Jakarta..
Hari itu terlihat banyak pengunjung di restaurant itu. Rama memasuki restaurant itu, dan matanya seperti sedang mencari seseorang. Rama berpakaian sangat rapi, dia mengenakan kemeja berwarna salem dan sebuah jaket parasit berwarna hijau. Rama akhirnya melihat seseorang yang memang dicarinya di tempat itu.
Rama menghampiri sebuah meja yang ada di tengah restaurant itu, tampak seorang gadis yang cantik sedang duduk di situ. Rambutnya panjang sebahu dan diberi bando di dekat poninya. Wajahnya sangat cantik mirip bintang film ternama. Dia adalah Fina, pacar Rama yang berprofesi sebagai copywriter di salah satu Production House yang cukup terkenal.
“Hai Fin..” sapa Rama.
“Hai..” sapa Fina.
Rama mencium pipi Fina lalu duduk berhadapan dengan Fina.
“Udah lama ya ? Sorry aku agak telat..” kata Rama. “Tadi agak susah cari metromini yang ke arah sini..”
“It’s Ok..” jawab Fina. “Kamu laper kan ? Pesan makan dulu aja..”
Rama lalu memesan makanan dan kemudian setelah pelayan pergi, Rama lalu menatap Fina.
“Tumben kamu ngajak aku lunch..” katanya. “Ada apa ?”
“Ada yang pingin aku omongin..” jawab Fina.
“Ga bisa ntar sore pas aku jemput kamu ?” tanya Rama.
“Ngga.. Justru itu.. Kamu ga usah jemput aku ya..” pinta Fina.
Rama mengerutkan alisnya dan menatap Fina.
“Why ?” tanyanya. “Ga biasanya kamu kayak gini..”
Fina tersenyum dan menggelengkan kepalanya, lalu memegang tangan Rama.
“Kayaknya kita ga bisa terusin hubungan kita..” katanya lirih. “Aku pingin putus..”
Rama seperti tersambar petir, dia sangat terkejut, karena dia merasa tidak ada yang salah yang dilakukannya hingga Fina menyudahi hubungan mereka.
“Kenapa Fin ?” tanya Rama. “Aku ada salah ama kamu ?”
“Ngga kok..” jawab Fina. “Aku cuma pingin sendiri aja dulu..”
Rama menatap Fina tajam, ada yang sangat mengganggu pikirannya apalagi jawaban Fina sepertinya tidak masuk akal bagi Rama.
“Bohong..” cetus Rama. “Jujur lah sama aku.. Apa yang membuatmu mengambil keputusan ini ?”
“Beneran kok.. Aku cuma pingin sendiri dulu..” jawab Fina.
“Itu akan aku percaya kalau akhir-akhir ini kita sering berantem.. Tapi kita ga pernah ribut kok.. Terakhir aku marah sama kamu waktu kita baru pulang dari Thailand.. Dan itu sudah hampir enam bulan yang lalu..” jawab Rama.
Fina terdiam dan tidak berkata apa-apa, dia hanya menatap kosong gelas minuman yang sedang diminumnya. Rama menghentikan pembicaraan karena pelayan datang dan membawa makanan pesanan Rama.
Dan setelah pelayan itu pergi, Rama kembali menatap Fina, dan memegang tangan Fina.
“Please say it..” kata Rama. “Aku sayang banget ama kamu.. More than anything.. Tapi kenapa kamu sekarang mau tinggalin aku ?”
“Udahlah Rama..” cetus Fina. “Ini lebih karena aku pingin sendiri dulu aja..”
Fina lalu menarik tangannya dan berdiri lalu berjalan ke meja kasir. Setelah membayar semua makanan dan minumannya, Fina berjalan kembali ke meja tapi tidak duduk, dia berdiri di sebelah Rama.
“Kamu makan ya.. Abisin..” katanya. “Aku harus kembali ke kantor.. Maafin aku.. dan terima kasih untuk semuanya.. Aku sangat menghargai masa-masa indah kita..”
Fina lalu berjalan meninggalkan Rama yang tampak terdiam, tampak raut wajah yang sedih dan bercampur kecewa. Rama benar-benar kehilangan kata-kata, bahkan dia sudah kehilangan selera makannya. Rama lalu memanggil pelayan ke mejanya.
“Mas.. Tolong makanan ini di bungkusin dan kasih sama orang yang kelaparan di jalan ya..” kata Rama. “Mereka lebih butuh makanan daripada saya..”
Pelayan itu mengangguk namun terbengong dengan permintaan Rama. Tapi Rama sudah tidak perduli, dia langsung keluar dari restaurant dan menuju halte bis yang ada di dekat restaurant itu dan menaiki metromini yang datang tidak lama kemudian.
*****
Fina memasuki mobil, air matanya menetes. Dia berusaha menghapus air matanya dengan tissue di tangannya.