CHAPTER 1
DESA MELATI PUTIH
Kirana mencoba membuka matanya perlahan-lahan. Dia merasa kepalanya sangat pusing.
“Aduuuh..” keluh Kirana sambil memegangi kepalanya.
“Sebaiknya jangan banyak bergerak dulu..” kata seorang cowok dengan suara lembut yang menenangkan hati.
Kirana menoleh, dia melihat seorang cowok yang wajahnya tampan, berbadan tegap, rambutnya pendek, ada kumis tipis di atas bibirnya. Di sebelah kanan cowok itu ada seorang cewek remaja yang kira-kira berusia 15 tahunan, duduk di atas kursi roda. Dia melihat Kirana sambil tersenyum.
“Ga usah takut.” kata cewek itu. “Namaku Andini. Panggil aja Dini. Ini kakak saya, namanya Jaka. Kami menemukan kakak di kaki lembah, sepertinya kakak terjatuh dari jalan setapak di atas lembah ya ?”
Kirana masih berusaha menyusun kesadarannya, dia memperhatikan dirinya, dia masih mengenakan baju yang sama, celana jeans yang dipakainya terlihat kotor dan sobek di beberapa bagian.
“Berapa lama aku pingsan ?” tanyanya.
“Dua hari…” jawab Jaka. “Kami berusaha membawa mu ke Rumah sakit yang ada di tengah desa tapi adikku ini melarangnya, karena kami tidak punya uang.”
Kirana melihat suasana di sekelilingnya, dia berada di kamar yang kecil, hanya berisi tempat tidur, lemari dari kain, serta sebuah meja kecil. Dinding kamar terbuat dari batako, dan hanya di semen tapi tidak di plester ataupun di cat. Sepertinya memang kakak beradik ini bukan orang berada, pikir Kirana.
“Aduh..” kata Kirana sambil memegangi kepalanya. “kepalaku sakit sekali..”
Kirana mencoba bangun, Jaka berusaha membantunya dengan memegang lengannya namun Kirana dengan halus menolak bantuan Jaka.
“Maaf.. Jangan sentuh aku..” pinta Kirana.
“Maaf..” jawab Jaka. “Aku hanya ingin membantu..”
Kirana kini duduk di atas tempat tidur, dia masih memegangi kepalanya. Sesaat kemudian dia mulai melihat tangan kanannya, gelang pemberian Rama tidak lagi berwarna silver, tapi warnanya berubah menjadi hijau lumut, ukiran naganya hilang.
“Kenapa gelang ini berubah warna menjadi hijau lumut..” gumamnya.
“Sebaiknya kakak istirahat saja..” kata Dini sambil menggerakkan kursi rodanya mendekati Kirana. “Minumlah ini. Ini ramuan herbal untuk menjaga kesehatan kakak.”
Dini menyerahkan sebuah gelas dengan isi air berwarna coklat tua, Kirana sejenak ragu menerima gelas itu, tapi dia melihat wajah kakak beradik itu sepertinya orang yang baik. Kirana perlahan menyeruput minuman itu, rasanya manis dan aroma nya seperti melati yang berpadu dengan harumnya mawar. Tanpa terasa minuman itu habis di reguk Kirana.
“Ini jam berapa ?” tanya Kirana sambil menyerahkan gelas yang sudah kosong pada Dini.