Rama's Story : Gita Chapter 4 - Flight 411

Cancan Ramadhan
Chapter #9

Chapter 8 - Kecemasan Rama

Beep..! Beep !

Suara notifikasi kecil terdengar dari telepon yang di pegang si Botak. Dan si Botak pun mengangkatnya.

“Heru..!” seru seseorang di ujung telepon. “Kenapa kamu melewatkan jadwal laporanmu ? Apa semuanya baik-baik saja ?”

“Heru sudah mati !” tukas si Botak. “Pesawat ini dalam kendali kami..!”

Suara di ujung telepon hening sesaat, lalu kemudian terdengar suara.

“Siapa ini ? Identifikasi dirimu !”

“Tidak perlu tahu namaku !” bentak si Botak. “Kamu hanya perlu tahu bahwa Pesawat Cendrawasih Air dengan nomor penerbangan 411 dalam kendali kami.. Kami adalah The Paradise..!”

Seketika gumaman beberapa penumpang yang ketakutan mulai mengeras, semua mengetahui bagaimana sepak terjang The Paradise yang merupakan gerombolan teroris paling meresahkan dalam beberapa bulan terakhir.

“Apa yang kalian inginkan ?” tanya suara di ujung telepon.

“Ok dengar baik-baik..” jawab si Botak. “Kami mau pimpinan kami, Alex di bebaskan.. Kalian cukup melepaskan dia di depan penjara.. anak buah kami akan menjemputnya..”

“Itu tidak mungkin terjadi..” tukas suara di ujung telepon. “Kami tidak punya wewenang membebaskan dia..”

Si Botak memberi kode pada si brewok untuk mengambil satu penumpang. Dan si brewok mengambil orang yang gendut tadi, lalu membawanya di depan si Botak.

“Siapa namamu ?” tanya si Botak.

“Bu..Bu..Burhan..” jawab si Gendut.

Si botak lalu menodongkan pistolnya ke kepala si gendut.

“Katakan pada orang sok tahu di telepon ini..” bentak si Botak. “Katakan padanya apa yang aku lakukan saat ini..?!”

Si Botak mengarahkan telepon itu ke si Gendut. Si Gendut berkeringat dingin karena ketakutan.

“Dia.. dia menodongkan pistolnya padaku..” jawab si Gendut pada telepon di hadapannya. “Tolong saya.. saya tidak mau mati..”

Si Botak lalu mendekatkan telepon lagi ke mulutnya, “Sekarang kami beri waktu satu jam.. Jika dalam rentang waktu tersebut tidak ada pembebasan bos kami maka aku akan menembak 1 penumpang dan begitu seterusnya.. dan darah para penumpang menjadi tanggung jawabmu !”

Suara di ujung telepon belum sempat menjawab tapi si botak sudah menutup teleponnya. Si Brewok mengembalikan si gendut ke kursinya, sementara si botak berjalan menuju kokpit dan memasukinya.

Gita memejamkan matanya, dia berusaha fokus untuk mencari jalan bagaimana melumpuhkan para teroris, tanpa membuat jatuh korban jiwa. Setelah beberapa saat, dia lalu menoleh ke belakang, mencari seseorang. 

“Kamu gila, Gita..” gumamnya sendiri. “Tapi aku tidak mau mati konyol, ga lucu sama sekali..”

*****

Shinjuku, Tokyo.

Rama masih berbincang dengan Yuki di bungalow yang ada di belakang Hotel, ketika kemudian Yuki menerima telepon, wajahnya sedikit tegang sambil sesekali melirik Rama. Setelah itu dia mengangguk angguk kemudian menutup teleponnya.

“Tadi anda bilang pacar anda udah pulang ?” tanyanya pada Rama.

Lihat selengkapnya