EPILOG
Duaaaarrrr !!!
Petir menyambar disertai suara gemuruh, hujan semakin deras, anginpun bertiup sangat kencang. Halaman padepokan Teratai Putih yang indah kini dibasahi dengan air hujan. Guru Besar Fatahillah berdiri di tepi pendopo utama, matanya menatap langit yang begitu gelap seakan alam ikut muram dan bersedih. Nyai Biru datang menghampiri dan berdiri di sebelah Guru Besar.
“Bagaimana menurut Guru Besar tentang semua ini ?” tanya Nyai Biru.
“Ini semakin rumit, aku sangat mengkhawatirkan Kirana..” jawab Guru Besar.
“Lalu apa menurut anda keputusan Rama benar ? Dia diberi pilihan antara menjumpai Kirana langsung atau mencari Jingga terlebih dahulu.. dia sudah memutuskan, apa keputusannya salah ?”
“Rama bukan orang yang gegabah.. hati dan nuraninya sudah terlatih.. dia pasti memiliki alasan dengan pilihannya..”
“Jadi kita harus bagaimana sekarang, Guru besar ? Membiarkan Kirana di melati putih ?”
“Tidak.. Tapi kita tidak boleh gegabah, Nyai.. Pangeran Cinta ini memiliki skill yang unik dan mematikan.. Kalau kita salah melangkah, bisa-bisa Kirana akan hilang selamanya, tersesat dalam permainan pangeran cinta..”
“Jadi untuk saat ini kita hanya diam saja ?”
Guru besar mengangguk, “Bunga dan Cahaya juga sudah aku minta kembali kesini dulu, aku mengkhawatirkan Banyu..”
“Ada apa dengan Banyu ? Dia sudah menemukan Jingga ?”
“Sudah.. tapi perjalanan membawa Jingga kesini yang aku khawatirkan.. Pangeran Cinta itu tahu bahwa hanya Jingga yang bisa merusak rencananya.. dia akan melakukan segala cara untuk mencegah Jingga kesini.. aku harap Banyu mampu menjaganya..”
“Jadi maksud anda, pangeran cinta sudah tahu bahwa Jingga akan membantu Kirana nantinya..”
Guru besar mengangguk, “Iya.. beberapa hari yang lalu, murid yang menjaga gerbang timur menemukan beberapa orang yang tengah berusaha menanyakan keberadaan Jingga pada beberapa penduduk desa.. mereka disuruh pangeran cinta dan Bharata Group..”