Rama's Story : Gita Chapter 4 - Flight 411

Cancan Ramadhan
Chapter #25

Chapter 24 - Aksi di Gedung Bhineka

Gedung Bhineka – 05.30 AM WIB

“Ini kopi susu gula aren..” kata Rama sambil menyerahkan gelas berisi kopi susu pada Gita.

Mereka berdua berada di area parkiran gedung Bhineka, Gita tampak rapi dengan setelan kemeja dan celana katun serta jas blazer hitam. Kacamata hitam yang di pakainya membuat lebih menarik dan sexy.

“Terima kasih ya,” jawab Gita sambil menyeruput kopi pemberian Rama. “Ma kasih juga sudah bawain baju dan jas ini.”

Rama mengangguk, “Lalu apa ada kabar dari teroris itu dimana dua bom lagi ?”

“Belum ada kabar dari Yohan,” kata Gita. “Tapi aku heran kenapa aku tidak bisa menemukan petunjuk seperti kamu ?”

“Itu karena kamu lelah, sayang..” jawab Rama. “Saat lelah kamu akan kehilangan fokus. Itu wajar ko..”

Gita tertawa kecil, “Aku jadi semakin ketergantungan ma kamu. Padahal aku pingin mandiri.”

Rama tersenyum kecil, “Hei, apa kamu tidak kepikiran untuk berumah tangga ?”

Gita melirik Rama dibalik kacamata hitamnya sambil tertawa kecil, “Berumah tangga ? sama kamu ?”

“Emang ada pria lain selain aku di hatimu ?” tanya Rama balik.

Gita menggeleng, “Kamu kan tahu aku, mana ada lelaki lain dalam hidupku selain kamu ?”

“Ko kayak ragu pas aku nanya masalah mau berumah tangga ?”

“Aku ngga pernah ragu seandainya kamu memintaku menjadi istrimu, tapi aku cuma ragu apakah kamu bisa menjaga hatimu hanya untukku ?”

Rama menaruh gelas kopi di kap mesin mobilnya lalu melingkarkan tangannya di pinggang Gita.

“Aku mencintaimu sejak pandangan pertama..” kata Rama lirih. “Bersamamu selamanya adalah impian dalam hidupku.”

Gita tersenyum lalu mencium bibir Rama, “Kita bicarakan ini setelah urusan KTT dan The Paradise ini selesai ya ?”

Rama mengangguk lalu mencium kening Gita, “Selamat bertugas sayang.”

Setelah itu Rama pergi mengendarai mobilnya, Gita membuang cup kopi yang sudah habis lalu berjalan menuju gedung Bhineka yang dijaga sangat ketat. Gita mengalungkan lencana polisi dan memakai ID Card di blazernya. Dia melihat truk pengangkut sampah sedang memindahkan tempat sampah yang sudah penuh di area gedung Bhineka, menggantinya dengan yang kosong. Tiba – tiba pandangannya tertuju pada sesuatu di tempat sampah. Dia berlari sambil memberi tanda agar petugas kebersihan tidak mengangkat tempat sampah itu.

“Tunggu !” serunya. 

Dia mendekati tempat sampah itu lalu mengambil sebuah baju biru muda dan rambut palsu keriting. Wajahnya serius memikirkan suatu kemungkinan, lalu dia memanggil salah satu petugas polisi yang berjaga di Bhineka.

“Apa kamu tahu siapa yang shift jaga malam disini ?” tanya Gita pada polisi yang mendatanginya.

“Saya jaga semalam disini, komandan,” jawab petugas itu. “Dan semuanya aman, tidak tampak sesuatu yang mencurigakan.”

“Apa kamu tahu ini apa ?” tanya Gita sambil menunjukkan baju biru muda.

Petugas itu tampak mengingat-ingat sesuatu, “Anu itu komandan, itu baju petugas kebersihan sekaligus mereka melakukan pengecekan penyejuk udara dan juga kelistrikan di dalam gedung.”

“Shit !” seru Gita sambil memberikan baju itu pada petugas polisi.

Dia langsung berlari sambil berkomunikasi dengan alat komunikasi di telinganya.

“Ira, aku tahu dimana Bom kedua, cepat menuju ballroom sekarang.” serunya. 

Beberapa petugas polisi dan juga tim gegana langsung berlarian mengikuti Gita, mereka menuju ballroom yang akan dijadikan tempat berkumpulnya para kepala Negara dan menteri luar negeri Negara-negara Asia. Sesampainya di ballroom, Gita melihat ada banyak lubang saluran AC dengan teralis yang sangat rapat. Dia melihat jam tangannya, lalu meminta beberapa tim untuk mengambil tangga dan memeriksa satu persatu. Setelah beberapa saat akhirnya satu petugas gegana memberikan kode telah menemukan bom silent killer. Petugas itu dengan hati-hati mengambil bom itu kemudian meletakkannya di salah satu meja. Timer dalam bom menunjukkan pukul 06.00 akan meledak. Gita memperhatikan jamnya, saat ini sudah pukul 05.50, artinya sepuluh menit lagi menuju ledakan..

“Kamu bisa menjinakkan ?” tanya Gita pada petugas Gegana yang tadi mengambil bom nya.

“Bisa tapi ini rancangannya berbeda,” jawab petugas itu. “Bom ini memiliki pemicu ganda, bukan hanya timer tapi juga bisa diledakkan menggunakan remote jarak jauh atau detonator..”

Gita mengerutkan keningnya, “Berapa jarak ideal untuk meledakkan bom ini dengan menggunakan detonator ?”

“Biasanya sekitar seratus atau maksimal dua ratus meter, komandan..”

Lihat selengkapnya