CHAPTER 5
DOKTER HENDRAWAN YANG RUPAWAN
“Sudah, silahkan bangun..” kata Dokter Hendrawan.
Kirana masih berbaring di tempat periksa, dan dokter Hendrawan baru saja selesai memeriksa kondisinya.
“Jadi apa yang terjadi dengan saya, dok ?” tanya Kirana. “Apa kepala saya terbentur sesuatu ? dan apa harus melakukan CT Scan ?”
“Tidak ada luka di kepalamu, dan kamu memiliki rambut yang indah dan halus..” puji sang dokter.
Namun Kirana tidak menggubris pujian dokter tampan itu, dia lalu turun dari tempatnya berbaring dan menghampiri sang dokter.
“Tidak ada luka fisik bukan berarti tidak ada luka dalam kan dok ?” cetusnya. “Apa anda tidak menyarankan saya untuk CT Scan ?”
“Di rumah sakit ini tidak ada peralatan untuk CT Scan..” jawab sang dokter. “Tapi aku bisa yakinkan kamu baik-baik saja.. detak jantung, pernafasan, dan tekanan darah kamu normal semua..”
“Lalu menurut anda kenapa kepala saya selalu merasakan sakit di saat tertentu..”
“Aku tidak tahu pasti penyebabnya.. tapi yang jelas itu bukan berasal dari jasmani kamu karena secara medis kamu baik-baik saja..”
Dokter Hendrawan mempersilahkan Kirana duduk di hadapannya, sembari dia menuliskan selembar resep di kertas yang ada di hadapannya.
“Ini aku berikan beberapa obat untuk kamu minum supaya keadaan kamu membaik..” katanya sambil menyerahkan kertas resep pada Kirana.
Kirana membaca resep yang tertulis di kertas itu lalu memandang Dokter Hendrawan yang ada di hadapannya.
“Obat yang anda resepkan ini.. semuanya obat penenang dan satu obat untuk mengatasi gangguan stress akut..” cetusnya. “Anda berpikir saya dalam keadaan stress berat sehingga perlu obat penenang dosis tinggi..?”
Dokter Hendrawan terlihat sedikit terkejut dengan ocehan Kirana.