Di sebuah Apartemen, di wilayah Pondok Indah – Pukul 8.00 PM WIB
Tiga orang pria tampak memegang masing-masing kotak kaca yang berisi C4, dua tabung cairan yang satu bening dan satu lagi berwarna kuning keemasan. Salah satunya adalah pria gondrong dengan rambut dikuncir dan dibelah tengah. Dia adalah penumpang dengan nomor 4B.
“Ini tugas terakhir kita,” katanya. “Setel dengan jedah satu jam untuk masing – masing bom. Dan biarkan para penjahat berdasi itu merasakan kenikmatan menghirup silent killer besok pagi.”
Dua orang lainnya mengangguk, lalu mereka mulai menyetel waktu pada timer yang ada di kotak bom tersebut dan memasukkannya ke dalam tas ransel. Setelah itu si gondrong melipat kertas besar yang seperti peta lalu merobek dan membakarnya.
“Polisi tidak akan bisa menghentikan kita.” kata si gondrong lagi. “Kita berangkat sekarang untuk menaruh posisi bom.”
Ketiga orang itu pergi meninggalkan kamar, mereka turun melalui lift menuju tempat parkir di lantai mezzanine. Dari situ ketiganya menaiki motor lalu melaju keluar apartemen, selepas dari pintu gerbang, mereka berpisah tujuan.
Sementara itu di markas komando anti teroris. Gita, Komandan Arif, Yuki, Ira, Yohan dan banyak polisi tampak sibuk mengutak atik data di masing-masing laptop mereka.
“Bagaimana pengamanan di sekitar gedung lokasi KTT ?” tanya Komandan Arif. “Apa sudah di perketat ?”
“Sudah komandan.” jawab Yohan. “Semua yang datang akan diperiksa dengan detail, foto tersangka juga sudah kami sebar.”
“Dapat !” seru Ira. “Nama penumpang di 4B yang di gunakan di boarding pass memang nama palsu, nama aslinya adalah Leo Ramonda. Dia tinggal di apartemen di kawasan Gandaria, Pondok Indah.”
“Kita kesana..” kata Gita.
Beberapa polisi termasuk Ira pun bersiap, Gita mengenakan rompi anti peluru lalu memberikan satu pada Yuki.
“Kau tetap di belakang kami, jangan melakukan aksi di luar pengetahuan kami.” Kata Gita pada Yuki.
Yuki mengangguk, kini rombongan polisi itu masuk ke tiga mobil jenis SUV dan langsung melesat menggunakan sirine. Sekitar tiga puluh menit kemudian mereka sampai di apartemen yang di tuju.
Polisi berseragam taktis pun bergerak dengan formasi, mereka memasuki Apartemen, Gita tampak berbicara sejenak dengan petugas Apartemen, kemudian meminta tim nya untuk segera menaiki tangga darurat. Tiga orang polisi menjaga lobby dengan tujuan mencegah apabila tersangka menggunakan lift menuju lobby. Sesampainya di lantai 15, semua polisi semakin rapi membentuk formasi, Gita dan Yuki berada di paling belakang. Gita bahkan sudah bersiap dengan mengambil pistolnya, lalu dia mengangguk memberi tanda agar formasi terdepan segera mendobrak pintu.
Braaakkk !
Pintu di dobrak dan semua polisi masuk sambil membidikkan senjata ke segala arah. Tapi sudah tidak ada siapapun di kamar itu. Hanya ada beberapa koper, tas, dan laptop yang dibiarkan terbuka di meja. Gita menghampiri tas ransel yang ada di dekat meja dan mengambilnya.
“Benar..” katanya. “Ini milik orang bertopeng yang terjun dari Fly Pattaya.”
“Sudah sepi dan tidak ada siapapun disini..” ucap Ira sambil membuka helm taktis dan penutup wajahnya.
“Sial !” umpat Gita. “Coba cek cctv di lorong lantai 15 ini serta di garasi..”
“86” jawab Ira lalu pergi.
Gita melihat Yuki yang tampak memegang sesuatu menggunakan sarung tangan, benda berkilau dengan bentuk seperti kait.
“Kamu menemukan apa ?”
“Aku yakin kamu tahu fungsi benda ini.” kata Yuki sambil memperlihatkan benda itu pada Gita.