Chandra memperhatikan gedung berlantai 5 di depannya. Gedung dengan desain yang elegan membuat ia terpukau untuk beberapa saat. Beberapa hari lalu ia mendapat panggilan kerja di salah satu perusahaan bagian properti. Ia tersenyum sambil melangkahkan kakinya dengan pasti. Gedung itu memang menarik perhatiannya beberapa waktu lalu dan kini ia benar-benar memasuki gedung itu dengan harapan bisa bekerja disana.
Chandra menemui seorang pimpinan di sana, pak Andi Sudrajad. Laki-laki paruh baya itu sebagai manajer di sana.
“Masuk.” Terdengar suara dari dalam.
Ragu Chandra membuka pintu dan berusaha mengatur jantungnya yang tidak teratur.
“Selamat pagi, Pak. Saya Chandra yang kemarin disuruh menemui bapak.” Ucapnya dengan suara tidak teratur.
“Oh, iya... Selamat bergabung di perusahaan saya, Chandra. Silakan duduk.” Andi Sudrajad mempersilahkan Chandra duduk, lalu memberi beberapa pertanyaan dengan jelas dan tidak bertele-tele.
Hanya beberapa pertanyaan dan Chandra langsung diizinkan bekerja. Chandra pun langsung menuju meja kerjanya. Ruang kerja para staf dan karyawan yang cukup rapi menurutnya. Ada beberapa karyawan disana yang sibuk dengan clien dan ada beberapa contoh rumah-rumah miniatur.
“Selamat pagi...” Ucapnya menyapa.
Seiring suara Chandra yang membuyarkan konsentrasi mereka, mereka pun mendongak menatap Chandra yang masih berdiri sambil tersenyum salah tingkah.
“Saya Chandra, pegawai baru disini.”
“Ohhh... kamu Chandra? Silahkan bung Chandra, tempat duduk anda di sebelah sana.” Ucap seorang cowok memakai kemeja panjang yang digulung sebatas lengan.
“Terima kasih, Pak.” Jawab Chandra segera menghampiri meja kerjanya.
Chandra meletakkan tasnya di atas meja dan duduk dengan empuk di kursi kerjanya. Ia menoleh ke jendela kaca dan memandang gedung-degung pencakar langit lainnya yang berdiri di kota metropolitan Jakarta. Ia menghela lega dan menyandarkan tubuhnya sejenak. Beberapa saat kemudian seorang gadis menemuinya dan memberikan ia beberapa berkas untuk dikerjakan. Gadis itu meletakkan berkas-berkas itu di atas meja kerja Chandra.
“Ini kerjaanmu, besok ada clien yang minta ditemani melihat perumahan baru.”
“Hmm... Tapi, Mbak... Maaf... saya masih baru disini. Bagaimana cara kerjanya?”
“Kamu tinggal menemani mereka dan pelajari brosur itu. Kamu pastikan mereka tertarik dengan rumah yang kita jual.”
“Okey...”
Chandra membuka berkas-berkas di atas mejanya. Gadis dengan kaca mata minusnya itu segera berlalu meninggalkan meja kerja Chandra. Ini sangat membingungkannya. Padahal dia belum pernah sama sekali melakukan penjualan.
Senja merambat dengan diiringi suara adzan dari radio yang terletak di meja seorang karyawan. Chandra tercekat ketika ia sadar tak ada lagi karyawan di ruangan itu selain dirinya. Ia celingukan mencari bebrapa karyawan lain yang masih di ruangan, namun tidak ada. Di ruangan itu hanya ia sendiri. Ia ingin meninggalkan meja kerjanya namun pekerjaanya masih menumpuk belum selesai. Tiba-tiba seorang OB masuk dan menghampirinya.