CHAPTER 5
KEJUTAN KIRANA
Duaaaarrrrr !!
Suara petir malam itu membangunkan Rama. Hujan turun sangat deras sekali. Rama turun dari tempat tidurnya dan mengambil gelas yang ada di meja disamping tempat tidurnya, dan meminumnya. Suara hujan lebat terdengar seperti guyuran air yang sangat banyak dari langit. Rama melihat jam di dinding kamarnya, jam menunjukkan pukul setengah satu malam. Lalu Rama menghampiri jendela dan membuka sedikit tirainya, untuk melihat keadaan di luar.
Dia melihat hujan memang turun sangat deras, semua rumah rata-rata lampunya sudah padam, pertanda penghuninya sudah pada tidur. Karena kamar Rama ada di lantai dua, jadi dia bisa melihat lebih luas lingkungan yang ada di sekitarnya. Rama lalu melihat Kirana keluar dari rumahnya, mengenakan jaket dan celana jeans serta sepatu kets, lalu membuka payung dan mulai berjalan di bawah hujan yang sangat deras.
“Mau kemana dia malam-malam gini.. Hujan-hujanan, lagi..” gumam Rama.
Rama langsung keluar dari kamarnya dan segera turun lalu mengambil payung dari guci besar di ruang makan dan kemudian membuka pintu rumahnya.
“Kirana..!” panggil Rama cukup keras untuk mengalahkan suara hujan.
Kirana saat itu berjalan persis berada di seberang rumah Rama, dan dia menoleh dan bibirnya tampak mengucapkan sesuatu namun Rama tidak mendengarnya karena suara hujan yang sangat deras meredam suara Kirana.
Rama membuka payungnya dan menghampiri Kirana.
“Kamu mau kemana malam-malam gini..?” tanyanya. “Hujan-hujanan pula..”
“Mau ke Rumah Sakit..” jawab Kirana. “Barusan ada telepon dari sana, aku dipanggil dan dibutuhkan.. Call of duty.. hehe..”
“Hah.. Malam-malam ?” tanya Rama. “Emang perawat lain ga ada yang shift malam ?”
“Aku harus pergi..” jawab Kirana lagi. “Udah urgent soalnya..”
“Kamu mau jalan kaki ke rumah sakit ?” tanya Rama lagi.
Kirana menggelengkan kepalanya.
“Ngga.. Aku mau cari taxi di dekat pintu gerbang cluster..” katanya. “Aku coba semua aplikasi taxi online tapi ga ada yang bisa.. Offline.. Mungkin terganggu karena cuaca.”
Rama terdiam dan menggelengkan kepalanya.
“Jam segini belum tentu ada taxi yang melintas..” katanya. “Aku anterin kamu deh kalo emang urgent..”
“Yakin ?” tanya Kirana. “Kamu tidur aja.. Aku ga papa kok.. Tar kan bisa minta tolong satpam buat cariin Taxi..”
“Aku anterin..” kata Rama. “Tunggu di sini ya..”
Belum sempat Kirana menjawab, Rama sudah berbalik dan berlari kecil menuju rumahnya, menaruh payung di teras lalu masuk ke dalam rumah. Tidak lama kemudian dia keluar rumah, dengan mengenakan jaket dan topi, lalu mengunci pintu rumahnya dan masuk ke Audi R8 nya. Mobil itu menyalakan lampunya yang sangat terang, dan kemudian mundur keluar dari rumah, setelah itu maju menghampiri Kirana dan berhenti di depannya. Kirana tersenyum dan membuka pintu mobil itu, menutup payung yang dipakainya lalu masuk ke dalam mobil. Setelah itu mobil itu melaju membelah hujan yang sangat lebat malam itu.
Tidak lama kemudian, keduanya sampai di Rumah Sakit, dan setelah memarkir mobilnya, Rama dan Kirana turun dan berjalan ditengah hujan dengan menggunakan payung menuju pintu Rumah Sakit. Begitu masuk ke dalam, tampak dua suster segera menyambut kirana dengan membawakan baju berwarna hijau yang biasanya digunakan untuk operasi. Kirana melepas jaketnya lalu di berikan pada suster yang satu lagi. Dia mengenakan baju hijau itu dan di bantu suster untuk merapatkan baju itu, karena memang kancingnya ada di bagian belakang baju.
“Kamu pulang aja..” kata Kirana pada Rama. “Aku lama lho..”
“Aku tungguin ko..” jawab Rama. “Tar kamu susah lagi pulangnya malem-malem gini..”
“Ya udah, kamu tunggu sini ya..” kata Kirana.
Kirana lalu berjalan bersama dua suster tadi masuk ke lift dan menuju ruang operasi. Rama menggeleng-gelengkan kepalanya. Semula dia menyangka Kirana adalah salah satu perawat atau suster disitu, tapi melihat dari apa yang dilakukan kedua suster yang tadi menyambutnya, sepertinya Kirana lebih dari seorang perawat. Rama lalu mendekati suster jaga yang ada di balik meja resepsionis yang tampak sibuk mencatat sesuatu.
“Mbak..” sapa Rama. “Mau nanya boleh ?”
“Boleh Mas..” jawab Suster itu. “Mau nanya apa ?”
“Kalau Kirana.. itu dokter atau perawat disini ?” tanya Rama.
“Oh.. Beliau dokter disini, mas.. Dokter Kirana.. Specialist syaraf dan penyakit dalam..” jawab suster itu.
Rama tampak terkejut, dia tidak menyangka sama sekali bahwa Kirana dengan penampilannya yang sempurna itu memiliki kecerdasan seorang dokter specialist, dan terlihat sangat penting kehadirannya malam itu di Rumah Sakit.
“Mas ini pacar dokter Kirana ya..?” tanya suster itu sambil tersenyum. “Saya belum pernah lihat ada laki-laki yang anter dokter Kirana sebelumnya.. Apalagi kalo pas malem-malem gini..”
“Lho dia bukannya baru beberapa hari ya di sini..?” tanya Rama. “Setahu saya, dia sebelumnya ada di Jepang..”
Suster itu menggelengkan kepalanya.. “Dia udah sebulan bekerja di Rumah Sakit ini ko mas..”
Rama mengangguk-angguk lalu dia duduk di kursi tunggu, matanya mulai mengantuk dan dia menguap. Lalu dia pun berbaring di kursi tunggu yang memang cukup panjang, dan tanpa disadarinya, akhirnya Rama tertidur nyenyak. Suster yang ada di resepsionis itu melihat Rama yang tertidur dengan senyuman sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Rama merasa baru saja terlelap ketika dia merasakan tangan seseorang seperti sedikit mengguncang bahunya. Rama membuka matanya perlahan dan dia melihat wajah cantik Kirana tampak tersenyum di hadapannya. Rama pun terbangun dan duduk di kursi tunggu itu, Kirana masih tersenyum padanya, dan memberikan sebuah gelas pada Rama.
“Minum ini dulu biar seger..” kata Kirana.
“Apa an nih ?” tanya Rama sambil mengambil gelas yang diberikan Kirana.
“Coklat hangat..” kata Kirana. “Kamu tidur lelap sekali.. Maaf ya.. Kamu jadi kayak gini karena nungguin aku..”
Rama meminum coklat itu dengan penuh kenikmatan, dinginnya udara AC di Rumah sakit dan juga cuaca hujan membuat Coklat hangat itu rasanya berlipat-lipat nikmatnya.