Jakarta – Indonesia
Seorang laki-laki berusia sekitar lima puluh tahunan tampak berjalan tergesa. Wajahnya terlihat bijak namun tergurat rasa cemas. Dia adalah Hartono Suryalaksana, ayah Joanna sekaligus Menteri Luar Negeri. Hartono tampak di kawal beberapa pengawal pribadi, mereka semua berjalan di sebuah koridor gedung berlantai tiga yang cukup bersih. Lalu tidak lama kemudian rombongan itu masuk ke sebuah ruangan di lantai tiga.
Di dalam ruangan sudah ada Komandan Arif yang merupakan Kepala Polisi Divisi Kriminal Khusus dan juga ada Ira yang merupakan partner Gita, lalu ada Yohan yang merupakan Komandan Datasemen khusus anti teroris yang menangkap Alex, serta ada Andrew yang merupakan satu dari Pandawa Lima, yang juga sebagai Interpol.
“Sore Pak..” sapa Komandan Arif.
“Iya sore..” jawab Hartono. “Bagaimana perkembangan situasinya ? Apa anak saya baik-baik saja..?”
“Mohon bersabar pak..” lanjut Komandan Arif. “Kami saat ini kehilangan kontak dengan Pesawat Cendrawasih Air dengan nomor penerbangan 411 itu. Kami menerima ancaman teroris itu beberapa jam yang lalu dan meminta agar kita membebaskan Alex. Para teroris itu mengancam akan membunuh satu orang setiap satu jam, dan mereka sudah membunuh pilot Cendrawasih Air..”
“Sudah ada berapa korban ? Dari penumpang apa ada yang di eksekusi ?” tanya Hartono dengan cemas.
“Kami belum tahu pak. Karena kami tidak ada bocoran informasi dan juga tidak ada komunikasi lagi dengan mereka.” jawab Komandan Arif. “Tapi kami akan lakukan misi penyelamatan begitu kami mengetahui posisi mereka.”
“Ini tidak cukup..” tukas Hartono. “Akan ada pertemuan tingkat tinggi Negara Asia beberapa hari lagi. Dan hanya dalam rentang waktu seminggu terjadi dua pembajakan, satu milik maskapai Thailand, dan satu lagi milik kita..”
“Menurut anda ini berhubungan dengan rencana kerja sama anda dengan Thailand untuk membantu menumpas Red Spider ?” tanya Komandan Arif.
Hartono mengangguk, “Saya rasa begitu, pemerintah Thailand di tekan mengenai hal ini, namun mereka menolak bernegosiasi dengan para pemberontak separatis seperti Red Spider..”
Hartono lalu menatap Komandan Arif, “Apa anda sudah bicara dengan Alex ? Tentang apa yang dia rencanakan sebenarnya ?”
“Dia tutup mulut sejauh ini..” jawab Komandan Arif. “Tapi kami menemukan beberapa rancangan rencana gila Alex.. Mungkin Yohan yang akan menjelaskan pada Bapak..”
Yohan lalu melangkah ke Meja dan membuka sebuah gulungan kertas yang cukup besar, dia menunjukkan beberapa gambar di kertas itu pada Hartono.
“Ini saya temukan saat menangkap Alex di Blitar beberapa waktu yang lalu..” katanya.
“Gambar apa itu ?” tanya Hartono.
“Ini sketsa rancangan Bom kimia.” jawab Yohan. “sangat terstruktur dengan daya ledak kuat yang bisa menghancurkan sepuluh blok sekaligus..”
“Maksud kamu, mereka membawa bom ini di pesawat yang mereka bajak ?”
“Saya kurang tahu pak, tapi saya yakin mereka membuat lebih dari satu bom.. kami menemukan bahan-bahan yang mereka gunakan, mungkin ada sekitar dua atau tiga bom yang sudah mereka buat..”
Hartono mengumpat kesal, lalu seorang petugas memasuki ruangan dan berbisik pada komandan Arif.
“Pak Menteri..” kata Komandan Arif. “Anda harus melihat ini..”
Komandan Arif menyambungkan koneksi laptop ke TV LED yang ada di situ, lalu muncul gambar seseorang yang menggunakan topeng dan hanya terlihat mata serta mulutnya saja. Itu adalah salah satu teroris, dia mengangguk di depan kamera yang merekamnya, lalu mulai berbicara.
“Saya adalah salah satu anggota The Paradise, saya sudah berbaik hati memberikan anda waktu, tapi tidak ada satupun yang berinisiatif menghubungi kami, maka kami akan menunjukkan keseriusan kami..”