CHAPTER 18
K E R I N D U A N
Kirana tertegun, dia benar-benar tidak mampu berkata-kata, antara percaya atau hanya mimpi. Setelah Jaka mampu berdiri sendiri, Rama menghampiri Kirana.
“Hai..” sapa Rama dengan senyumannya. “Maaf aku membuatmu menunggu..”
“Rama..” kata Kirana gugup. “Ini benar kamu ? Atau aku cuma mimpi..”
“Ini aku.. masa mimpi ?”
“Kamu datang kesini.. untukku ?”
Rama mengangguk, “Iya.. aku ingin menjemputmu..”
Kirana langsung memeluk Rama, dan Rama membalas pelukan Kirana dengan erat. Begitu hangat pelukan Rama yang di rasakan Kirana, air matanya menetes bahagia. Dia merasa begitu terlindungi dalam belaian lembut Rama di rambutnya. Setelah beberapa saat, Rama lalu melepaskan pelukannya dan meminta Kirana tidak beranjak dari situ.
“Tunggu disini..” pintanya pada Kirana.
Rama lalu berjalan mendatangi Aldo dan berlutut disisinya sambil mencengkeram bajunya.
“Dengarkan aku..” bisiknya pada Aldo. “Jangan pernah menyentuh gadisku.. dan jangan pernah menganggu keluarga ini lagi.. atau aku tidak akan memberi ampun lagi padamu..”
Aldo tertawa meledek, “Kamu… Kamu tidak akan.. bisa menghalangi.. rencana ayahku.. dia akan mengirim orang lagi selain kami..”
Rama mengeplak kepala Aldo, “Aku tidak peduli.. Sekarang pergilah.. dan jangan kembali lagi !”
Perlahan para preman itu bangun dan memasuki mobil, beberapa dari mereka sudah tidak sanggup berdiri sehingga harus di bopong rekannya. Dan tak lama kemudian mobil Aldo dan kawanannya pergi.
Kirana menghampiri Jaka yang sudah babak belur, matanya bengap satu dan tidak bisa terbuka, sementara wajahnya penuh darah, Kirana lalu menoleh pada Rama.
“Rama, ini Jaka..” katanya. “Dia yang menolongku saat jatuh dari tebing dan memberiku tumpangan untuk istirahat..”
Rama tersenyum pada Jaka, “Terima kasih sudah mau menolong Kirana.. dan bersusah payah melindunginya sampai kamu dihajar seperti ini..”