Rama's Story : Virgo

Cancan Ramadhan
Chapter #5

Chapter 4 - Hujan, Duel, dan Cemburu

CHAPTER 4

HUJAN, DUEL, DAN CEMBURU

Rama melihat Virgo yang memang tampak tertidur lelap, otak Rama berfikir keras bagaimana mengatasi situasi ini. Seandainya dia sendirian, mungkin hal ini bukan masalah besar, namun saat ini dia membawa Virgo yang juga baru saja merasakan hal yang membuatnya takut.

Jam sudah menunjukkan pukul 22.05, Rama sudah terlambat kurang lebih 20 menit untuk membawa pulang Virgo karena peristiwa di kampus tadi, pasti mama Virgo sangat khawatir, pikir Rama. Apalagi dengan situasi saat ini dan di jalan yang mereka tempuh saat ini butuh waktu kurang lebih 15 menit mencapai tempat Virgo. Rama berfikir harus menyelesaikan urusan ini dalam waktu 10 menit, agar Virgo bisa mencapai rumah pukul 22.30.

Mobil Rama semakin kencang melaju dalam hujan yang sangat lebat, begitu pula dengan mobil yang mengejarnya. Memang jalanan cukup sepi karena hujan yang sangat deras, dan jalan yang di lalui Rama memang bukan jalan utama, sehingga sangat sepi. Ini harus dilakukan Rama agar tidak ada korban jiwa yang tidak bersalah dari peristiwa ini.

Rama masih berfikir bagaimana membuat Virgo tetap aman dan tidak terbangun, dia melirik lagi ke arah Virgo, yang tampak sangat pulas tidurnya. Rama melihat sebuah rambu di depan dimana jalan itu akan terpecah dua, namun tidak ada tanda pemisah jalur, Rama yang berada di posisi depan dari pengejar nya, memiliki keuntungan karena mobil yang mengejarnya pasti fokus dengan mobilnya dan tidak melihat jalan yang bercabang.

Rama lalu menggunakan tangan kirinya untuk memegang bahu Virgo, dan seketika dia membanting kemudi ke arah kiri. Tangannya tetap menahan bahu Virgo agar posisi Virgo tidak berubah atau terpelanting karena tikungan yang dibuatnya. Dan memang benar, Virgo tetap nyaman dan tidak berubah posisi.

   Rama berhasil, mobilnya mengambil jalan yang ke kiri, sementara 2 mobil yang mengejarnya tetap lurus karena mereka tidak menyangka ada jalan yang bercabang dan posisi mobil Rama yang melakukan tikungan ke arah jalan sebelah kiri.

Rama tersenyum, satu langkah nya telah berhasil, dia tahu badut badut kampus itu pasti akan segera menyusulnya lagi, tapi setidaknya kini dia memiliki jedah waktu, tidak seperti sebelumnya yang selalu di pepet. Rama kembali memacu kecepatan mobilnya. Jalan yang ini lebih kecil ketimbang sebelumnya dan sangat gelap, tapi dia tidak mengurangi kecepatan, dia ingin mempertahankan jedah waktu nya.

Tidak lama, jalanan nya mulai sedikit melebar dan dia melihat kanan kirinya adalah lahan yang sepertinya baru mau akan di bangun perumahan, karena dia melihat banyak kendaraan besar di sisi jalan, tidak lama pun Rama menghentikan mobilnya. Dia melihat bahwa jalanan ini adalah area yang pas untuk menjadi arena duel, karena sangat sepi dan gelap, dia tidak perlu mengkhawatirkan ada korban sampingan nantinya.

Mobilnya berhenti sempurna, Rama melihat ke arah belakang, sangat gelap, berarti pengejarnya masih belum mendekatinya. Dia lalu mengambil sebuah headset bluetooth dari laci dashboard nya, pelan-pelan dia memasang headset bluetooth itu ke Virgo sehingga telinga Virgo tertutup oleh Headset. Rama mengatur setting di audio nya dan tanda lampu biru sudah muncul di headset, artinya suara dari audio mobilnya sudah bisa di dengar Virgo di headset nya. Rama memutar lagu yang slow dan bisa membuat yang mendengarnya terus tertidur karena alunan musiknya yang menyejukkan hati.

Rama mengambil jaket yang ada di kursinya, lalu menyelimuti Virgo dengan jaketnya, dia membelai rambut Virgo lalu mencium keningnya lembut. Setelah itu Rama mengeluarkan HP dari saku nya dan menaruhnya di dek tempat HP di dekat tuas perseneling. Dia lalu menyetel stopwatch di jam tangannya, 10 menit dan menghitung mundur. Dia lalu mengeluarkan kunci cadangan mobilnya dimana remote pengaman pintu mobilnya sudah menjadi satu dengan kuncinya. Walaupun menggunakan push botton start, tapi kunci tetap di perlukan untuk membuka semua fitur mobilnya.

