03. JOHAN, SI COWOK NARSIS!
Setelah memakan omelan dari Pak Dzar, selaku guru bidang kesiswaan sekolah, sekarang Yani berurusan dengan berbagai macam alat kebersihan. Dia terlambat.
Yani yang kebagian membersihkan aula mulai menghembuskan napasnya. Dia malas sekali melakukan kegiatan ini. Menyapu, mengepel lantai, dan membersihkan jendela aula. Guru kesiswaan nya itu memang sangat kejam sekali dengan murid yang melakukan pelanggaran, beliau tidak pernah memandang murid perempuan atau laki-laki, semua diberi hukuman yang sama.
Yani mulai membersihkan jendela dengan mulut yang terus bergumam sumpa serapah. Dia menyesali keterlambatannya ini, selama tiga tahun bersekolah, baru kedua kalinya ini dia terlambat.
Setelah membersihkan semua jendela, Yani mulai membersihkan lantai dengan menyapunya. Beberapa menit kemudian, disusul dengan mengepel lantai.
Sampai ditengah kegiatan nya, Yani mendengar suara sesuatu yang besar terjatuh. Dia mendangakkan kepala dan mata Yani membulat setelahnya.
"ANJRIT!! WOY!"
Disana Yani melihat lelaki yang tak dikenali terjatuh dilantai bekas Yani mengepel. Yani menghampiri lelaki yang masih terjatuh itu, lalu membungkukkan badannya.
"Lo gapapa?" tanya Yani yang sudah pasti semua orang tau jika lelaki didepannya itu pasti kenapa-napa.
"Pala lo gapapa? Sakit lah, pinter." jawab lelaki itu kesal.
"Maaf, salah lo juga sih udah tau basah masih dilewatin," beritahu Yani lalu mulai membantu lelaki itu untuk berdiri.
"Mana gue tau. Makanya, kasih tanda dong!" balas lelaki itu yang masih saja kesal.
"Yaudah maaf, gausah marah-marah."
Lelaki itu lalu menatap kearah Yani dan bertanya, "Nama lo?"
"Yani, 12 IPS 2."
"Gue tanya nama lo aja kali,"
Yani menatap lelaki yang lebih tinggi darinya itu kesal. Apa salahnya juga, jika dia menyebutkan kelas berapa. "Terserah gue lah, gue yang jawab,"
Lelaki itu memutar bola mata nya malas. "Gue Johan. Dan lo harus tanggung jawab atas apa yang gue alamin barusan,"
Kali ini, Yani benar-benar kesal dengan lelaki yang mengaku bernama Johan itu. "Maksud lo?"
"Lo udah bikin gue jatuh tadi. Untungnya, keadaan lagi sepi. Gimana kalau anak-anak lain liat trus ngetawain gue? Mau ditaruh mana muka ganteng gue ini?" omel Johan yang membuat Yani semakin ingin menendang lelaki itu.
Yani menutup matanya sejenak sambil mengambil napas perlahan. "Bukan urusan gue mau ditaruh mana muka lo. Dan tanggung jawab? Lo pikir gue hamilin lo apa?"