Rama's Story : Kirana - Bittersweet Symphony

Cancan Ramadhan
Chapter #25

Chapter 24 - Duel Di Tengah Hujan

CHAPTER 24

DUEL DI TENGAH HUJAN


Pagi itu cuaca kembali mendung, awan kelabu seperti sepakat untuk menutup sang surya, sehingga Bumi terlihat murung. Kirana berdiri di teras rumah Jaka dengan tatapan murung. Rama menghampirinya dan menepuk bahunya.

“Masih pagi.. ko melamun ?” tanya Rama.

“Cuaca ini menambah galau perasaanku..” jawab Kirana. “Aku takut..”

“Tidak ada yang perlu kamu takutkan, Kirana..”

“Rama.. apa kamu tidak bisa merubah keputusanmu ? Sebaiknya jangan meladeni dia.. kita ke padepokan saja..”

Rama tertawa kecil, “Kan aku sudah bilang dari kemarin.. tidak ada yang perlu kamu takutkan.. ini seperti duel biasa..”

“Kamu tidak seperti Rama yang aku kenal..” jawab Kirana sambil meneteskan air mata. “Rama yang dulu, tidak akan egois.. dan lebih mengutamakan orang yang di cintainya.. aku bisa melihat bagaimana kamu begitu amat mencintai Virgo hingga rela mengorbankan apapun.. aku juga mendengar bagaimana dulu kamu melindungi Gita dan berusaha menjauhkan dia dari bahaya..”

“Menjauhkan dia dari bahaya ? Gimana caranya ? Dia kan polisi.. hahaha.. tugasnya memburu kriminal..” potong Rama. “Aku melakukan ini untuk melindungimu.. aku masih Rama yang sama..”

“Mungkin saja kamu tidak mencintai aku, hanya berusaha membuatku senang dan memberi harapan palsu..” tukas Kirana.

Rama memeluk Kirana dan membelai rambutnya.

“Aku ngga bohong. Aku mencintaimu. I was born to make you happy..”

Proof it.. Buktikan Rama.. Aku ingin merasakan hangatnya cintamu..”

“Aku tidak ingin melakukannya disini, Kirana.. Nanti setelah kita menikah, aku akan membahagiakanmu setiap hari..”

Kirana mempererat pelukannya seolah ingin dipeluk Rama selamanya.

“Kak Rama..”

Rama dan Kirana melepas pelukan karena Dini sudah berada di belakang mereka.

“Ada apa Dini..?” tanya Rama.

“Kak Jaka masih belum pulih jadi dia minta maaf tidak bisa menemani kak Rama..”

Rama mengangguk, “Ga papa ko.. aku berangkat sendiri.. kakakmu lebih baik istirahat saja disini..”

“Aku ikut denganmu..” potong Kirana. “Dan jangan melarangku..”

Rama tertawa kecil, “Iya.. iya.. kalo gitu ayo kita berangkat..”

Keduanya melangkah keluar rumah dan seketika rintik hujan mulai membasahi mereka perlahan. Rama memegang tangan Kirana, mereka berjalan bergandengan menuju tempat pertemuan mereka dengan Pangeran Cinta kemarin.

“Berjanjilah padaku.. agar kamu menyudahi duel saat dia sudah terjatuh..” pinta Kirana.

“Iya.. dan setelah itu kita akan kembali ke padepokan..” jawab Rama. 

Setelah beberapa saat akhirnya mereka tiba di tempat yang di tuju, gerimis berubah menjadi hujan, dan terlihat petir sesekali menyala seperti sebuah cahaya di balik awan kelabu.

“Tidak ada siapa-siapa disini, apa dia tidak berani datang ?” cetus Kirana.

“Mungkin belum datang..” kata Rama.

Tidak ada siapa siapa di tempat itu, rumput mulai basah terkena siraman air hujan, angin bertiup cukup kencang, Kirana mulai merapatkan jaket panjangnya.

“Kamu kedinginan ya ?” tanya Rama. “Sebaiknya kamu duduk saja di saung itu..”

Rama menunjuk saung kecil tempat dia dan Kirana berteduh kemarin. Tapi Kirana menggeleng.

“Aku tetap disini, bersamamu..” cetusnya.

Sebuah mobil menghampiri mereka, Kirana mengenal mobil itu, milik Dokter Hendrawan. Dan benar, setelah mobil berhenti, dokter hendrawan keluar. Dokter itu menggunakan jas hujan dan sebuah payung yang masih tertutup. Dia berlari kecil menuju tempat Rama dan Kirana berdiri

“Itu yang namanya dokter Hendrawan..” kata Kirana pada Rama. “Apa benar dia sang pangeran cinta..?”

Rama tidak menjawab, dia terus memperhatikan dokter Hendrawan hingga akhirnya sang dokter berdiri di hadapannya.

“Kirana, apa yang kamu lakukan disini ?” tanya Dokter Hendrawan.

“Dokter.. Ini Evan Rama.. kekasihku..” jawab Kirana. 

Dokter Hendrawan memperhatikan Rama dari atas sampai ke bawah, lalu menyalaminya.

“Saya Hendrawan.. dokter di sini..” katanya.

Rama menyalami sang dokter tanpa berkata apapun, sementara Kirana semakin erat menggenggam lengan Rama seolah menunjukkan pada dokter Hendrawan bahwa dia adalah milik Rama.

Lihat selengkapnya