Setelah itu Rama keluar, seketika dia menjadi basah kuyub karena hujan yang sangat deras, setelah menutup pintu mobil, dia mengaktifkan kunci pintu sehingga kedua pintu nya kini terkunci. Rama lalu bersender pada mobilnya, memejamkan mata dan mendongak ke arah langit, hujan membasahi wajahnya yang tampak sangat lelah.

Sayup dia mendengar suara mobil, Rama menoleh dan melihat dua mobil yang mengejarnya sudah datang, dia melihat stopwatch di jam tangannya, tinggal 9 menit lagi waktu yang dia miliki untuk membawa Virgo pulang.

Kedua mobil itu pun seketika menurunkan kecepatan begitu melihat Rama di luar mobilnya. Rama membiarkan lampu mobilnya menyala karena tempat tersebut memang sangat gelap. Kedua Range Rover itu mengepung Mobil Rama, satu mobil berhenti di belakang mobil Rama dan satu lagi di depannya. Dan tidak lama keluarlah beberapa orang dari kedua mobil itu. Reno adalah salah satunya yang keluar dari mobil yang ada di posisi depan.

“Kali ini lu ga akan lolos…!!!” teriak Reno berusaha mengalahkan suara hujan.

Rama melirik Reno, dengan posisi masih bersender di mobilnya, lalu melihat jam lagi di tangannya.

Reno memberi isyarat teman-temannya untuk mengepung Rama. Dan mereka pun maju bersamaan dari depan dan belakang mobil Rama. Ada 8 orang termasuk Reno yang di hitung Rama, salah satunya membawa sebuah pemukul yang sepertinya adalah tongkat baseball.

Rama menyingsingkan lengan sweater yang di pakainya dan kini mulai maju dua langkah dari mobilnya. Lalu dia menatap Reno yang ada di depannya. Ada 4 orang di depan Rama dan 4 orang di belakangnya. Sejenak Rama menoleh ke belakang untuk mengetahui siapa saja lawannya. Ada yang kurus dan berkaca mata, rasanya tidak cocok bergabung di geng Reno ini, sisanya memang cocok karena wajah wajahnya cukup menunjukkan wajah yang jahat.

Rama menoleh lagi ke depan. Selain Reno, ada seseorang yang badannya sangat kekar, dia berdiri di sebelah Reno dan melipat tangan di depan dadanya. Melihat wajahnya sepertinya orang ini bukan mahasiswa, apalagi dia tampak mengenakan anting berbentuk lingkaran di telinga kananya. Sementara dua lainnya menggunakan jaket kulit dan salah satunya memegang tongkat baseball tadi.

“Pengecut..!!” teriak Rama.

Suara hujan yang semakin deras membuat mereka sedikit susah melihat dan mendengar. Tapi Rama bisa melihat Reno tertawa, dan mengacungkan jempol ke bawah.

Rama tidak ingin membuang waktu, untuk membereskan situasi ini, dia harus melumpuhkan yang terkuat di antara mereka agar yang lain ciut nyali nya, karena tipe yang suka ngeroyok begini biasanya tidak punya nyali.

Reno memberi isyarat untuk maju,

“Habisin..” teriaknya.

Belum sempat satu langkah gerombolan ini maju, Rama tiba tiba berlari sangat kencang, dia mengincar raksasa kekar ber anting yang ada di sisi Reno. Sang raksasa itu kaget, dia tidak menyangka Rama bergerak secepat itu dan…

Duaaaaaaakkk…!!!

Rama melakukan tendangan berputar yang menghantam rahang kanan raksasa itu, badannya yang besar rupanya membuatnya cukup kuat sehingga tetap berdiri. Rama tidak berhenti, kali ini dia menonjok posisi hulu hati sang raksasa. Kali ini Raksasa itu terdorong ke belakang tapi dia seperti tidak merasakan pukulan Rama.

Strategi Rama berhasil, serangan Rama yang beruntun pada sang raksasa membuat yang lain tidak bergerak, dan menjadi seperti penonton saja.

Kali ini raksasa itu maju dan berteriak keras, dia mengayunkan tangan kanan nya untuk meninju Rama, tapi Rama bergerak lebih cepat untuk menunduk dan menghantam hulu hati sang raksasa itu dengan siku tangan kirinya. Raksasa itu kali ini terhuyung-huyung ke belakang, Rama pun bergerak sangat cepat untuk mengangkat kaki kanannya dan melakukan tendangan samping yang telak ke wajah sang raksasa.

