CHAPTER 6
PRIORITAS RAMA
Padepokan Teratai Putih..
“Apa kamu melihat Bunga ?”
Guru besar Fatahillah tampak bertanya pada salah satu murid senior di situ, namun murid itu menggeleng karena tidak tahu keberadaan Bunga.
“Bukannya dia bersama Guru besar tadi pagi ?” tanya murid itu balik.
“Iya, tapi tadi setelah sarapan, dia pergi terburu – buru..” jawab Guru besar.
Nyai Biru, yang merupakan guru pencak silat Teratai Putih khusus wanita, datang menghampiri Guru besar Fatahillah dan memberi hormat.
“Selamat siang Guru besar..” sapanya. “Anda mencari Bunga ?”
“Iya.. Nyai melihatnya ?”
“Iya.. dia pergi lagi ke desa melati putih lagi katanya.. kali ini dia mengajak Cahaya kesana.. entah apa maksudnya..”
“Maksud Nyai, Cahaya murid terbaikmu ?”
“Benar, Guru besar.. tolong katakan pada saya apa yang terjadi ?”
Guru besar mengerutkan keningnya seperti sedang berusaha menebak apa yang akan Bunga lakukan dengan mengajak Cahaya ke melati putih.
“Guru besar ?” tanya Nyai Biru mencoba memecahkan lamunan Guru besar.
“Ini tentang Kirana.. dia tergelincir dan jatuh ke wilayah desa melati putih..” jawab Guru besar. “Bunga mencoba mengeluarkannya karena..”
“Karena ada Pangeran Cinta disana..” sambung Nyai Biru. “Kirana bisa menjadi sasaran empuk disana.. tapi kenapa dia mengajak Cahaya ke sana ?”
“Cahaya sangat lincah, Bunga sedang mengandung kan.. dia membutuhkan Cahaya agar mendampinginya untuk mencari Kirana..”
“Tapi Cahaya bukan tandingan sang pangeran playboy itu kalau mereka harus bertarung..”
Guru besar menggeleng sambil tersenyum, “Itu tidak akan terjadi.. sang pangeran itu tahu Bunga putriku, dia tidak akan berani menyakitinya.. dan cahaya adalah murid teratai putih.. dia juga tidak akan mengajaknya bertarung.. tapi Kirana.. Kirana bukan murid sini dan juga bukan anakku.. dia menjadi yang paling rentan untuk menjadi targetnya..”
“Lalu Guru besar akan melakukan apa untuk menyelamatkan Kirana ?” tanya Nyai sambil menatap serius sang Guru besar.
“Aku sedang memanggil seseorang ke sini.. untuk menemukan seseorang..”
“Evan Rama ?”
Guru besar menggeleng, “Rama pasti akan langsung menuju melati putih seandainya dia kesini.. dan pertarungan dua pendekar hebat tidak akan bisa di hindari.. tapi bukan Rama yang aku tunggu saat ini..”