Tiga setengah tahun sebelumnya…
Hari itu, Kantor Rama sedang melakukan recruitment untuk posisi Sales. Kantor Rama adalah perusahaan yang bergerak di bidang Multimedia. Rama sendiri adalah Pimpinan salah satu cabangnya.
. Beberapa calon kandidat datang dan menemui pihak recruitment untuk wawancara sesuai schedule yang sudah di tentukan sebelumnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi, Rama turun dari ruang kerjanya yang ada di lantai 2, karena ingin berbincang dengan Team Sales nya yang sedang berkumpul di teras kantornya. Memang kantornya hanya berupa ruko 2 lantai namun kantor ini terletak di sudut sehingga ada tempat lebih di sebelah ruko yang biasanya di buat nongkrong team sales sebelum mereka “bertempur” di lapangan. Sedangkan lantai 1 merupakan tempat untuk Customer Service dalam melayani pelanggan yang datang dan di partisi terpisah dengan ruang telemarketing. Lantai 2 berisi meja untuk staff administrasi, Ruang Branch Manager, ruang untuk Area Manager, dan ruangan untuk briefing yang cukup luas.
Saat setelah turun di lantai 1 dan melewati ruang tunggu yang biasanya di isi oleh customer yang menunggu antrian, namun karena masih pagi dan customer masih sepi maka ruang tunggu itu di isi oleh beberapa kandidat yang akan interview hari itu.
Mata Rama entah kenapa tertuju pada seorang kandidat di situ, dia melihat sosok cewe yang berkulit putih, dengan rambut di kuncir, wajahnya yang terkesan jutek dan cuek tampak kosong dan tanpa ekspresi. Tanpa sengaja Rama dan cewe itu bertatap mata, dan melihat satu sama lain.
Wajah cewe itu memang cantik namun terkesan sangat cuek dan tidak peduli, lalu membuang muka.
“Buset.. Jutek amat nih cewe..” batin Rama dalam hati.
“Ngapain juga nih orang ngeliatin gue..” batin cewe itu juga.
Setelah melewatinya, Rama kemudian menemui Tim Sales nya yang kebetulan sedang berkumpul di luar..
“Ko kalian belum pada jalan..?” Tanya Rama.
“Belum boss, bentar lagi.. lagi nyusun strategi dulu nih..” jawab Boy, salah satu sales.
“Halah… Bilang aja mau pada ngerokok dulu.. “, tukas Rama lagi.
Kontan semua sales tertawa dan saling meledek
“Ko Bapak ga interview calon sales baru ?” tanya Vanny, salah satu dari tim sales.
“Ngga.. “jawab Rama. “ada pak Doni yang ntar Interview mereka..”
Doni adalah wakil dari Rama di kantor cabang itu. Orangnya lucu, senang bercanda, namun cukup tegas dalam pembawaannya.
Dua orang sales, Rudi dan Iwan tampak berbisik..
“Bro, itu yang pakai baju putih garis-garis, bening juga ya.. “bisik Iwan pada Riki.
“Yo’i.. “ jawab Riki, “itu bawaan si Adi… Kayaknya temen kecilnya deh..”
Yang dibicarakan Riki dan Iwan adalah orang yang sama yang sebelumnya menarik mata dari Rama. Dan Rama yang mendengar pembicaraan Riki dan Iwan langsung menyela
“ Oya ?” tanyanya, “Bener tuh bawaan si Adi ?”
“Bener Boss”, jawab Riki. “Kalo ga salah tadi datengnya juga bareng ma Adi”
“Si Adi mana sekarang ?”tanya Rama.
“Di kantin boss.. Lg nyarap nasi uduk..”jawab Riki lagi.
Rama beranjak meninggalkan anak-anak sales yang masih bersenda gurau di samping kantor. Rama berjalan melintasi halaman ruko dan berjalan menuju kantin.
Kantin yang ada di situ adalah kantin karyawan, karena kebetulan tidak jauh dari kantor Rama terdapat salah satu mall dan pusat perbelanjaan yang cukup besar, sehingga para karyawannya pun kebanyakan makan pagi, siang, atau malam di kantin itu.
Rama mulai memasuki kantin. Pagi itu kantin itu masih tidak terlalu ramai di jam segini. Kantin itu berisi beberapa etalase dari berbagai macam makanan mulai dari ayam bakar, gado-gado, nasi rames, bakmi, jus buah, dll.
Dari jauh Rama sudah bisa melihat tim sales nya yang pada duduk di salah satu meja kantin. Mreka sangat jelas terlihat karena menggunakan seragam warna merah.
Disitu tampak Budi salah satu sales leader sedang berbincang dengan Adi. Budi sendiri adalah satu leader yang bisa diandalkan oleh Rama, karena performance nya yang cukup bagus selama ini.
Rama menepuk pundak Budi..“Lu nyarap apa tuh..”
“Lontong sayur boss..” jawab Budi. “ Boss udah sarapan belum?”
“Belum nih… “ jawab Rama
“Makan dulu lah bos.. Biar makin semangat,” kata Budi lagi sembari mengangkat lengannya.