Melihat sang raksasa kembali terhuyung ke belakang, Rama kembali melakukan tendangan berputar sembari terbang dengan kaki kanannya, dan kali ini sasarannya adalah pelipis sang raksasa. Menghadapi serangan bertubi-tubi, sang raksasa pun jatuh berlutut. Rama menggunakan tangan kanannya untuk memegang dagu sang raksasa dan menatap matanya dalam-dalam, lalu tangan kirinya meraih anting-anting yang berbentuk lingkaran itu dan mulai memutarnya sehingga ujung telinga sang raksasa ikut terpelintir.

“Aaaaaggggh…”sang raksasa berteriak kesakitan,

Dan Rama tanpa ampun menarik anting itu sampai lepas dari telinga sang raksasa, telinga kanan raksasa itu berdarah deras, dan belum selesai merasakan kesakitannya, Rama menghantam pelipis mata sang raksasa secara bergantian kanan dan kiri. Sang raksasa tetap berlutut dan seperti tidak berdaya dipukuli Rama seperti itu.

Reno dan yang lain menjadi ciut, mereka seperti melihat Rama seperti singa yang kelaparan, Rama terus memukuli sang raksasa hingga hidung, mulut, dan pelipisnya mengeluarkan darah yang cukup banyak. Rama berteriak seakan dia ingin meluapkan kekesalannya.

Tidak lama setelah itu Rama melepaskan cengkramannya dan Raksasa itu roboh tidak sadarkan diri. Darahnya mengalir bersama derasnya air hujan. Tangan kiri Rama masih memegang anting-anting sang raksasa. Rama memandang sang raksasa, seperti belum puas menghajarnya. Tiba-tiba dia merasakan aura dan hawa jahat yang mendekat, Rama refeleks menoleh dan dia melihat lawannya mengayunkan tongkat baseball yang di bawanya.

Sadar bahwa kepalanya yang di incar, Rama menangkis dengan tangan kirinya. Hantaman tongkat itu cukup keras tapi tangannya mampu menahan agar tidak mengenai kepalanya. Rama seketika menatap dalam mata lawannya, dan itu cukup membuat ciut lawannya.

“Ampun bang..” kata orang itu sambil melempar tongkat baseball nya. “Maaf bang, ampun bang..”

Orang itu berlari ke arah teman-temannya. Kini Rama bisa melihat bahwa mereka ini cuma pengecut, tidak ada satupun yang bergerak setelah sang raksasa tumbang. Kini mata Rama menatap tajam Reno, dan mulai mendekatinya. Reno sangat terkejut, dia mundur dan menarik dua orang di sebelahnya untuk melindungi dan menutupi dirinya, tapi kedua orang itu menepis tangan Reno dan berlari menuju gerombolan yang berada dibelakang mobil Rama, mereka semua akhirnya masuk ke mobil dan melarikan diri.

Kini tinggal Reno seorang diri dan sang raksasa yang sudah tumbang.

“Bro.. Kita ngobrol baik-baik ya..” kata Reno agak memelas karena Rama terus mendekatinya secara perlahan. Dia melihat tangan Rama masih dipenuhi darah sang raksasa tadi, dan itu semakin membuat Reno ciut.

Rama terus mendekat, Reno semakin ketakutan. Reno mundur sampai akhirnya dia merasakan pinggangnya menyentuh kap mesin mobilnya karena merasakan hangat dan getar suara mesinnya.

Buggg… !!!

Belum sempat Reno berkata kata, Rama sudah memukul perut samping Reno dan membuat Reno terbungkuk, Rama menjambak rambutnya dan mengahajar lagi perut sampingnya.

Mulut reno seperti mengucapkan sesuatu namun tidak terdengar karena dia tidak bisa mengeluarkan kata-kata karena saking sakitnya. Akhirnya dia pun jatuh terduduk di depan bemper mobilnya. Tangan kirinya memegang sisi perut yang tadi di pukul Rama, dan tangan kanannya di angkat meminta agar Rama tidak memukulinya.

Pandangan Rama tertuju pada plat mobil Reno yang sebagian tertutup oleh Reno yang masih terduduk menyender di bemper mobilnya. Rama berjongkok lalu menggeser badan Reno agar dia bisa melihat plat nomor Range Rover tersebut. Tidak lama kemudian Rama langsung menatap Reno tajam.

“Ampun bang.. Saya minta maaf.” kata Reno dengan suara terbata-bata.

“Siapa pemilik mobil ini ?” tanya Rama.

“Orang tua saya bang..” jawab Reno masih dengan suara terbata-bata.

Plaaaakkk !!!

Lihat selengkapnya