CHAPTER 2
GELANG MUSTIKA NAGA LANGIT
Kirana membuka jendela kamarnya, seketika udara pagi pedesaan yang sejuk menerpa wajahnya yang sangat cantik.
“Segar sekali udaranya..” gumamnya.
Kini Kirana bisa melihat suasana di sekitar rumah Jaka, begitu rimbun dengan pepohonan dan tanaman hijau yang menyejukkan mata. Tidak jauh dari rumah itu, terdapat sebuah kebun yang berisi bunga mawar, terlihat sangat indah.
“Tempat ini ternyata sangat indah, tidak kalah dengan pemandangan di padepokan Teratai putih..” gumamnya.
Tidak lama kemudian terlihat Jaka keluar dari rumah, Kirana bisa melihatnya karena posisi kamar yang di tempatinya sedikit lebih maju dari pintu depan. Jaka mengenakan jaket kulit berwarna coklat dan tangan kanannya membawa sebuah tas yang lalu di pakai di punggungnya. Dengan santai Jaka berjalan menjauh meninggalkan rumah. Kirana merapikan rambutnya lalu keluar dari kamarnya. Dia melihat Dini sedang menjahit sesuatu sambil tetap duduk di kursi roda.
“Kamu sedang apa ?” tanya Kirana.
“Kak Kirana udah bangun, gimana kepala kakak ? Masih sakit ?” tanya Dini balik sambil tetap menjahit.
“Udah ilang sakitnya, kamu menjahit apa itu ?”
“Ini syal rajut, aku iseng aja bikin ini untuk jaga-jaga. Disini kalau malam sering hujan dan hawanya cukup dingin.”
“O begitu ya, o iya tadi aku lihat kakakmu pergi, dia kemana ?”
“Oh dia berangkat ke pasar kak, pulangnya nanti sore..”
“Ke pasar ? Ngapain ?”
“Menjual bibit tanaman, kerjaannya kan berkebun, sekalian ke rumah sakit untuk antar jemput obat ke rumah pasien.”
“Hah ? Rumah sakit ? O iya Aku dengar rumah sakit disini sangat bagus untuk ukuran desa ?”
“Iya kak.. desa ini sudah banyak kemajuan..”
“Aku ingin berjalan keliling desa ini, sepertinya akan sangat baik bagiku sambil menghirup udara segar disini.”
Kemudian pintu depan terbuka dan Jaka kembali muncul di depan. Dini tampak heran melihat kakaknya kembali ke rumah.
“Lho ko kakak pulang lagi ?” tanya Dini heran.