Rama's Story : Kirana - Bittersweet Symphony

Cancan Ramadhan
Chapter #16

Chapter 15 - Kisah Pilu Sang Dokter

CHAPTER 15

KISAH PILU SANG DOKTER


“Pangeran Cinta ?” Kirana sangat terkejut mendengar penjelasan sang dokter. “Jadi.. dia rupanya..”

“Kamu.. tahu tentang pangeran cinta ?” tanya sang dokter.

Kirana mengangguk, “Aku diperingatkan oleh beberapa orang.. tentang pangeran cinta ini..”

“Apa yang mereka katakan padamu tentang dia ?”

“Hmm… mereka bilang bahwa dia adalah playboy.. tapi bukan sembarang playboy, dia sering mematahkan hati para wanita.. bahkan merusak rumah tangga orang, merebut istri orang, dan setelah puas bermain dengan hati para wanita yang menjadi targetnya, dia akan mencampakkannya begitu saja.. hingga ada yang sampai gila.. tapi aku ngga tahu apakah itu benar atau cuma hoax..”

“Itu benar..” jawab sang dokter. “Karena keluargaku pernah menjadi korbannya..”

Kirana cukup terkejut mendengarnya, “Apa yang terjadi ?”

Dokter Hendrawan menghela nafasnya sejenak lalu mulai bercerita.

“Dulu aku bekerja di salah satu rumah sakit di Jakarta.. Aku punya seorang adik, dia sangat cantik, profesinya adalah model.. singkat cerita, dia berkenalan dengan Aldo di suatu tempat, dan hanya dalam hitungan detik, adikku jatuh cinta padanya.. sejak itu dia jadi bucin, ga mau lagi mendengar kata-kataku, dalam pikirannya hanyalah pacaran dan pacaran saja.. Karena penasaran, aku mencoba mencari tahu tentang Aldo.. dan disitulah aku tahu bahwa dia adalah anak bungsu dari Heru Bharata sang raja property dari Bharata Group.. aku mendengar reputasi Aldo yang playboy jadi aku mencoba menasihati adikku.. tapi terlambat..”

Dokter Hendrawan berhenti sejenak, seakan mengumpulkan rasa dan emosi yang muncul kembali, kemudian dia melanjutkan ceritanya.

“Terlambat karena adikku sudah hamil dua minggu ketika aku memberitahukan hal tentang Aldo.. Karena kondisinya yang tengah hamil, aku menuntut pertanggungjawaban dari Aldo.. tapi saat aku menemuinya, dia justru sedang bersama wanita lain.. dan dengan entengnya, dia mengatakan bahwa apa yang terjadi pada adikku itu hanyalah kebetulan yang tidak di inginkan.. dia memberikan uang pengganti agar adikku mau menggugurkan kandungannya tapi adikku menolak.. semakin hari adikku semakin stress, karena di tinggalkan Aldo begitu saja.. hingga akhirnya dia memilih obat racun serangga sebagai minuman terakhirnya.. dia dan anak yang dikandungnya, meninggal..”

“Maaf.. saya ikut berduka..” potong Kirana. 

“Terima kasih..” jawab sang dokter. “Setelah kejadian itu, aku marah dan menuntut Aldo bahkan saking emosinya, aku melakukan somasi pada Bharata Group.. Hingga akhirnya pak Bharata sendiri yang menemuiku.. dia bilang akan memenuhi semua permintaanku asal aku tidak lagi menuntut Aldo dan berdamai dengannya.. Lalu aku teringat keinginan adikku saat dia masih hidup, dia selalu suka mengikuti kegiatan social untuk membantu mereka yang tidak mampu.. jadi akhirnya aku membuat kesepakatan dengan Bharata Group, aku akan memaafkan semua kesalahan mereka asalkan mereka mau mendirikan rumah sakit dengan fasilitas memadai di desa yang tertinggal, dan aku sendiri yang memimpin di rumah sakit itu nantinya.. dan akhirnya kamu bisa lihatkan.. bagaimana rumah sakit megah berdiri disini, dan para penjaga bharata membiarkan aku keluar masuk desa..”

“Lalu apa yang dilakukan Aldo di sini, dok ?”

“Pak Heru Bharata saat ini sedang sakit, sehingga untuk sementara Aldo yang mmengawasi pembangunan resort dan kawasan wisata disini..”

“Apa dia masih melakukan aksinya disini ? Hingga isu tentangnya menyebar di pelosok desa yang ada di lereng Gunung Arjuna ini..”

“Iya masih.. aku mencoba menegurnya tapi dia malah marah dan mengatakan agar tidak mencampuri urusannya.. tapi kamu tidak perlu takut padanya, Kirana.. Dia masih menghargai aku, kalau dia tahu kita dekat, aku yakin dia tidak akan mengganggumu..”

“Apa benar dia jago bela diri ?” tanya Kirana lagi. “Saya dengar kemampuannya sangat tinggi..”

“Kalo tentang hal itu, aku tidak tahu karena aku belum pernah melihatnya bertarung..”

Kirana terdiam, seperti sedang memikirkan sesuatu.

“Nah kita sudah sampai..” kata sang Dokter.

Kirana melihat ke depan, di sebuah lapangan yang seluas lapangan sepak bola, ada kemeriahan pasar malam, banyak cahaya warna warni, dan keramaian penduduk juga banyak. Mobil dokter berhenti di pinggir lapangan, lalu Kirana dan dokter keluar dari mobil. Keduanya berjalan memasuki area festival yang sangat ramai.

Lihat selengkapnya