Rama's Story : Gita Chapter 4 - Flight 411

Cancan Ramadhan
Chapter #10

Chapter 9 - Rencana Rahasia The Paradise

“Pesawat ini seperti berputar – putar di satu area..” gumam Gita. 

Tidak lama kemudian pramugari berambut cepak yang merupakan salah satu teroris, mendatangi kabin dan berbicara pada semua penumpang.

“Pasang sabuk pengaman kalian semua..” serunya. “Kita akan masuk wilayah dengan turbulence yang besar..”

Dan benar saja, tidak lama kemudian terjadi guncangan di dalam pesawat. Setelah beberapa saat guncangan berhenti dan Gita merasakan tekanan pesawat berubah. Dia langsung melihat ke arah jendela. Hamparan laut berwarna biru terbentang di bawahnya. 

“Pesawat ini akan turun..” gumamnya. “Tapi aku tidak bisa melihat daratan dari jendela ini..”

Gita merasakan tekanan pesawat semakin turun, telinganya mulai berdenging dan pendengarannya terasa buruk. Sekali lagi dia melihat keluar dan kini terlihat sebuah pulau kecil. Di pulau itu terlihat sebuah landasan buatan.

“Apa pesawat ini akan turun ?” tanya cowok alay di sebelah Gita. “Dimana kita akan mendarat ? Hong Kong ?”

Gita menggeleng, “Sepertinya kita di bawa ke sarang mereka.”

Setelah beberapa saat kini Gita bisa melihat semakin jelas pulau yang menjadi tujuan karena ketinggian pesawat juga turun dan mulai mendekati permukaan.

“Ini gila..” cetusnya. “Landasan pacu nya sangat pendek untuk ukuran pesawat ini. Kita bisa menabrak ujung landasan buatan itu..”

Kini para penumpang mulai gelisah bahkan para teroris sudah duduk semua dan menggunakan sabuk pengaman. Pesawat pun semakin rendah, hati Gita berdegup kencang karena dia tidak yakin dengan tempat pesawat itu mendarat. 

Sesaat kemudian roda pesawat mulai menyentuh tanah dan guncangan kembali terjadi, Gita memejamkan matanya dan menaruh kedua tangannya ke punggung kursi depannya, seolah menahan agar tubuhnya tidak terpental. 

Pesawat Airbus itu terus melaju, walaupun semua penggerak dorongan balik sudah berfungsi maksimal untuk menghentikan lajunya. Dan kemudian sebuah jarring pengaman yang membentang di kedua ujung sisi landasan mulai menyentuh hidung pesawat dan membuat jarring itu seperti ikut tertarik laju pesawat. Namun kemudian pesawat pun mulai melambat dan akhirnya berhenti persis di ujung landasan pacu.

Si pramugari berambut cepak langsung berdiri dan memberitahu kawanan teroris yang ada di kabin.

“Sepuluh menit waktu kita untuk mengosongkan pesawat… cepat bergerak sekarang !”

“Semua keluar teratur ! jangan ada dorong mendorong !” bentak para teroris.

Semua penumpang mulai berdiri dan dengan ragu-ragu berjalan ke arah pintu keluar pesawat. Diluar pesawat sudah banyak orang – orang bersenjata yang menunggu di bawah. Mata mereka rata-rata sipit dan berkulit sawo matang. Semua penumpang turun dengan rasa cemas dan takut. Mereka di kumpulkan sekitar sepuluh meter dari tangga pintu. Gita bisa mendengar dialek dan logat dari orang-orang bersenjata yang ada di daratan itu. 

Tidak lama kemudian Hendrik turun sambil membawa sebuah kotak yang di lapisi logam, dia berbicara dengan salah seorang gerombolan bersenjata itu yang sepertinya adalah pimpinannya. Kemudian pimpinan gerombolan itu menunjuk ke sebuah arah yang berlawanan dengan posisi pesawat. Gita mencoba memicingkan matanya, dia bisa melihat ada sebuah pesawat yang di tutupi daun-daunan untuk kamuflase.

“Hai.. kamu tidak apa-apa kan ?”

Suara seseorang membuat Gita menoleh, dia melihat Raymond sudah berdiri di sebelahnya. Raymond terlihat sok jagoan dengan menatap tajam gerombolan bersenjata yang ada di sekitar mereka.

“Tenang saja..” katanya pada Gita. “Kamu pasti aman, aku akan melindungimu”

Gita tidak menjawab, dia tampak memperhatikan keadaan di sekitarnya. Setelah itu si teroris brewok dan beberapa gerombolan bersenjata yang bermata sipit memberikan kode agar semuanya berjalan berurutan masuk ke dalam hutan di pulau kecil itu. Karena yang di lalui hanya jalan setapak, maka para penumpang itu jalan berurutan. Gita mencoba mendekati salah satu pramugari yang berambut sebahu. Wajahnya cukup pucat karena resah dan takut.

“Hei namamu Yuli kan ?” tanya Gita sambil melihat nametag di seragam pramugari itu.

Pramugari bernama Yuli itu mengangguk, “Kamu yang tadi memeriksa kondisi kapten kan ?”

Gita mengangguk, “Apa kamu tahu seluk beluk pesawat yang kita tumpangi tadi ?”

Lihat selengkapnya