Rambu-Rambu Masa Lalu

Lovaerina
Chapter #25

Bab 25 - Berhenti di Kamu

Raut wajah Ramadzan berubah tegang. “Apanya yang gimana, Mbul?”

“Lo bilang bakal nikah kalau gue udah ketemu jodoh.” Bulan mengingatkan janji yang pernah Ramadzan ucapkan.

Tentu saja Ramadzan masih mengingat kalimat itu dengan sangat jelas. Dia akan mencari tambatan hati setelah Bulan ada yang memiliki. Tugas Ramadzan menjaga Bulan sepertinya selesai hari ini dan akan dilanjutkan seumur hidup oleh Ramzy.

“Lo mau nikah sama siapa?” tanya Bulan lagi.

Ramadzan mati kutu. Dia belum memiliki jawaban untuk pertanyaan itu. Lebih parah lagi, dia memang tidak punya waktu untuk bertemu dengan cewek mana pun selain Bulan.

“Selama ini kan lo selalu sama gue ke mana-mana. Gimana lo mau ketemu jodoh?” Bulan tidak mengalihkan tatapan dari mata Ramadzan yang sejak tadi berusaha menghindarinya.

Ramadzan tidak menampik hal itu. Waktunya banyak dihabiskan bersama Bulan. Dia terdiam sejenak, belum mempersiapkan diri menghadapi situasi seperti hari ini. Jujur saja, kabar yang Bulan sampaikan terlalu mendadak. Namun, Ramadzan harus tetap merayakan kebahagiaan perempuan kesayangannya itu. Tidak peduli meski hatinya sendiri hancur berkeping-keping seperti kota kecil yang diterjang badai topan.

“Gampang lah, Mbul. Gue bisa pedekate sama Ariana atau ...” Ramadzan mengetuk telunjuk kanan pada dagu sendiri, “daftar kencan online aja buat nyari jodoh. Zaman sekarang mah apa aja serba gampang. Tinggal swipe right!”

“Lo yakin mau nikah sama orang random pakai cara kayak gitu?” Bulan meragukan pernyataan Ramadzan.

Bulan tidak bermaksud meremehkan cara-cara yang bisa ditempuh untuk bertemu dengan jodoh. Dia hanya tidak ingin Ramadzan bertindak gegabah, apalagi sampai melakukan hal ceroboh. Ariana tentu bukan pilihan yang tepat menurut Bulan. Track record percintaan dan sirkel pergaulannya sangat berbanding terbalik dengan Ramadzan. 

“Lo nggak perlu pusing mikirin gue, Mbul, yang penting sekarang udah ada Ramzy buat jagain lo. Jadi gue bebas mau deketin siapa aja,” timpal Ramadzan sambil menaikturunkan kedua alisnya, tetapi senyuman di bibir cowok itu tampak sangat canggung.

Lagi-lagi Bulan menghela napas. Ceria yang Ramadzan tampilkan saat ini sungguh terlihat mengganggu. Dia dapat menangkap kepalsuan dari tingkah laku cowok itu.

Terdengar suara bising dari arah dapur. Ibu Ramadzan sepertinya sedang menggoreng sambal. Aroma sedap yang menyengat, menusuk-nusuk lubang hidung. Ramadzan bergegas hendak menutup pintu.

“Kata Ibu jangan ditutup,” larang Bulan.

“Oh, gitu?” Ramadzan kembali membuka lebar pintu, mempersilakan aroma pedas itu ikut menghuni kamarnya.

Ramadzan celingukan, mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk sedikit mengusir si aroma. Mengajak Bulan keluar kamar saat ini hanya akan membuat mata mereka semakin pedih. Dia lantas menyalakan kipas angin yang berdiri gagah di samping lemari kayu cokelat tua, dan menghadapkannya ke arah pintu. 

Bulan memperhatikan tingkah Ramadzan yang terlihat ragu untuk duduk di sampingnya lagi. 

“Ram, ada yang mau lo omongin ke gue?” Bulan melempar umpan.

Mau tidak mau, Ramadzan kembali menghampiri Bulan dan duduk di sebelahnya. 

“Selamat! Lo akhirnya ketemu jodoh.” Ramadzan spontan menjawab dengan kalimat yang ada di pikirannya.

“Selain itu?”

“Semoga lo bisa bahagia terus.” Itu selalu menjadi harapan Ramadzan untuk kehidupan Bulan.

“Ada lagi?” Bulan belum puas dengan kalimat Ramadzan. Ingin mendengar yang lain. 

Ramadzan memutar otak. Apa lagi yang harus dia katakan? Reaksi seperti apa yang sedang Bulan harapkan darinya atas kabar gembira tentang lamaran Ramzy?

Bulan gemas karena Ramadzan terdiam beberapa saat lamanya.

“Kemarin gue ketemu Daus. Terus dia bilang, apa pun yang lo sampaikan ke gue, gue nggak boleh terbebani sama status hubungan kita sebelumnya. Sah-sah aja kok dari temen jadi demen, nggak ada undang-undang yang melarang. Lo tau nggak, itu maksudnya gimana?” Bulan membongkar percakapannya dengan Daus di lobi bioskop sebelum Ramzy menyatakan lamaran.

Ramadzan mendecih lirih, ingin sekali melakban mulut Daus yang tidak bisa menyimpan rahasia itu. Kalau sudah seperti ini, dia akan kesulitan untuk mengelak dari Bulan.

Lihat selengkapnya