Rama's Story : Virgo Chapter 2 - Guardian Angel

Cancan Ramadhan
Chapter #2

Kirana

CHAPTER 2

KIRANA

Hari ini adalah hari Sabtu. Rama tampak sedang ber jogging melewati track disekitar rumahnya. Dengan menggunakan bending di kaki dan tangannya sebagai pemberat, Rama berlari cukup cepat, lalu berhenti di sekitar taman yang menjadi pusat atau titik tengah dari perumahan yang dihuni Rama.

Rama berhenti dan berdiri di tepi danau kecil buatan developer setempat, lalu melakukan push up berkali-kali di tepi danau, dan setelah itu membeli air mineral di kedai kecil yang ada di situ dan kemudian duduk di salah satu kusi taman dan meminum air mineralnya.

“Hai..”

Rama menengok ke arah sapaan itu, ya disebelahnya duduk seorang gadis yang tampak baru selesai jogging juga, mengenakan setelan training pink, rambutnya di kuncir dan mengenakan bando juga berwarna pink. Gadis itu berkulit putih, cantik dan menarik, sepertinya dia berdarah campuran.

“Hai..” balas Rama sambil tetap meminum air mineralnya.

“Aku Kirana..” kata Gadis itu mengenalkan diri. “Aku baru pindah ke sini dua hari yang lalu..”

Rama tersenyum dan menyalami Kirana itu.

Welcome to neighborhood..” kata Rama. “Aku Rama.. Sebelumnya memang tinggal dimana ?”

“Hiroshima, Jepang..” kata Kirana. “Aku dari kecil pindah-pindah.. Dari SD sampai SMP aku di London, SMA di Frankfurt, dan kuliah di Hiroshima..”

Amazing..” kata Rama. “Kimi no nihongo wa joozu deshoo (Bahasa jepangmu pandai dong)…”

Kirana tampak kaget dan menoleh ke Rama.

Nihongo wa dekiru ? (Kamu bisa bahasa Jepang?) Tsugooi (Luar biasa)..” jawab Kirana. “so you speak japanese..?”

Just a little..” jawab Rama. “Orang tua kamu kerja apa ko kamu pindah-pindah begitu..?”

Scientist..” jawab Kirana. “Di bidang Biologi.. Dia selalu di kontrak perusahaan besar, makanya pindah-pindah..”

“Sekarang di kontrak di Indonesia..?” tanya Rama.

“Ngga.. Dia masih di Jepang sama Mama.. Papa ku asli Manchester, Inggris.. Mama ku dari Yogya.. Aku tinggal dengan adikku aja di sini..” kata Kirana.

Benar, berdarah campuran, kata Rama dalam hati. Rama memperhatikan Kirana memang sangat cantik, kecantikannya hampir menyamai Cintya, hanya saja Kirana sedikit lebih kurus dari Cintya.

“O ya.. Kamu tinggal dimana ?” tanya Kirana. “Mmm maksud aku di blok berapa ?”

“C 27” jawab Rama. “Kamu..?”

“D 19” kata Kirana sambil meminum air mineralnya.

“Lha itu berhadapan.. Blok Rumah kita berhadapan itu..” kata Rama.

Kirana mengangguk sambil tetap meminum air mineralnya.

“Kamu kerja dimana ?”tanyanya kemudian.

“Di restoran.. ya lumayan jauh dari sini..” kata Rama. “Kalau kamu ?”

“Di Rumah Sakit deket sini...” jawab Kirana. “Kamu kerja di resto ? Kamu Chef ya? Pinter masak dong ?”

“Bukan.. Aku waitress ko.. ya cuma pelayan doang..” jawab Rama.

You kidding..” potong Kirana. “I don’t believe it..”

“Beneran..” kata Rama. “Dateng aja kapan-kapan ke Resto tempat aku kerja.. Kamu malu ya kalo aku pelayan..?”

Kirana tertawa lalu kembali meminum air mineral nya.

“Kenapa harus malu ?” tanyanya. “Itu pekerjaan bagus.. Cuma aku ga percaya aja.. masa kamu pelayan tapi bisa punya rumah di kompleks ini..”

“Ini rumah majikanku..” jawab Rama. “Aku cuma sopir..”

“Bohong banget..” kata Kirana tertawa. “Tadi bilang pelayan, sekarang sopir.. Lihat hidung kamu jadi panjang tuh gara-gara bohong..”

Rama tertawa lalu berdiri,

“Aku lanjut ya.. Masih harus dua putaran lagi..” kata Rama. “See you..”

Kirana tersenyum dan dia memperhatikan Rama yang sedang berjogging kembali, lalu dia pun berdiri dan berjalan ke arah yang berlawanan dengan Rama.

*****

Byuuurrr…!!

Cintya berenang di kolam renang yang berada di halaman belakang rumahnya. Dia menggunakan gaya dada sebagai salah satu gaya favorit nya. Lalu setelah itu dia berenang ke dasar kolam, dan berusaha melatih pernafasannya. Kemudian muncul ke permukaan, mengambil nafas, lalu kembali ke dasar kolam. Dia melihat stopwatch di tangan nya, lalu keluar lagi beberapa saat kemudian. Dia membuka kacamata renangnya lalu berenang ke tepi kolam.

“Sial.. cuma 30 detik..” gumamnya. “Kan targetnya 1 menit di dalam air..”

Cintya lalu naik dan mengambil handuk dari meja kecil yang ada dekat kolam renang dan mengelap rambutnya lalu melilitkan handuk itu ke pinggangnya sehingga menutup bagian tubuh dari pinggang ke bawah.

“Cin… Kamu ada acara hari ini..?” tanya mama Cintya dari dalam rumah.

Cintya pun melangkah masuk ke dalam rumah dan mengambil teh hangat yang ada di meja makan, mamanya sedang mengiris buah di meja makan.

“Aku mau jalan ke puncak, ma..” kata Cintya. “Ama Rama.. Tar sore juga pasti dia kesini.. kenapa ma ?”

“Ngga papa..” kata mamanya. “Tadinya ada om Irwan mau kesini.. ya biar kita lengkap aja nemuin mereka.. Kan mumpung papa ada di rumah..”

“Om Irwan ? Tumben.. Ada acara apa ?” tanya Cintya.

“Mama ga tau.. Tadi papa bilang kalau bisa kamu jangan kemana-mana dulu..” kata mamanya.

“Iya.. Kalau kamu bisa”

Papa Cintya datang menghampiri. Papa Cintya sosok yang tampan dan gagah walaupun sudah cukup berumur.

“Irwan katanya pingin ketemu juga ama kamu..” lanjut Papanya. “Urusannya apa, papa kurang tau.. Dia ga bilang apa-apa..”

Cintya membuat roti selai lalu memberikannya pada papanya.

“Kalau sebelum Rama datang, it’s ok..” jawab Cintya. “Tapi kalau dia udah dateng ya berarti aku ga bisa ikut ya Pa..”

Papa nya mengangguk sambil memakan roti buatan Cintya. Lalu Cintya pun melangkah ke ruang tengah dan menaiki tangga menuju kamarnya di atas.

“Pa..” kata mamanya. “Rama gimana menurut papa ? Dia baik ga orangnya ? Cintya itu putri kita satu-satunya lho pa..”

“Baik ko.. Rama itu laki-laki yang punya prinsip, dia juga sangat bertanggung jawab.. Cintya di tangan orang yang tepat ko kalo sama dia..” jawab Papanya.

Lihat selengkapnya