Rama's Story : Pandawa Lima - Beginning

Cancan Ramadhan
Chapter #1

Prolog

Tretes, Jawa Timur

Mobil Mercedes SLK 200 berwarna putih melesat menelusuri jalanan kawasan Tretes. Sebuah kawasan indah pariwisata di Jawa Timur. Udara yang sangat sejuk dan pemandangan yang indah terhampar disitu. Dibalik kemudi mobil tampak seorang wanita yang cantiknya luar biasa, menggunakan syal warna pink yang melingkari lehernya, kaca mata hitam menutupi kesedihan yang terpancar di wajahnya. Ya, itu adalah Kirana Dewi, sang dokter yang cerdas dan sangat cantik. 

Setelah peristiwa besar menimpa orang yang sangat dicintainya yaitu Rama, yang harus menghadapi criminal buronan polisi, Van Vossen atau yang dijuluki the wolf alias sang serigala (Rama’s Story : Virgo – Never Say Goodbye ), Kirana pergi meninggalkan Rama, karena dia sadar tidak mampu merebut hati dan cinta Rama pada Virgo. Kirana sangat mencintai dan mengagumi Rama, namun dia memilih untuk bersabar dalam usahanya mendapatkan hati Rama.

Kirana menyadari, untuk mendapatkan hati Rama, dia harus mampu “mengenali” Rama lebih jauh, dan jika peluang untuk mendapatkan hati Rama itu memang ada, maka dia tidak akan menyia-nyiakannya…

Mobil Kirana terus melaju, menuju lereng Gunung Arjuna, dan tidak lama kemudian dia berbelok menuju sebuah jalanan berkerikil, Kirana pun mengurangi kecepatan mobilnya dan perlahan berhenti. Kirana turun dari mobilnya dan memandang sekelilingnya, di sekeliling jalan setapak itu adalah hutan dengan pohon yang cukup tinggi. Tidak ada satupun rumah penduduk di situ. Kirana mengambil HP nya dan berusaha melihat GPS nya namun ternyata sinyal tidak terlalu kuat disitu.

“Apa benar disini lokasinya ?” gumamnya. “Tidak ada papan petunjuk jalan sama sekali..”

Kirana kembali masuk ke mobilnya lalu mengambil sebuah kertas berisi coret-coretan yang ada di jok sebelahnya. Kirana tampak berpikir sejenak lalu dia manggut-manggut sambil bergumam sendiri.

“Kalau lihat catatan Dara, sepertinya ini jalan yang benar..”

Kirana membuka kacamata hitamnya dan menaruhnya di atas kepalanya seperti bando, lalu mulai menjalankan mobilnya kembali. Mobil Kirana melaju pelan di atas jalanan berkerikil itu, dan perlahan menyusuri jalanan yang semakin lama semakin gelap karena sinar matahari kesulitan menembus lebatnya pepohonan. Setelah sekitar dua kilometer perjalanan, akhirnya jalanan berkerikil itu berakhir di sebuah tanah lapang dengan beberapa bangunan rumah penduduk di sekitarnya. Tempat itu cukup luas dan matahari bersinar cerah di pemukiman itu sehingga terkesan luas dan terang.

Beberapa penduduk yang sedang beraktifitas disitu, tampak mulai memperhatikan kedatangan Kirana. Mobil mewah milik Kirana sangat menyita perhatian dan Kirana pun menyadari hal itu. Dia lalu memarkir mobilnya dan turun. Beberapa pria muda yang ada di situ, benar-benar terpesona dengan kehadiran Kirana.

Penampilan elegan Kirana, memang terlihat mempesona. Tshirt biru laut dipadukan dengan celana jeans se lutut, lalu sepatu kets berwarna biru laut dan syal pink yang melingkar di lehernya menambah pesona kecantikannya. Hampir semua penduduk pemukiman disitu keluar dan memandang Kirana secara bersamaan.

Kirana tersenyum lalu melangkah dan mendekati salah seorang penduduk, seorang wanita yang sebaya dengannya.

“Selamat pagi..” sapa Kirana.

Wanita yang disapa Kirana pun tersenyum dan mengangguk, namun tetap membisu dan tidak berkata apa-apa.

“Maaf saya mau tanya..” sambung Kirana. “Apa benar disini ada yang bernama Indira Puspita ?”

“Saya Indira Puspita…”

Suara seorang wanita datang dari belakang Kirana, dan dia pun menoleh. Seorang wanita yang berusia sekitar 25 tahun berdiri dibelakangnya. Wanita bernama Indira itu berambut ikal dengan panjang sebahu. Sorot matanya terlihat ramah namun cukup tegas,

Lihat selengkapnya