CHAPTER 1
ARJUNA DAN SRIKANDI
Kuda warna hitam yang di tunggangi Rama melesat dengan cepat, sementara Cintya dengan kuda warna putihnya menyusul dibelakangnya. Kedua nya tampak tersenyum dan bergantian memandang satu sama lain. Rama dan Cintya tampak sangat lihai dan lincah mengendarai kuda mereka, kuda-kuda itu berlari kencang dan mengikuti arahan penunggangnya.
Rama memicingkan matanya, dia melihat ada papan target kurang lebih 70 meter di samping kirinya.
“Sayang..” panggil Cintya keras.
Rama menoleh, dan Cintya melemparkan busur panah jenis compound bow berwarna merah ke arah Rama. Dan Rama dengan cekatan menangkap Busur itu dan mengambil anak panah yang di taruh di punggungnya. Rama mengurangi kecepatan kudanya lalu membidik papan target. Mata kirinya di pejamkan, dia sangat fokus pada papan target yang di incarnya.
Dan.. sssssuut.. anak panah pun di lepaskan Rama, melesat dengan kecepatan 340 kaki per detik, dan menancap tepat di papan sasaran, di cincin ke lima yang berwarna biru.
“Your turn..” teriak Rama sambil melempar busur compound nya ke Cintya.
Kuda Cintya berlari mensejajarkan diri dengan kuda Rama, dan Cintya pun menangkap Busur yang di lemparkan Rama. Lalu mereka berdua membelokkan kuda mereka dan berbalik arah hingga setengah lingkaran lalu memutar kembali ke posisi semula, hanya saja kini Cintya ada di sisi kiri dan Rama ada di sisi kanan, hal ini untuk memudahkan Cintya membidik sasaran yang ada di sebelah kiri.
Cintya mengambil anak panah dari sarungnya yang di taruh di punggungnya. Lalu dia memicingkan matanya dan fokus membidik sasaran hingga.. sssssuut.. anak panah yang dilepaskan Cintya melesat cepat dan mengenai tepat di papan target, di cincin terdalam.. di cincin X..! Atau cincin yang paling tengah dan dianggap tiebreaker. Anak Panah Rama yang ekornya biru berada di lingkaran ke lima, sedangkan anak panah Cintya yang ekornya pink berada di lingkaran pertama.
Kedua nya menghentikan laju kuda mereka dan Rama mengambil teropong dari kantong pelana kudanya lalu meneropong papan target yang tadi dibidiknya.
“Kamu amazing..” kata Rama sambil menyerahkan teropong ke Cintya.
Cintya mengambil teropong dari tangan Rama, lalu meneropong papan target nya, dan dia bersorak sambil tetap meneropong.
“Yeaaaaaaa…” teriaknya gembira. “Mas yang traktir aku makan berarti..”
Rama tertawa lalu turun dari kuda nya. Cintya pun turun dari kudanya, lalu keduanya menuntun kuda masing-masing sambil berjalan santai.
“Kamu hebat..” kata Rama. “Sering manah ya ternyata..”
“Iya.. manah hati mas..” jawab Cintya sekenanya. “Wkwkwk.. Kan aku emang seneng manah dari kecil..”
“Amazing..” kata Rama. “Ngga gampang lho memanah dari atas kuda yang tengah berlari.. Tapi kamu tepat sasaran..”
“Mas juga amazing..” kata Cintya. “Tepat sasaran juga kan… Tapi yang bikin aku seneng tuh ternyata mas bisa memainkan permainan yang aku suka.. Berkuda dan memanah..”
Rama merangkul Cintya lalu mencium keningnya. Kini keduanya berjalan mendekati papan target lalu sesampainya di sana, mereka saling foto menggunakan HP lalu selfie berdua, sementara kuda-kuda mereka tampak asyik menikmati makan rumput di situ. Lalu tidak lama kemudian keduanya mencabut anak panah dari papan sasaran dan mengganti kertas sasaran dengan yang baru, lalu keduanya kembali menuntun kuda mereka dan menjauh dari papan target sejauh sekitar 70 meter.
Rama lalu kembali membentangkan busur compound nya, dan membidik papan target di hadapannya. Cintya pelan-pelan mendekati Rama, lalu berjinjit dan meniup telinga Rama pelan, tepat sesaat sebelum anak panah dilepaskan Rama. Dan akibatnya anak panah Rama melenceng jauh entah kemana.
Rama memandang Cintya gemes, sementara Cintya tampak tertawa senang.
“Masa gitu aja ga konsen… hahaha..” Cintya tertawa.
Rama mengeluarkan anak panah nya dan membidik sekali lagi, kali ini seluruh pandangannya fokus ke papan target. Dan Cintya masih ingin iseng dan kembali mendekatinya perlahan, kali ini dia berjinjit dan mendekatkan wajahnya ke Rama sambil mengelus bahu Rama yang tampak mengeras karena membentangkan dan menahan busur panahnya. Rama tidak memperdulikan sikap jahil Cintya, matanya tetap fokus. Dan ketika Rama bersiap melepaskan anak panahnya, saat itu Cintya mencium telinga Rama. Dan hasilnya bisa di tebak… Anah panah Rama melesat tanpa tujuan.
Cintya kembali tertawa terpingkal-pingkal sampai dia harus bersandar pada kuda nya dan Rama melihatnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Kamu ya…” kata Rama gemas.
Rama langsung membuang busur nya dan seketika memegang kedua tangan Cintya dan menggelitik pinggangnya. Cintya pun tertawa geli, lalu berlari menghindari Rama tapi Rama menangkapnya lagi. Keduanya jatuh ke rumput, Cintya tertindih badan Rama tapi dia masih tertawa terpingkal-pingkal, sementara Rama memandangi wajah Cintya yang sangat cantik apalagi saat tertawa. Dan secara berangsur, ketawa Cintya mereda, sambil keduanya tetap saling menatap.
“Kenapa sayang..?” tanya Cintya. “Ko ngeliatin aku aja..?”
“Kamu cantik banget sih..” jawab Rama. “Anugrah terindah dari Tuhan untuk aku..”
Lalu mereka berciuman mesra, sementara kuda-kuda mereka meringkik seperti malu melihat kemesraan dua sejoli itu.
“Sayang..” kata Cintya. “Ini kan di rumput.. Tar aku digigit semut lho, mas enak ada di atas, aku yang kena duluan..”
Rama tertawa lalu berdiri kemudian menarik tangan Cintya agar berdiri juga. Cintya memeluk Rama sebentar, kemudian dia mengambil busur yang tadi di buang Rama, mengambil anak panah yang tadi di letakkan di pelana kudanya, dan bersiap membidik.
“My turn..” kata Cintya.
Cintya membentangkan panahnya lalu mulai membidik papan target nya. Rama kini berjalan mendekati Cintya.
“Saatnya pembalasan..” kata Rama.