CHAPTER 3
BADUT - BADUT KAMPUS
Rama dan Virgo berjalan santai kembali menuju kantor Rama. Jarak Resto dengan kantor Rama memang tidak terlalu jauh, hanya sekitar 150 meter berjalan kaki.
“O iya tadi aku ngasih proposal kerja sama dari Pak Chris..” kata Virgo. “Tadi aku titip ke Cintya, ga papa kan ?”
“Ga papa…” jawab Rama. “Emang itu part nya Cintya, dia kan ngurusin kerjasama ama pihak luar.”
“O syukur deh, jadi ntar kalo di tanya Pak Chris, langsung aku minta beliau buat nelpon ke mas aja ya..” kata Virgo.
Mereka sampai di gerbang kantor, Virgo menelepon Pak Karyo agar menjemputnya di pintu keluar. Kedua nya langsung menepi di bawah Pohon yang berada dekat dengan pos keluar gedung, untuk menghindari terik matahari.
“Ntar aku jemput ya..” kata Rama sambil membelai rambut Virgo.
Virgo mengangguk dan tersenyum, “Jangan telat ya..” katanya.
Mobil kantor Virgo pun datang, Virgo masuk dan Rama menyapa Pak Karyo yang memang sudah dikenalnya sejak dulu sebagai driver Pak Chris. Lalu mobil itu pun berlalu. Rama lalu melangkah masuk ke arah gedung kantornya.
*****
“Mas.. Ganggu ga ?”
Kepala Cintya tampak muncul di pintu ruangan Rama, tapi badannya masih ada di balik pintu.
“Ngga ko..” jawab Rama. “Masuk aja Cin..”
Cintya pun masuk dan menutup pintu ruangan Rama. Lalu menghampiri Rama yang masih duduk di kursinya dan sibuk dengan laptop nya. Cintya berdiri persis di samping Rama, menaruh dokumen di meja Rama dan sedikit menunduk sehingga rambutnya yang panjang dan indah menyentuh bahu Rama.
Rama masih diam dan matanya tetap tertuju pada laptop, tapi konsentrasi nya mulai terganggu. Wangi rambut Cintya dan juga parfumnya membuatnya merasa sejuk dan mulai mengalihkan fokusnya. Dia pun menoleh ke Cintya, karena Cintya sedikit menunduk dan membungkuk, maka wajah keduanya pun hanya terpaut beberapa centimeter saja.
“Ada apa..?” tanya Rama sambil tetap berusaha menguasai diri.
Wajah cantik Cintya yang luar biasa memang membuatnya jadi gagal fokus, dalam jarak pandang jauh saja sudah menawan, ini malah hanya beberapa centimeter.
“Kamu jangan terlalu deket ..” kata Rama lagi. “Tar aku makan lho.. haha”
Cintya tidak menjawab, tapi malah tersenyum yang senyumannya sangat aduhai. Matanya mulai menatap Rama dengan pandangan yang lembut.
“Yakin mau makan aku ?” goda Cintya. “Bukannya barusan abis makan berdua yang mesra banget ampe bikin jealous and lupa ma aku..”
Rama tertawa pelan. Wajah mereka berdua masih sangat berdekatan seperti gejala dua orang yang mau berciuman.
“Emang kamu jealous ?” tanyanya. “Kan tadi ada Bram.. Penggemar beratmu lho.”
“Iya, aku jealous… pake banget..” jawab Cintya.
“Jangan ngalihin topik deh, Bram ko dibawa-bawa.” sambil jari telunjuknya di tempelkan di bibir Rama seakan akan meminta Rama untuk tidak berbicara tentang orang lain.
“Aku gigit nih jarinya..” kata Rama.
“Lagian, pamer mesra sih tadi ama ibu negara.” kata Cintya ngambek.
“Wkwkwk.. Apa an sih.. Biasa aja ko, kalo mesra tuh aku peluk cium dia tadi,” kata Rama.
Cintya tidak menjawab, bibirnya sedikit di majukan karena ngambek.
“O iya, aku mau nanya tentang ini..” katanya sembari menegakkan badannya dan menggeser kertas dokumen yang tadi dibawanya ke hadapan Rama.
“Kenapa ama dokumen ini ?” tanya Rama. “Kamu suruh aku baca satu-satu, ogah wong tulisannya kecil-kecil gini..”
“Bukan.. Tadi Virgo ngasih ini ke aku,” kata Cintya. “Ini easyclick mau kerja sama ama kita ya?”
“Yup..” jawab Rama. “Coba kamu review aja poin poin nya, aku sih ok aja..”
Cintya kembali membungkukkan badannya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Rama seperti tadi.
“Tapi…” katanya. “Kenapa mesti dia yang bawa ke sini ? Karena mau ketemu mas ya ? Biar ada alasan kesini?”
Rama mencubit pelan pipi Cintya.
“Bukaaaaan…” katanya. “Jadi pemilik Easyclick itu adalah kenalan baikku, sudah sejak lama beliau ingin kerjasama dengan usaha travel ku ini, tapi aku selalu menolak karena saat itu back up server dan software kita belum sekuat sekarang. Tiga kali beliau minta, tiga kali pula aku menolak, karena takut mengecewakan beliau.”
“Trus..?” tanya Cintya masih dengan wajah yang menggoda dan menggemaskan.
“Owner nya namanya Pak Chris..” jawab Rama melanjutkan. “Beliau tau betul hubunganku sangat erat dengan Virgo.. Beliau tau kalo Virgo yang meminta pasti aku ga bakal bisa nolak.. haha.. mungkin karena beliau udah aku tolak tiga kali.. Habisnya aku ga enak kan kalo software kita belum kuat.”
“Trus ?” tanya Cintya lagi. “Pasti bukan kebetulan Virgo kerja di easyclick.. Itu perusahaan e commerce raksasa kan, masa masih sembari kuliah tapi bisa kerja disana.”
Cintya menatap Rama dan terus menerus tersenyum dengan manis. Jarak wajah kedua nya semakin dekat.
“Cintya..” kata Rama pelan. “Jangan begini, tar aku cium beneran lho ya.”
Cintya makin tersenyum lebar dan mulai berbisik,
“Siapa takut.... Asal jangan bayangin aku jadi dia ya..”
Rama tersenyum dan menggeleng gelengkan kepalanya, dia lalu berdiri sehingga Cintya pun ikut menegakkan badannya.
“Memang aku yang memasukkan dia ke Easyclick..” kata Rama. “Dia kuliah jurusan Akuntansi, dengan memasukkan dia sebagai accounting, maka dia bisa learning by doing.”
“Ohhh, so sweet banget sih..” kata Cintya. “Mas care banget ya ma dia.. Beruntung ya dia punya orang seperti mas di sampingnya.”
Rama lalu mengambil dokumen itu di mejanya, dan menaruhnya di tangan Cintya.
“Sekarang kamu review ya..” katanya. “Dan ga usah bahas dia lagi… Ini kan tentang kerjaan..”
“Ok bos..” kata Cintya.
Cintya mengangguk lalu berjalan meninggalkan Rama, sebelum keluar dia menoleh dan tersenyum manis, seakan akan ingin membuat Rama terus mengingatnya.
Rama tersenyum dan kembali duduk di kursinya.
*****
“Vir..”
Virgo berhenti berjalan karena Reno memanggilnya. Reno tampak berlari kecil di koridor kampus melewati beberapa mahasiswa yang sedang berlalu lalang.