Rama's Story : Gita Chapter 4 - Flight 411

Cancan Ramadhan
Chapter #24

Chapter 23 - Silent Killer Pertama

Gita sampai di apartemen Rama, di lihatnya kekasihnya itu sudah tidur pulas. Gita melepas sabuk pistolnya dan meletakkannya di meja. Dia membuka jaket serta  pakaiannya, menggantinya dengan baju mandi yang tipis dari bahan wol. Setelah membersihkan diri, dia pun menghampiri Rama di tempat tidur, mengangkat tangan Rama dan dilingkarkan di pinggangnya. Dia sangat senang melihat wajah kekasihnya yang tengah tertidur, lalu mengecup bibirnya.

Rama membuka matanya perlahan, dilihatnya Gita sudah ada dalam pelukannya, Rama pun mempererat pelukannya dan mulai menciumi Gita. 

“Sayang.. Jangan..” bisik Gita. “Maaf ya.. tapi aku beneran lelah, jangan marah ya.”

Rama menghentikan ciumannya, dia tersenyum mengangguk lalu memeluk Gita dengan erat.

“Aku tahu kamu capek banget,” bisiknya. “Istirahatlah..”

“Cium aku sampai aku tertidur..” pinta Gita.

Rama mulai menciumi bibir Gita, untuk sesaat keduanya berbalas ciuman hingga beberapa menit kemudian Rama tidak lagi merasakan ciuman Gita. Dia melihat kekasihnya itu sudah tertidur.

“Selamat istirahat sayang..” bisiknya di telinga Gita. 

Rama memeluk Gita erat hingga akhirnya keduanya terlelap dalam tidurnya.

Duaaarrrr !!!

Suara petir mengagetkan Rama dan membuatnya terjaga. Dia melihat jam di dekat tempat tidurnya, waktu menunjukkan pukul 02.00 AM. 

“Baru jam 2 ternyata, aku pikir udah pagi..” gumamnya. 

Dia melihat Gita masih dalam pelukannya, dengan mesra dia mencium kening Gita yang terlihat sangat nyenyak. Perlahan dia melepaskan pelukan Gita ke tubuhnya lalu dia bangun dan berjalan ke arah sofa yang dekat dengan pintu masuk. Rama mengambil HP Gita, dia melihat ada pesan masuk dari Ira. Dibukanya pesan itu, ternyata berisi file cctv dari apartemen Leo.

“Dia pasti sedang mencari petunjuk,” kata Rama sambil melihat Gita yang tengah tertidur itu. “Aku bantu ya sayang..”

Rama memutar rekaman itu berkali-kali sambil sesekali matanya terpejam karena masih mengantuk, tapi tiba – tiba dia tersentak. Dengan cepat dia mengambil laptop dan kabel data, menyambungkan dengan HP Gita, dia memindahkan file ke laptop agar lebih mudah di lihat di layar besar. Setelah memutar ulang beberapa bagian berkali-kali, dia menghampiri Gita dan membelai rambutnya dengan mesra. 

“Sayang.. bangun..” bisik Rama. “Aku tahu dimana penjahat itu saat ini..”

“Eemmm” Gita menyahut dengan erangan karena masih belum bangun sepenuhnya.

“Sayang, bangun yuk, aku anterin kamu sekarang. Kamu bisa menangkapnya sekarang atau tidak sama sekali.”

“Penjahat apa..” tanya Gita masih dengan mata terpejam.

“Ayo kamu mau nangkep the paradise ngga ?” tanya Rama lagi sambil menciumi telinga Gita.

“Iiihhh.. jangan,” katanya sambil mendorong wajah Rama. “Aku ngantuk banget, ga mau gituan dulu..”

“Kamu ngaco deh..” tukas Rama sambil tertawa. “Aku bukan mau gituan, aku bangunin kamu, aku tahu lokasi salah satu penjahat itu.”

Gita tidak bersuara, rupanya dia sudah tertidur lagi. Rama tertawa, tiba – tiba terlintas dia ingin usil dengan kekasihnya itu. Dia kembali berbisik di telinga Gita.

“Ya udah, kamu istirahat aja ya..” bisiknya. “Aku mau ajak Yuki aja ya..”

Yuki ? Pikiran Gita seketika terkoneksi dengan hatinya. Dalam kelebat pengelihatannya, dia melihat Rama tengah bercumbu mesra dengan Yuki di hotel tempat Yuki menginap. Seketika matanya terbuka dan dia langsung bangun.

“Ngga ! Ngga boleh !” serunya membuat Rama kaget. “Sama aku aja ! Ngapain kamu ama Yuki ? Dia kan cuma tamu disini, dia tidak bertugas disini !”

“Lagian kamu ga bangun-bangun..” kata Rama sambil tertawa.

“Kamu cari kesempatan jam 2 pagi ketemu Yuki ? Bukannya cari penjahat tar malah tidur dikamar Yuki !” jawab Gita sambil cemberut.

Rama tertawa melihat sikap Gita, membuat Gita makin kesal, dia melempar bantalnya pada Rama. Setelah itu dia mencuci wajahnya dan dalam beberapa menit sudah rapi kembali untuk bertugas.

Rama sudah mengenakan jaket dan celana jeans, mereka berdua lalu pergi menggunakan mobil Rama. Hujan rintik rintik tampak membasahi Jakarta. 

“Apa aku perlu telepon Ira ?” tanya Gita.

Rama mengangguk, “Tapi jangan bawa bantuan terlalu banyak, nanti penjahat itu malah tahu dan kabur.”

“Dari mana kamu mengetahui lokasinya ?” tanya Gita lagi.

“Dari cctv yang dikirim Ira ke HP mu, aku memutarnya berulang kali, di salah satu motor penjahat itu ada stiker valet parking dari salah satu klub malam. Kalo dipasang valet, dia pasti sering berkunjung kesitu.”

Lihat selengkapnya