Surabaya, 2003
Di dalam bis, tampak seorang remaja SMA, sedang duduk dan membaca sebuah buku, wajahnya begitu serius membaca buku dan tidak memperhatikan hal di sekitarnya. Remaja itu adalah Rama, yang masih berusia 16 tahun dan baru saja masuk dunia baru di SMA. Banyak remaja SMA lain di bis itu namun Rama sangat cuek dan terlihat duduk sendirian. Dia konsentrasi untuk pelajaran di hari itu.
Dan ketika bis itu sudah mendekati tujuannya, Rama pun berdiri dan mendatangi pintu keluar bis lalu turun. Dia telah tiba di tujuannya, sekolah SMA nya yaitu SMA Trimurti Surabaya. SMA Trimurti Surabaya terletak di sentral Surabaya, tepatnya di Jalan Gubernur Suryo, di kiri SMA Trimurti adalah kantor Gubernur Jawa Timur, sedangkan di sayap kanannya adalah Jalan Tunjungan dan Mall Tunjungan Plaza yang terkenal. Posisi yang strategis dan juga prestasi yang di raih para alumni Trimurti semasa mereka menjadi siswa menjadikan Trimurti sebagai salah satu SMA Swasta favorit terbaik di Surabaya.
“Rama..”
Suara seseorang membuat Rama menoleh, dia melihat Dion yang merupakan temannya sejak SMP dan juga masuk di SMA yang sama saat ini dengannya. Dion tampak berlari kecil menyusul Rama, keduanya lalu berjalan beriringan. Dion berperawakan kekar, wajahnya cukup tampan dan rambutnya selalu rapi dengan gel yang melapisinya. Beda dengan Rama, Dion memiliki sifat temperamen dan keras kepala. Tapi Dion sangat setia kawan, dia selalu ada di sisi Rama untuk membela sahabatnya itu jika Rama mengalami masalah.
“Hei Bro..” sapa Rama.
“Eh Rama, Kamu udah ngerjain PR Akuntansi kemarin ?” tanya Dion.
“Udah.. Napa ? Mau nyontek ?” cetus Rama.
Dion tertawa sambil mengangguk, “Yoi bro… Aku males banget liat soal soalnya, udah nyoba ngerjain tiga kali tapi tetep ga balance saldo nya.. wkwkwk..”
Rama tertawa, mereka berdua bicara ngalor ngidul menyusuri halaman SMA Trimurti Surabaya yang cukup luas. Namun tidak lama kemudian Rama berhenti berjalan, dia melihat ada beberapa siswi cewek yang sedang berbincang di dekat tangga yang menuju ruang Yayasan dan laboratorium. Perhatiannya tertarik pada cewek yang mengenakan bando biru dan berambut sebahu. Lesung pipitnya sangat menawan, apalagi jika tersenyum. Rama merasa jantungnya berdegup kencang ketika melihat cewek itu. Dion menyadari hal itu, dia melihat Rama sejenak, lalu melihat ke arah tatapan Rama, dan…
Plaaak !
Dion menepuk kepala Rama dengan lembar LKS yang dari tadi dibawanya, sambil tertawa terbahak-bahak.
“Rama.. Mata kamu itu lho.. Ga berkedip gitu.. Kamu suka sama Maya ya ?”
Rama hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya sembari terus menatap cewek yang bernama Maya. Dion kembali tertawa lalu menarik tangan Rama agar kembali berjalan menuju kelas.
“Bro..” kata Dion lirih. “Kamu yakin suka ama Maya ?”
“Kenapa emang ?” tanya Rama. “Kamu juga suka ?”
“Ngga lah bro…” Dion tertawa kecil. “Tapi Maya itu banyak yang naksir bro.. Salah satunya si Ferdian.. Anak kelas sebelah..”
“Ferdian kelas 1-1 ?” tanya Rama.