Suara deru mesin pesawat mulai terdengar, kini pesawat Fly Pattaya siap mengudara. Dan beberapa saat kemudian pesawat itu mulai berjalan semakin cepat dan akhirnya lepas landas.
Setelah merasakan bahwa gerakan pesawat sudah stabil dan tidak dalam keadaan menanjak, Gita pun berdiri. Dia berjalan di lorong kabin yang gelap dan sempit, pesawat Fly Pattaya memang bukan airbus tapi boeing 737 sehingga daya tampungnya lebih kecil. Bagasinya pun lebih kecil. Sesampainya di sebuah tangga yang ada di tengah kabin bagasi, Gita meminta Steven untuk tetap di tempat.
“Biar aku yang lihat keadaan..” kata Gita lirih.
Steven mengangguk dan membiarkan Gita naik tangga menuju kabin penumpang. Ada sebuah tutup kecil berukuran 40 x 40 yang ada di atas Gita, tutup itu adalah penghubung antara kabin penumpang dengan bagasi pesawat. Perlahan Gita mengangkat tutup itu lalu mengintip ke celahnya. Jika dilihat posisi ada pantry dan tempat duduk pramugari dari celah yang dia lihat maka berarti posisinya ada di deretan kursi belakang.
“Sial aku cuma bisa lihat satu sisi..” gumam Gita.
Itu karena engsel tutup itu ada disatu sisi sehingga kalaupun di buka, maka kotak itu akan membuka ke satu arah, bagian yang terbuka bisa dilihat Gita namun bagian belakangnya tidak terlihat apakah ada orang atau tidak yang duduk atau berjaga disitu. Tapi Gita tahu, akan sangat beresiko jika dia nekat keluar tanpa mengetahui keadaan aman atau tidak, namun jika dia tidak keluar maka dia akan terjebak di dalam bagasi dan tidak tahu apa yang terjadi. Akhirnya dia memutuskan untuk masuk.
Perlahan dia membuka kotak itu sampai terbuka penuh, dan dilihatnya tidak ada siapa-siapa disitu, tanpa ragu dia langsung naik dan keluar dari lubang bagasi itu kemudian memberi isyarat pada Steven agar naik secepatnya. Dan tidak lama kemudian mereka berdua sudah berada di dalam kabin penumpang Fly Pattaya bagian belakang.
“Aku rasa Joanna di taruh di kelas bisnis, di bagian depan.” kata Gita.
“Jadi kita langsung serang dan rebut senjata mereka saja.” sambung Steven.
“Sebaiknya kita melakukan pengintaian dulu, apa yang sebenarnya mereka inginkan dari Joanna.” tukas Gita. “Apa tadi kamu melihat berapa musuh yang naik pesawat ini ?”
“Sekitar 7 atau 10 orang kalau tidak salah, ada gabungan The Paradise dan separatis Thailand itu.”
Tiba – tiba terdengar suara langkah kaki, Gita dan Steven dengan cepat bersembunyi di balik dinding pertisi pemisah antara kabin pesawat dan pantry. Lalu suara langkah itu terhenti tidak jauh dari mereka hingga terdengar pembicaraan dengan menggunakan Bahasa Tagalok. Tidak lama kemudian kedua orang itu berjalan kembali ke arah kabin depan.
“Kamu paham apa yang mereka bicarakan ?” tanya Steven.
Gita mengangguk, “Mereka akan meledakkan pesawat ini dan bersiap untuk terjun, mereka bilang akan membawa Joanna sebagai sandera sekaligus membunuh tiga teroris the paradise yang ada di pesawat ini.”
“Brengsek !” umpat Steven. “Sepertinya kita harus mengambil tindakan cepat.”
Gita mengangguk. Keduanya berjalan menuju bagian depan pesawat, begitu sampai pembatas untuk kelas bisnis yang di tutup tirai, Gita dan Steven mengintip melalui celah tirai tersebut. Gita memberi kode bahwa ada 8 orang penjahat yang berada di situ, satu diantaranya menggunakan topeng dan sudah siap dengan parasut di punggungnya.
Dengan gerakan cepat, Gita dan Steven menyibakkan tirai, mengejutkan semua penjahat yang ada disitu, Gita dengan tangkas merebut pistol dari tangan salah satu penjahat dan menembak kepalanya, lalu dia melepaskan tembakan cepat pada dua penjahat lagi, yang langsung roboh dan tewas. Steven juga melakukan gerakan yang tidak kalah cepat, dia menggunakan pisau untuk menyayat pergelangan tangan salah satu penjahat hingga senjata yang dipegangnya lepas dan langsung di ambil Steven.
Dor ! Dor ! Dor !
Tembakan Steven tepat mengenai tiga penjahat disitu, kini enam penjahat sudah tewas, Gita berlari ke satu penjahat yang masih memegang senapan mesin dan langsung menendangnya hingga terjengkang dan menabrak kursi kursi penumpang disitu.
“Don’t move !” seru Gita sambil membidikkan pistol pada orang yang bertopeng dan mengenakan parasut.
Penjahat bertopeng itu tersenyum sekilas lalu dia melemparkan granat asap membuat asap tebal keluar dari tabungnya. Steven segera membuka ikatan Joanna dan lakban yang menutup mulutnya. Gita menunduk di antara kursi penumpang untuk berjaga-jaga kalau ada tembakan dari balik asap.