Rama's Story : Gita Chapter 4 - Flight 411

Cancan Ramadhan
Chapter #21

Chapter 20 - Emergency Landing

Pusat Menara Kontrol Penerbangan – Bandara Ninoy Aquino, Manila

Rama berada di depan sebuah monitor, dia mengenakan alat komunikasi di telinganya. Megumi dan Yamada berada di belakangnya, beberapa petugas ATC juga berada di belakangnya. Yuki tampak berbicara dengan seseorang yang merupakan supervisor ATC. Joanna tampak duduk di kursi yang ada di dekat Rama.

“Gita.. Sayang.. Kamu baik – baik saja kan ?” tanya Rama.

“Sayang, syukurlah kamu disitu..” jawab Gita di ujung sana. “Sayang aku harus mendaratkan pesawat ini, bom akan meledak sekitar lima menit lagi, aku rasa waktunya tidak cukup mencapai bandara..”

“Tenang dan fokus ya sayang, kamu sudah di ketinggian yang benar, sekarang pihak bandara sedang mensterilkan landasan pacu, menghubungi ambulans dan medis, serta pemadam kebakaran. Kamu akan baik-baik saja..”

“Tolong bimbing aku mendarat dengan benar..” 

“Pasti sayang, aku minta kamu fokus, aku perhatikan di radar, kamu bisa tiba sekitar enam atau tujuh menit lagi, ledakan akan membuat pesawatmu oleng tapi aku harap tidak merusak instrument kendali di sayap dan sirip pesawat.”

“Aku takut..” suara Gita mulai terdengar parau.

“Hei, semua akan baik-baik saja..” jawab Rama. “Aku akan memelukmu saat kamu sudah mendarat disini.”

“Janji ?”

“Iya aku janji Gitaku sayang..”

*****

Di dalam pesawat 411

Gita menyalakan jalur komunikasi dengan semua penumpang agar bisa mendengar suaranya.

“Dengar semuanya, aku tidak tahu apa yang akan terjadi saat bom meledak, tapi yang aku tahu, pesawat akan tetap stabil di ketinggian ini. Tolong semuanya menggunakan seatbelt, dan berdoa, karena doa sangat penting saat ini agar kita bisa mendarat dengan selamat.”

Setelah itu Gita mematikan intercom, dia melihat stopwatch nya, waktu ledakan sekitar tiga menit lagi. Hatinya berdegup kencang, namun dia juga sudah pasrah apapun yang terjadi.

“Sayang..” terdengar suara Rama di telinganya yang menggunakan alat komunikasi.

“Ya sayang..” jawab Gita.

“Fokus ya, anggap saja ini seperti simulasi yang sering kita lakukan di Singapore.”

Gita tertawa kecil, “Beda lah, kalau disana begitu kita salah, bisa di ulangi.. Tapi ini ? Tidak boleh ada kesalahan.”

“Maksudku cara menerbangkannya, anggap saja seperti kamu sedang simulasi sehingga kamu bisa fokus..”

Gita dan Rama terus berbicara hingga akhirnya stopwatch Gita menunjuk angka 5 detik sebelum ledakan.

Here we go..” gumam Gita sambil memejamkan matanya. 

Blaaaammmm !!!

Suara ledakan cukup keras dan melubangi ekor pesawat serta menerbangkan semua tas dan barang yang tadi dipakai untuk meredam bom. Semua penumpang menjerit dan berdoa. Gita langsung menurunkan ketinggian, dia berusaha supaya pesawat tetap stabil. Kini dia bisa melihat lampu landasan pacu di Bandara Aquino.

“Rama, aku bisa melihat landasan pacu..” ucapnya.

“Perhatikan kecepatan angin yang ada di dashboard..” pinta Rama. “Ada tombol otomatis untuk menyesuaikan kecepatan di dekat tombol auto pilot.”

Gita menekan tombol itu dan terjadi sedikit hentakan karena kecepatan pesawat mulai menyesuaikan kecepatan angin. 

Lihat selengkapnya