Kepualauan Anambas, 2010
Suara motor saling berkejaran meraung dan membelah kesunyian di kawasan itu, sebuah kawasan yang di kelilingi pegunungan dan jalan yang berliku-liku. Pengemudi motor yang paling depan adalah seorang pria, dengan menggunakan kaca mata hitam dan berkepala plontos, menggunakan jaket kulit dan sebuah kalung rantai di lehernya, sementara yang mengejarnya seorang gadis cantik berambut sebahu tapi dikuncir dan menggunakan kaca mata hitam, dialah Gita Asmara, polwan cantik yang jago mengemudikan motor.
Kedua nya berkejaran dan melewati jalanan yang cukup berkelok tajam hingga akhirnya motor pria plontos tadi salah mengantisipasi tikungan dan terjatuh di ujung tikungan, tapi dia langsung berdiri dan berlari ke dalam hutan. Gita pun berhenti, dan turun dari motor, lalu langsung mengejar si plontos ke dalam hutan.
Gita melepaskan kacamata hitamnya agar pengelihatannya lebih jelas, sebab sinar matahari sedikit kesulitan menembus pepohonan di situ, dan kini dia mulai mengeluarkan pistol dari balik jaketnya dan mengejar si plontos dengan lincah. Kedua nya hanya berjarak sekitar tiga puluh meter, Gita sangat fokus melihat lawannya dan dia berusaha mempercepat lari nya.
Gita berusaha melihat celah dimana kira-kira jarak antar pohon sedikit renggang agar bisa melepaskan tembakan. Dan ketika dia mendapatkan celah, dia langsung membidik si plontos dan..
Dor..!
Tembakan Gita mengenai betis kiri si plontos sehingga dia langsung jatuh dan berteriak kesakitan, Gita kini mendatangi si plontos, dan berdiri di sampingnya sambil tetap membidikkan pistol nya.
“You move.. You die !” bentak Gita sambil mengatur nafasnya yang masih tersenggal-senggal.
“Nafasmu sexy sekali..” kata Si Plontos meledek. “Aku jadi pingin bercumbu ma kamu.. Aaaaaaagggghhh…!”
Si plontos berteriak kesakitan dan tidak bisa meneruskan kata-katanya karena Gita menginjak betisnya yang tadi terkena tembakan. Gita lalu mengambil HT (Handy Talkie) nya dan memanggil rekannya.
“Andre.. Masuk Andre..” kata Gita melalui HT.
“Bos.. dimana posisi ?” tanya suara dari HT Gita.
“Kamu ikuti GPS di motorku tadi, terus masuk ke hutan kira-kira dua ratus meter ke dalam dari posisi motorku..” jawab Gita.
“Copy.. Andre Out..” jawab suara dari HT Gita lagi.
Itu adalah suara Andre, partner Gita yang juga selalu setia mengikuti Gita ketika bertugas. Dan setengah jam kemudian, sudah banyak petugas polisi termasuk Andre yang menghampiri Gita, lalu memborgol si plontos tadi dan membawa nya ke mobil polisi yang ada di tepi hutan. Gita dan Andre pun berjalan keluar dari hutan mengikuti semua petugas polisi tadi.
“Bos.. Kenapa sih nekat ngejar sendirian ?” tanya Andre. “Si botak gila itu sudah pernah melukai polisi dan membunuh orang lho..”
“Trus maumu gimana ?” tanya Gita. “Kamu mau kita kehilangan petunjuk lagi ? Dia salah satu kunci kita untuk menangkap Black Mamba..”
“Ya setidaknya kamu bisa menunggu back up dari rekan-rekan yang lain..” jawab Andre.
Gita menaiki motornya dan memakai lagi kacamata hitamnya,
“Menunggu ?” tanyanya. “Dan membiarkan dia lolos.. No way.. Kalau maumu seperti itu, kamu mending di rumah aja dan menjahit baju buat nenekmu..”
Gita lalu memacu motornya meninggalkan Andre yang hanya bisa mengangkat bahu saja melihat Gita mengomel dan memacu motornya. Sementara itu Gita terus melaju menuju sebuah tempat dimana tadi dia menemukan si plontos sebelum akhirnya kejar-kejaran dengan motor. Tempat itu adalah sebuah rumah yang terletak tidak jauh dari sebuah pasar di situ. Rumah itu kecil namun cukup bersih, Gita lalu berhenti di halaman rumah itu dan mulai turun dari motornya, lalu mulai memasuki rumah tersebut.
Ruang tamu dan ruang keluarga menjadi satu dan tidak terlalu besar, sementara untuk kamar tidur ada dua, Gita masuk ke kamar tidur utama dan mencoba menggeledah lemari dan laci meja yang ada di sebelah tempat tidur untuk mencari petunjuk, lalu dia menemukan sebuah brosur tentang pembukaan rekening sebuah bank dan di dalam brosur itu tercatat sebuah nama yang di tulis dengan spidol.. “Grace” adalah nama yang ditulis di brosur itu, Gita mencoba mencari nomor telepon yang mungkin di catat di brosur itu tapi dia tidak menemukannya. Gita lalu memasukkan brosur itu ke dalam jaketnya, dan keluar dari kamar tidur utama lalu masuk ke kamar tidur kedua. Gita kembali menggeledah kamar tidur kedua namun tidak menemukan apa-apa.
Gita lalu keluar dari rumah tersebut dan menaiki motornya kembali lalu memacu nya meninggalkan rumah itu dan menuju kantor kepolisian setempat. Sesampainya di kantor polisi, dia mengembalikan kunci motor ke salah satu polisi jaga di situ.
“Tolong kembalikan motor ini ke pemiliknya..” kata Gita. “Ini kunci dan STNK nya..”