Ramadan Terakhir Ludwig: Ibu Teladan, Ayah Petualang, Anak Istimewa

Mahabb Adib-Abdillah
Chapter #14

Ludwig Bukanlah Anakku

Ujian di tahun keenam pernikahanku

AKU HARUS segera mencari kehidupan. Tapi, bangunlah Kirey, bukankah kamu sekarang sedang menikmati kehidupan? Kehidupan seperti apa yang kumaksud? Semua keindahan, kegembiraan, dan kebahagiaan yang resmi kudapatkan, sering kubesar-besarkan suasana seharum surganya, pasti berakhir tragis. Anti-klimaks. Aku terpaksa menelan pil pahit yang telah lama kumuntahkan, agar bisa kembali ke sediakala, meraih apa yang berhak menjadi milikku. Aku merindukannya.

Mungkin pernikahanku takkan semulus Ishac dengan Mbak Siera; takkan seharmonis dan serukun Alek, mitra baruku, dengan istri-istrinya; atau bahkan takkan seadem Edison dan Sari meskipun usia pernikahan mereka setengahnya dari usia pernikahanku dan Moza. Apakah ini yang disebut ujian dalam membina rumah tangga? Noktah merah perkawinan? Atau jangan-jangan oleh adanya pihak ketiga, yang menjadi isu santernya kasus perceraiannya atau pertengkaran suami-istri? Jika itu benar, siapa wanita jalang yang nista mengganggu kebahagiaanku? Yang berani-beraninya membuat kemelut di istana cinta yang begitu sulit aku dan Moza membangunnya? Apabila bukan orang lain, pasti ia yang berbuat serong! 

Pintu apartemenku ada yang mengetuk. Tanpa terasa aku sudah mendiami bangunan eksklusif ini hampir setahun. Sementara usia pernikahanku menginjak 6 tahun. Ludwig berusia 4 tahun. Sangat rajin menanyakan di mana ayahnya. Jika kutelanjangi hatiku, Ludwig bukanlah anakku, ia lebih banyak waktu, cinta, sentuhan lembut fisik, dan kasih sayang, serta ilmu pengetahuan dari pengasuh setianya: Novita. Hari itu, hari libur, keduanya tengah belanja buku di Gramedia. Itu pun bukan atas inisiatif atau budaya dariku, tapi dari si pembantu cerdasku.

“Mengapa Bulik Tizah ada di sini?”

Aku bertanya pada pengetuk pintu itu. Tentunya setelah aku tahu siapa tamuku yang berbusana Muslimah serbaputih di hadapanku. Ia tamu takdiundang.

“Berkunjung saja, sudah lama ndak bertemu keponakan...” Begitu tegas bahasa jawabannya untukku. Aku seperti tersangka korupsi yang tengah diselidiki tim KPK di rumah sendiri. Di dalam kerajaannya. Tapi tiada berdaya apa-apa.

Lihat selengkapnya