Gita membuka kopernya, dia mengeluarkan handuk, botol air mineral, dan beberapa lembar pakaian bersih. Dia membuka semua baju dan celananya dan menyiramkan tubuhnya dengan air mineral. Setelah itu dia mengeringkan tubuhnya dengan handuk, memakai baju yang masih bersih, dan melapisinya dengan jaket berwarna coklat pemberian Rama beberapa waktu yang lalu, kemudian mengambil lencana polisi dan dikalungkan di lehernya.
“Sekarang bagaimana mengambil alih pesawat ini ?” katanya lirih.
Dia mengambil perangkat yang diberikan David sebelumnya, yang berisi denah pesawat. Dengan serius, diperhatikannya detail pesawat yang ada di file tersebut. Tiba – tiba terdengar suara elevator bergerak, Gita mengambil pistol dan membidik ke arah elevator. Dalam pesawat jenis tertentu memang ada elevator atau lift yang cukup untuk satu orang, biasanya di pakai oleh pramugari untuk mengambil cadangan makanan atau keperluan lain yang ada di bagasi pesawat.
Ketika elevator terbuka, Yuli muncul dari pintu, wajahnya terlihat ketakutan tapi dia terus berjalan ke arah cadangan makanan di sebuah kotak besar dengan sebuah kaca kecil di sisinya.
“Hmmmmmm..”
Yuli kaget dan tidak bisa berteriak karena mulutnya di tutup tangan Gita.
“Ssssttt.. Ini aku, jangan berteriak kalo aku lepas tanganku ya..” bisik Gita lirih.
Yuli melirik, dan ketika dia mengenali Gita, dia langsung mengangguk, perlahan Gita melepaskan tangannya.
“Kamu masih hidup ? Aku pikir kamu udah mati..” kata Yuli dengan suara getir.
“Iya aku masih baik-baik saja..” jawab Gita. “Apa yang kamu lakukan disini ?”
“Teroris itu minta makanan yang masih tersedia. Jadi aku ambilkan disini.”
“Ada berapa jumlah mereka sekarang di atas ?”
“Kalau tidak salah ada 10 termasuk Hendrik dan Indi.. Anu maksudku Indi, pramugari penjahat itu.”
“Para penumpang masih lengkap ?”
Yuli menggeleng, “Beberapa sudah di tembak sebelum naik pesawat, Joanna dan pengawalnya juga tidak di bawa ke pesawat, mereka di tinggal, ada tambahan dari beberapa penumpang dan crew Fly Pattaya.”
“Berapa kira –kira jumlah penumpang saat ini diluar para teroris ?”
“Termasuk crew, sekitar 190 kalau tidak salah.”
“Apa tujuan mereka ? Apa yang sempat kamu dengar tentang rencana mereka ?”
Yuli menggeleng, “Aku tidak tahu. Yang sempat aku dengar mereka membawa bom disini dan akan meledakkan pesawat ini jika pimpinan The Paradise tidak di bebaskan.”
“Siapa yang mengemudikan pesawat ? Hendrik ?” tanya Gita lagi.
Yuli mengangguk. Gita tampak sedang memikirkan rencana bagaimana melumpuhkan 10 teroris tanpa harus melukai penumpang. Sesaat kemudian dia menatap Yuli lalu mengambil sebilah pisau yang biasa di gunakan untuk mengupas buah, dari tempat persediaan makanan.
“Kembalilah ke atas sebelum mereka curiga..” kata Gita. “Dan kalau kau melihat sesuatu yang janggal, terutama letak bom nya, kasih tau aku.”
Yuli mengangguk, dia mengambil beberapa makanan dalam kotak lalu kembali ke elevator. Sementara Gita menghampiri kotak biru besar yang menempel di dinding pesawat. Dia membuka kotak itu dan banyak kabel serta sekering di dalamnya. Dengan hati – hati, Gita mengurutkan kabel dan menghitung sekering sesuai petunjuk yang ada di file dalam gadget milik David.
Lalu dengan hati – hati Gita melepas salah satu sekering dan membiarkannya menggantung di antara kabel yang cukup banyak. Gita lalu bersembunyi di antara timbunan tas dan barang-barang. Dia memasukkan pistolnya ke dalam jaketnya lalu menyiapkan pisau yang tadi diambilnya dari tempat penyimpanan makanan.