Rama mengendarai motor sport nya. Dia memacu nya dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Dia menuju kawasan Pondok Indah Mall. Setelah tiba di PIM, Rama menuju tempat parkir motor dan berjalan santai menuju Mall. Di dalam mall, Rama berjalan menuju salah satu restaurant yang ada di area foodcourt.
Rama mengambil sebuah kartu yang nantinya digunakan untuk memesan makanan, lalu dia mencari Gita, dan Gita pun melambai kepadanya. Rama menghampiri meja yang letaknya ada di lantai dua. Meja yang ada di lantai dua itu semuanya ada di satu baris yang sama dan ada di tepi yang berlawanan dengan pintu masuk dan keluar restaurant, sehingga kalau duduk di lantai dua, maka pengunjung di situ bisa melihat siapa saja yang duduk di bawah dan siapa yang keluar masuk restaurant.
Gita sudah duduk dan tampak menikmati makanan di hadapannya.
“Hai..” sapanya ketika Rama sudah berada di dekatnya.
“Hai Git..” sapa Rama.
Rama mencium pipi Gita, dan Gita pun tersenyum riang.
“Kamu pesen makan aja dulu..” jawab Gita.
Rama mengangguk lalu dia turun kembali dan memesan makanan dan minuman, dimana setiap stand makanan dan minuman yang dipesannya di stempel oleh pelayannya ke kartu Rama untuk memudahkan pembayaran nantinya.
Setelah semua pesanannya tersedia, Rama pun membawa nampan makanan dan minumannya ke atas, kembali ke meja Gita. Rama pun duduk berhadapan dengan Gita. Mereka makan sambil berdiskusi.
“Apa kabarmu ?” tanya Gita. “Ko kayaknya wajah kamu murung”
“Masa ?” tanya Rama. “Aku ga papa kok.. Kamu gimana ? Sehat ?”
Gita mengangguk dan tersenyum.
“O iya.. Gimana hubunganmu ama Bryan ?” tanya Rama. “You happy ?”
“You know me..” jawab Gita. “Terlalu berusaha.. haha.. Ya so far so good lah..”
“Happy ga ?” tanya Rama.
“Masih lebih happy waktu sama kamu..” bisik Gita sambil mengedipkan mata.
“Hahaha… Kamu tuh..” Rama mencubit hidung Gita. “O iya kamu dapat salam dari Mbak Ayu..”
“Mbak Ayu ?” Gita tersenyum lebar. “Dia disini ? Kapan datang ? Aku kangen ama kakakmu..”
“Iya dia lagi ada workshop.. Tapi besok udah pulang lagi ke Surabaya..” jawab Rama.
“Yaaaaahhh.. Baru mau ketemu..” Gita tampak berfikir. “Bagaimana kabar Ayah ? Sehat ?”
“Alhamdulillah sehat..” jawab Rama lagi.
“Syukur deh..” Gita tersenyum. “O iya terus kamu ama Fina gimana ? Happy ?”
Rama tertawa kecil, lalu meminum es jeruk di hadapannya, dan menatap Gita.
“Aku udah putus..” katanya. “Baru tadi siang di putusin..”
“Hah ???” Gita tampak terkejut. “Kenapa ? Apa alasan dia ?”
Rama lalu menceritakan kejadian tadi siang termasuk pembicaraannya dengan Mbak Ayu yang memberikan perkiraan sebab Fina memutuskan Rama. Gita tampak seperti sedang memikirkan sesuatu, lalu kemudian matanya menatap ke lantai bawah dimana dibawah juga banyak orang yang sedang menikmati makan malam di restaurant itu.
“Aku rasa Mbak Ayu benar..” kata Gita. “Fina sudah ada yang lain.. Dia cheating ama kamu..”
“Haha.. Kamu kan polisi Git..” jawab Rama. “Biasanya sebelum kamu menuduh pasti kamu punya bukti..”
Gita memegang pipi Rama dan mengarahkan agar kepala Rama melihat ke bawah.
“Itu buktinya..” jawab Gita.
Rama melihat Fina dan Erwin tampak menikmati makan malam di lantai bawah, Rama seperti merasa di sambar petir. Dia sangat emosi melihat hal itu, sementara itu Erwin dan Fina tampak mesra, mereka bercanda dan terkadang Erwin membelai pipi Fina sementara Fina terlihat sesekali menyuapi Erwin.
Rama langsung berdiri dan terlihat sangat marah. Namun Gita memegang tangannya dan menggelengkan kepalanya.
“Don’t..” pinta Gita. “Please Rama.. Don’t..”
Rama pun duduk kembali, matanya sangat awas dan tajam melihat Fina dan Erwin di bawah.
“Udahlah.. Toh sekarang kamu udah tahu seperti apa Fina..” jawab Gita.
“Aku cuma pingin tahu alasannya.. Kenapa dia seperti ini ?” kata Rama dengan geram.
“Rama.. Aku mengajak kamu ketemu karena aku pingin minta tolong sama kamu..” kata Gita. “Please jangan emosi melihat Fina.. Kamu fokus dengerin aku dulu.. Bisa ?”
“Ok.. Kamu mau minta tolong apa ?” tanya Rama.
“Aku sedang menangani kasus Black Mamba..” Gita menjelaskan. “Aku berusaha untuk..”
“Black Mamba ? Pencurian benda-benda berharga, lukisan, permata, uang dan pembunuhan beberapa bankir dalam tiga bulan terakhir ?” potong Rama.