Rakhalila

Galih Aditya Mulyadi
Chapter #9

Kapan Kamu Lulus, Raka?

Tepat pukul sepuluh malam saat mobil Raka melaju di jalanan senggang Kota Metro. Setelah seharian di perpustakaan daerah Kota Metro yang mempertemukannya kembali dengan Khalila, Raka berkumpul dengan teman-temannya sekretariat Forum Bahasa dan Sastra di bilangan Metro Selatan, sebuah organisasi perkumpulan penulis atau calon penulis dan siapapun yang memiliki minat di bidang sastra untuk mengembangkan bakatnya.

Di tempat itu, Raka merasa nyaman, ia bertemu dengan orang-orang yang memiliki kesepahaman ide, hobi dan pemikiran yang sama dengannya. Hal yang membuat Raka betah berlama-lama di tempat dimana sudah dua tahun belakangan ini ia menjadi anggota aktifnya.

Kini Raka dalam perjalanan pulang, menuju ke rumah yang entah mengapa satu tahun belakangan ini dirasanya sudah tidak nyaman lagi. Sebabnya, tentu saja karena ia dan papanya yang selalu berdebat tentang kuliah. Papanya selalu mudah marah bila menyangkut hal-hal tentang kuliah Raka yang tidak beres, antara lain: IPK Raka yang tidak sampai 3,00, nilai C, D apalagi E di transkip Raka, mengulang mata kuliah tertentu karena tidak adanya semester pendek, dan di tahun ke empat ini Raka belum juga sampai pada tahap penelitian untuk skripsi, hal-hal krusial dalam kuliah itu yang selalu membuat papanya gusar pada Raka. Papanya melihat Raka tidak ada usaha untuk memperbaiki kuliahnya, yang papanya lihat, Raka hanya pergi keluyuran tidak jelas dan membuang-buang waktunya tidak berguna. Jelas saja Raka tidak terima dengan tuduhan papanya tersebut. Ia bukan keluyuran tidak jelas, ia tidak melakukan kegiatan negatif, ia memperjuangkan passionnya agar kelak ia bisa membuktikan kepada papanya bahwa,

"Inilah Raka, pa!"

"Raka seniman, pa! Raka penulis! Ini pilihan Raka!"

Jeritan-jeritan hatinya itu seakan mengiringi perjalanan pulangnya.Berputar-putar di kepalanya, seandainya papanya tahu bahwa Raka ingin membanggakan papanya dengan caranya sendiri, dengan sebuah jalan yang ia pilih sendiri.

"Buktikan , Raka! Buktikan!" Raka semakin bertekad.

***

Dua puluh menit Raka di perjalanan, sampailah ia di rumahnya. Letih mulai terasa menggerogoti tubuhnya, Raka berjalan menuju kamarnya.

"Dari mana kamu? Pergi seharian, baru pulang jam segini!" suara papanya terdengar membentak. Papanya baru saja selesai dari ruang shalat.

"Hari ini Raka nulis seharian, menyelesaikan novel Raka, Pa." ujar Raka tanpa memandang papanya

Lihat selengkapnya