Rama's Story : Virgo

Cancan Ramadhan
Chapter #3

Chapter 2 - Bidadari Berhati Emas

CHAPTER 2

BIDADARI BERHATI EMAS

Dua bulan kemudian..

“Pernah berfikir tuk pergi dan terlintas tinggalkan kau sendiri…

Sempat ingin sudahi sampai disini… coba lari dari kenyataan tapi…

Ku tak bisa.. jauh.. jauh.. darimu..”

Alunan lagu Slank itu mengalir merdu dari audio Mobil yang dinaiki Virgo. Dia duduk bersandar di kursi belakang, sementara Pak Karyo, driver nya dengan santai membawa mobil sambil sesekali ikut menyanyikan lagu tersebut. Virgo tampak melamun sambil melihat ke arah jendela mobil, syair lagu itu seperti menyadarkannya bahwa sebenarnya dia tidak bisa jauh dari Rama. Dia merasa Rama sudah menjadi bagian dari hidupnya. Sejak Reza meninggalkan nya, moment di Marina Bay bersama Rama saat itu seperti menjadi titik balik kekecewaannya. Ya sejak moment itu Virgo merasa bahwa dia memang tidak pernah sendirian, Rama selalu ada bersamanya saat senang dan susah. Walaupun sudah tidak satu kantor lagi, namun Virgo tidak pernah merasa di tinggalkan oleh Rama. Namun berita yang di dengarnya tentang Rama di kantor barunya sedikit membuat dia kesal.

“Mbak, kita udah sampai…” suara Pak Karyo membuyarkan lamunan Virgo. “Mau turun di lobby ya Mbak ?”

Virgo mengangguk.

Mobil yang dikendarai Pak Karyo mulai memasuki kompleks perkantoran, gedungnya cukup tinggi. Mobil itu berhenti di lobby, Virgo mengemas semua dokumen yang tadi ditaruh di sebelahnya lalu melangkah keluar. Setelah itu mobil langsung pergi menuju tempat parkir. Virgo melihat ke atas gedung sejenak, dia menghela nafas sejenak, ya dia telah sampai di kantor baru Rama. Ini pertama kalinya dia kesini, dan entah kenapa perasaannya sedikit gugup.

Virgo mengambil HP nya dan mulai menelepon.

“Bud, lu dimana ?” tanya Virgo yang rupanya menelepon Budi.

“Lg di luar Vir..” terdengar suara Budi di HP Virgo. “Kenapa emang ?”

“Kagak..” jawab Virgo. “Gue ada di kantor lu nih, mau ketemu boss lu..”

“Setahu gue, Pak Rama ga ada dah..” jawab Budi lagi. “Tapi coba pastiin lagi aja, takutnya gue yang salah info.”

“Emang dia kemana ?” tanya Virgo.

“Kurang tau dah, meeting kayaknya..” jawab Budi lagi. “Emang lu ga janjian dulu ma dia ?”

“Ngga..” jawab Virgo enteng. “Kan dia yang punya kantor, gue pikir dia pasti ga kemana-mana.”

“Hadeuuuh..”jawab Budi sambil ketawa. “Justru karena dia owner makanya pasti sibuk..Belum tentu ada, tapi coba aja tanya ke reception.”

“Ok..” jawab Virgo.

“Bilang aja yang dateng Ibu negara..”jawab Budi sambil ketawa.

Virgo tertawa lalu menutup pembicaraan dengan Budi. Dia lalu melangkah masuk ke dalam gedung, menuju general reception, menukar ID dengan kartu visitor lalu menaiki tangga menuju lantai Mezzanine. Di lantai itu sudah terbentang nama perusahaan Travel milik Rama. Pintu dan sekatnya adalah kaca yang sangat bening, Virgo lalu masuk dan menemui reception di situ.

“Selamat siang..” sapa sang reception ramah.

“Siang mbak,” jawab Virgo. “Saya mau ketemu Pak Rama.. Ada?”

“Mbak sudah ada janji ?” tanya reception itu lagi.

“Belum sih..” jawab Virgo. “Kalo Pak Rama nya ada, bilang aja dari Virgo, pingin ketemu..”

Reception itu tersenyum,

“Maaf mbak, saya tidak bisa menghubungi Pak Rama kalau mbak tidak membuat janji sebelumnya.”

“Mbak..” Virgo terlihat kesal. “Kan saya udah bilang, saya ini…”

Lihat selengkapnya