Rambu-Rambu Masa Lalu

Lovaerina
Chapter #13

Bab 13 - Hilang Arah

Harus diakui kalau Ramadzan memang andal memahami dan menguasai situasi. Meskipun dalam hatinya sedikit keberatan atas pertemuan kembali antara Ramzy dengan Bulan, dia tetap akan memberi dukungan. Bukan bermaksud munafik, dia hanya senang ketika melihat Bulan bahagia. Kalau memang ternyata Ramzy adalah kebahagiaan bagi hidup Bulan, Ramadzan tidak memiliki alasan apa pun untuk melarang mereka bersama. 

“Gue beneran nggak yakin, Ram. Gue nggak mau berharap apa-apa lagi. Gue takut ditinggal pergi pas lagi sayang-sayangnya kayak dulu. Ujung-ujungnya gue yang sakit hati dan cuma bisa nangis sendirian.” Bulan mengakui kegelisahannya.

Lebih dari lima tahun tidak pernah menarik diri dari Bulan, membuat Ramadzan tahu banyak hal tentangnya. Ramzy adalah cinta pertama Bulan dan menjadi satu-satunya. Setelah kepergian Ramzy, Bulan menutup pintu hati dengan begitu rapat. Sampai saat ini tidak ada yang sanggup menerobos pertahanan Bulan. 

Ramadzan beberapa kali pernah memperkenalkan Bulan dengan cowok lain, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil membuatnya berpaling dari Ramzy. Chandra dan Daus juga sempat turun tangan dengan melakukan pendekatan. Namun, mereka berdua gagal total meluluhkan hati Bulan.

Kedua orang tua Bulan pun sudah melakukan berbagai cara agar anak gadis mereka segera mengakhiri masa lajang. Namun, semua usaha itu hanya berakhir pada pertemuan pertama dan tidak ada yang berlanjut ke tahap berikutnya. 

“Gue temenin nangis, deh.” Ramadzan mencoba mencairkan suasana.

Bulan tidak menanggapi ucapan Ramadzan itu. Beberapa saat keheningan menguasai waktu. Menit dibiarkan berlalu begitu saja. Baik Bulan maupun Ramadzan, sama-sama tidak ada yang bersuara.

“Gue nggak yakin ada cowok yang bisa beneran tulus dan cinta sama gue apa adanya.” Bulan mendadak pesimis perihal asmaranya.

Mungkin kadar cinta di hati Bulan sudah habis diberikan kepada Ramzy, hingga tidak tersisa sedikit pun untuk cowok lain. Ramadzan pikir, satu-satunya yang bisa mengembalikan rasa percaya Bulan terhadap cinta hanyalah cowok jangkung berkulit pucat itu.

“Ada, Mbul. Pasti ada. Di dunia ini, cowok bukan cuma dia doang. Kalaupun lo baliknya ke dia lagi, ya … artinya kalian beneran jodoh.”

Entah berapa kali Bulan mengesah. Meski belum sepenuhnya move on dari sang mantan, dia ragu untuk mengharapkan sesuatu yang indah. Dia resah. 

“Gue khawatir sama kerjaan. Kalau gue nggak fokus gara-gara ada dia, gimana?” Bulan tidak yakin dia akan baik-baik saja kalau harus bertatap muka dengan Ramzy setiap hari. “Gue nggak mau dipecat, Ram. Gue masih butuh duit.”

Just enjoy the show, Mbul. Gue yakin lo bisa bersikap profesional, kok. Ingat, lo itu pemegang predikat Karyawan Teladan selama tiga tahun berturut-turut. Lo nggak akan tumbang cuma gara-gara mantan doang.” Ramadzan meyakinkan Bulan dengan memantik kepercayaan dirinya lagi.

Bulan menarik garis bibirnya melengkung ke atas. Senyum terpaksa itu membuat Ramadzan cemas. Namun, Ramadzan harus tetap menunjukan optimisme demi menguatkan Bulan yang sedang redup.

“Gua percaya Rembulan Bersinar akan tetap benderang meskipun langit mendung,” Ramadzan kembali berucap.

“Ya, semoga aja gue bisa, Ram,” ujar Bulan berharap.


***

Lihat selengkapnya