Lobby Hotel Airport – Manila, 07.00 AM
Gita dan Rama keluar dari lift, mereka bergandengan tangan menuju resto hotel yang terletak di ujung sayap timur Hotel. Gita terlihat segar dengan rambutnya yang masih basah dibiarkan tergerai, t shirt v neck warna biru dengan celana jeans hitam, membuatnya terlihat stylish. Begitu pula dengan Rama, yang mengenakan kemeja pantai biru, celana pendek selutut dan kacamata hitam yang terlihat pas di wajah tampannya.
Usai mengambil beberapa jenis makanan untuk breakfast, mereka berjalan ke arah meja yang ada di luar lobby, meja yang menghadap taman belakang Hotel. Di meja itu sudah ada Komandan Arif, Ira, Menlu Hartono, Yuki, dan Joanna. Mereka pun bergabung menikmati sarapan pagi itu.
“Yuki, dimana Yamada, Megumi, dan Tim nya ?” tanya Rama lirih ke Yuki yang ada disebelahnya.
“Pulang..” jawab Yuki. “Tugas mereka selesai, mereka menemani kita tadi malam kan di luar otoritas resmi pemerintah Jepang. Sekarang ini kita akan bertindak secara resmi, Rama san..”
Rama manggut-manggut, sementara Gita tampak cemburu melihat Rama berbisikan dengan Yuki.
“Bagaimana keadaan kamu, Gita ?” tanya Komandan Arif.
“Saya sehat ndan, tidak kurang suatu apapun.” jawab Gita.
“Saya secara pribadi mengucapkan terima kasih pada kalian berdua.” ucap Hartono pada Rama dan Gita. “Dan juga pada anda, Yuki, serta semua teman-teman anda. Kalian telah berhasil membawa Joanna kembali dari cengkraman para teroris dan Red Spider. Bahkan otoritas pemerintah Thailand sangat berterima kasih karena secara tidak langsung kalian menghancurkan Red Spider di sarangnya.”
Rama, Gita, dan Yuki mengangguk dengan tersenyum kecil, sementara mata Joanna tidak lepas memandangi Rama dengan penuh arti.
“Tapi ini belum selesai, Pak..” jawab Gita. “Menurut Yuki setelah interogasi Indi semalam, masih ada rencana lanjutan The Paradise.”
“Benar..” timpal Yuki. “Bukan sebuah kebetulan mereka bertemu Red Spider di Jepang. Kami mendapatkan informasi bahwa sebuah tehnologi yang berbahaya telah dicuri beberapa waktu yang lalu di Tokyo.”
“Tehnologi ?” tanya Rama.
“Iya Rama san..” jawab Yuki. “Tehnologi itu diciptakan salah satu ilmuwan kami, sebuah cairan kimia yang mampu merusak jaringan sel dalam tubuh manusia. Tehnologi itu bernama “silent killer”. Diciptakan seorang professor sinting yang menginginkan genosida. Cairan ini tidak terdeteksi sehingga bisa dikira air minum biasa. Namun yang lebih gila lagi adalah ini..”
Yuki mengeluarkan sebuah kertas print out dan beberapa foto lalu menunjukkan ke semua yang ada disitu.
“Ini adalah daftar pembeli silent killer, hampir semuanya adalah organisasi teroris atau separatis.” Yuki menjelaskan. “Tapi tidak ada nama the Paradise. Yang ada adalah Red Spider. Bukti bahwa cairan pembunuh ini sangat efektif ada di foto ini, dan dari daftar pembeli itu semuanya sudah membayar DP pada professor sinting yang bernama Gomira itu. Cuma ada satu yang belum membayar, dia adalah Red Spider. Cairan pembunuh ini baru berupa prototype tapi kepolisian Tokyo menemukan Profesor Gomira sudah tewas di apartemennya. Prototype itu hilang. Sampai saat kami menyerang sarang Red Spider, kami menemukan ini.”