Rama's Story : Gita - Death Sentence

Cancan Ramadhan
Chapter #5

Chapter 5 - PENYERGAPAN

           

Pesawat Jet Pribadi yang disewa Kepolisian Lampung mulai mendarat. Gita mengenakan kemeja dan di lapisi rompi anti peluru. Beberapa petugas bersenjata lengkap dengan mengenakan topeng yang hanya terlihat mata dan mulut serta mengenakan helm tampak berjaga dengan waspada. Lima mobil Mitsubishi Pajero tampak berbaris rapi. Catherine, James, dan Andre berdiri di samping Gita.

Pesawat itu lalu berhenti dengan sempurna dan pintunya yang juga merupakan tangga sudah terbuka. Dua orang polisi bersenjata lengkap keluar lebih dahulu dari pesawat, dan kemudian seorang lelaki asing berambut cepak, mengenakan baju tahanan, dengan tangan di borgol dan kaki di borgol, borgol tangan dan kakinya tersambung dengan rantai yang cukup panjang. Sementara mulutnya ditutup semacam logam, dan ada dua polisi lagi bersenjata lengkap di belakangnya.

Dua polisi yang lebih dahulu turun tadi langsung hormat kepada Gita. Dan Gita juga memberi hormat pada kedua polisi itu.

“Kalian dan tahanan di mobil kedua.. Catherine and James.. You’re in the third car.. Andre dan aku di mobil ke empat..” kata Gita.

Gita lalu menyalakan komunikasi yang ada di telinga nya dan di pergelangan tangannya.

“Semua.. Gunakan formasi gerendel.. sesuai arahan.. dan waspada..” kata Gita berbicara di pergelangan tangannya.

Semua petugas polisi memasuki mobil sesuai arahan Gita dan kemudian mobil berjalan beriringan dengan kecepatan stabil.

Di mobil ke empat, Andre mengemudikan mobil, Gita di sebelahnya dan dua petugas bersenjata lengkap ada di belakang mereka. Gita lalu mengambil radio mobile dan mulai berbicara di radio.

“10 - 22.. Tango Guardian..” Gita menunggu respon sejenak. “10 - 22 ke Dispatch..”

“Dispatch di sini.. Silahkan Tango Guardian..” jawab suara di radio.

“Tango Guardian.. 10 - 76 ke komando.. Tolong bersihkan jalur..” kata Gita.

“Copy Tango Guardian..” jawab suara dari radio.

Gita menaruh kembali radio mobile nya. Matanya waspada mengamati sekelilingnya, dia lalu berbicara internal melalui alat di pergelangan tangannya.

“Waspada semuanya.. Buka mata..” kata Gita.

“Rileks bos..” kata Andre. “Sepertinya semua akan baik-baik saja..”

“Ada alasan kenapa Komandan minta transfer paket yang kita bawa itu harus hari minggu..” kata Gita. “Karena lalu lintas lebih minim, resiko penyergapan besar, tapi kita bisa meminimalisir agar tidak ada korban mengingat ini masih jam tujuh pagi, dan hari minggu kebanyakan orang masih di rumah atau berolah raga..”

Andre mengangguk-angguk.

“Kita hindari jalan utama, karena ada car free day di beberapa titik..” kata Gita lagi. “Dalam situasi seperti ini aku ko seperti melihat semua orang yang menatap iring-iringan mobil ini seperti membawa senjata..”

Lalu iring-iringan mobil ini berbelok dan melintasi kawasan yang di kanan dan kiri jalannya adalah ruko. Kawasan ini tampak sangat sepi. Gita menegakkan duduknya dan mulai mengeluarkan pistolnya.

“Kenapa ?” tanya Andre.

Gita mengangkat tangannya dan kembali berkomunikasi lewat alat di pergelangan tangannya.

“Semuanya waspada..” kata Gita. “Daerah ini terlalu sepi.. Tidak seorangpun atau tukang dagang terlihat.. Ini mencurigakan…”

Gita lalu melihat seseorang tampak membawa pelontar granat di atas atap ruko yang tidak jauh di depan iring-iringan mobil.

“RPG…..!” teriak Gita.

Sebuah granat roket meluncur dan menghantam bagian belakang mobil yang terdepan sehingga meledak dan menjungkirkan mobil yang paling depan.

Blaaaaam..!

Kali ini sebuah granat roket menghantam bagian depan dari mobil terakhir dan menjungkalkan mobil itu ke belakang. Kini tiga mobil tersisa berhenti semua karena mobil terdepan dan terakhir sudah terbakar.

“Semua keluar !” teriak Gita melalui alat komunikasinya. “Kita bisa jadi sasaran empuk kalau masih di mobil.. Lindungi paket..!”

Semua personel turun dan tiba-tiba berondongan peluru pun berdesing dan memberondong semua petugas yang sudah keluar dari mobil. Gita menjauh dari mobil dan berlindung di balik sebuah bak sampah yang terbuat dari cor coran dan batu bata.

Dor..! Dor..!

Baku tembak pun terjadi, Gita memberi isyarat pada Catherine dan juga teamnya agar menjauh dari mobil.

“Bos.. Paket (tahanan ) masih di mobil..” kata Andre.

“Mereka tidak akan meluncurkan RPG karena tidak tahu paket ada di mobil yang mana diantara tiga mobil tersisa..” kata Gita. “Sekarang kamu tolong team kita yang ada di mobil yang terkena RPG.. Mereka butuh pertolongan..”

Andre mengangguk lalu dia bersama tiga petugas segera menghampiri mobil yang sudah terbalik. Gita keluar dan menembak ke arah para penembaknya untuk melindungi Andre.

“Komandan..” terdengar suara di headset Gita. “Team kita banyak yang terluka..”

Gita melihat keadaan, beberapa petugas tampak kesakitan karena ada yang tertembak di kaki, tangan, bahkan ada yang gugur.

Shit !” teriak Gita kesal.

Lihat selengkapnya