters nya, tidak lama kemudian John pamit kepada Raka, Gita dan teman-tamannya. Begitulah, John, owner favorit setiap pelanggannya, ramah dan murah senyum, tidak heran, kafenya selalu ramai, terlebih akhir pekan seperti malam ini.

***

Bluberry Peach Float, Hot Choclate, Strawberry Juice, dua buah kopi hitam asli Lampung sudah terhidang di meja. Tak ketinggalan Potato Frice dan pisang bakar coklat dan keju tersedia sebagai kudapan. Raka, Gita dan teman-temannya menikmati suasana santai itu sembari diiringi penampilan band  jazz lokal yang sedang perform di panggung.

"Eh, gue suka lho lagu mereka, sering denger di radio lagunya!" ujar Alice sembari sesekali menyenandungkan lagu berjudul yang dibawakan band itu.

Semua pengunjung kafe masih tampak menikmati penampilan band tersebut malam itu, mengehentikan sejenak obrolan mereka. Tak terkecuali meja Raka dan Gita. Mereka berdua tampak bersamaan menyeruput kopi hitam favorit mereka. Mereka sama-sama penggemar kopi.

"Hobi banget sama kopi? Nggak takut nanti nggak bisa tidur?" tanya Sisi.

"          Iya, tuh! The coffee couple ini tiap kesini pasti pesan Kopi Lampung!" timpal Helen.

Raka dan Gita tersenyum.

"Kopi Lampung itu beda sama kopi yang lain!" ujar Gita

"Beda dimana? Kopi dimana-mana sama aja! Hitam dan pekat, masih enakan cokelat panas gue!" Helen tak mau kalah.

Lihat selengkapnya