Bandung,
Rumah berlantai dua itu sudah mulai terlihat kosong, beberapa kardus ukuran besar sudah berjajar rapih disudut ruangan, hanya tinggal beberapa barang yang tidak mungkin bisa disusun didalam kardus sudah pasti harus ditinggalkan. Rumah itu terpaksa harus ditinggal oleh penghuninya karena mereka memutuskan untuk pindah ke Jakarta, Rania yang sebenarnya ambil keputusan untuk meninggalkan Bandung, EO yang ia pimpin sudah memiliki rumah baru di Jakarta. Keputusan meninggalkan Bandung adalah hal tersulit bagi Rania, teman-temannya yang mayoritas di Bandung, selain itu Rania telah menghabiskan masa SMA dan kuliah di Bandung, terlalu banyak hal-hal indah yang harus ia tinggalkan.
Pemilihan Jakarta juga bukan asal-asalan, ERO (event organizer) miliknya yang dibentuk sejak masa akhir kuliahnya sebagian besar mendapat tawaran di Jakarta dan selama ini Rania harus bolak balik Bandung-Jakarta hanya untuk bertemu dengan klien yang mau memakai jasa ERO. Sebenarnya itu bukan hal yang sulit untuk Rania jika harus bolak balik, namun melihat jadwal ERO yang padat sampai akhir tahun ia tidak mau sampai kehilangan tenaga ataupun jatuh sakit karena kelelahan dijalan. Rania ingin fokus mengembangkan usaha miliknya, ia tidak ingin melewatkan satu kalipun targer-target yang ingin dicapai ia bersama ERO miliknya. Timnya yang sebagian besar teman masa kuliahnya juga banyak yang berasal dari Jakarta, ia merasa terlalu memberatkan jika mengundang mereka ke Bandung ketika harus membahas soal event yang akan mereka kerjakan dan Jakarta menjadi solusi yang tepat untuk merayakan rumah baru sekaligus hari jadi ERO yang ketiga tahun.
Sejak tadi Rania sibuk mengemasi barang-barang miliknya, sesekali ia membuka aci meja dan tempat-tempat lainnya yang biasa ia sembunyikan barang berharga miliknya, berharga baginya ialah barang yang memiliki kenangan untuknya, barang-barang itu tidak boleh tertinggal apa lagi hilang, karena bagi Rania sesuatu yang pernah terjadi dalam hidupnya tidak bisa untuk diulang dan barang-barang itu yang akan menjadi simbol kenangan baginya. Benda itu bisa menjadi pintu masuk Rania untuk mengenang sesuatu yang pernah terjadi, sebagai pengingat untuk dirinya sendiri.
°°°°°°°°
Rania orang yang perfeksionis dengan ambisi-ambisinya yang luar biasa, ia selalu serius dan detail setiap mengerjakan sesuatu dari hal yang paling terkecilpun tidak akan ia lewatkan bahkan menurutnya justru hal kecil itu yang harus diutamakan karena ia tidak mau sesuatu yang dianggap mudah malah akan menghancurkan sesuatu yang ia telah kerjakan. Orang-orang dekat dan siapapun yang berkerja sama dengan Rania paham jika ia sedang mengerjakan sesuatu dengan sorot mata yang tajam berarti dirinya lagi serius dan siapapun termasuk timnya jangan sampai mengganggu apa lagi melakukan kesalahan karena sudah pasti Rania akan mengirimkan badai ocehan ke mereka semua. ERO yang ia bangun sejak tiga tahun lalu kini sudah maju pesat, yang awalnya hanya mengerjakan event kampus dan tim yang berisikan tiga orang kini ERO sudah dipercaya untuk mengerjakan acara tahunan perusahaan benefit bahkan weeding dengan skala besar. Tim yang sekarang berisikan dua puluh satu orang termasuk Rania sendiri selalu berhasil membuat klien yang berkerja sama denganya merasa puas dan meminta ERO untuk memegang acara perusahaan mereka berikutnya.
Pesona Rania selalu mampu memikat orang-orang disekitarnya, selain ia yang selalu semangat dalam segala hal, paras cantik dengan bulu mata lentik penghias mata bulat yang selalu hangat setiap kali ia memperhatikan atau bertemu dengan orang lain. Lesung pipi kecil yang menghiasi disaat ia tersenyum menambah pesona Rania sediri, rambutnya hitam sedikit ikal melewati bahu yang jarang sekali tergerai karena dirinya lebih merasa nyaman ketika rambutnya dikuncir kuda.
Setelah yakin tidak ada yang tertinggal akhirnya Rania bisa lebih santai dan bisa untuk beristirahat, sudah sejak beberapa hari yang lalu dirinya sibuk mengemas barang-barang miliknya, itu cukup melelahkan baginya. Rania harus cepat membereskan semuanya karena besok ia dan keluarga harus berangkat ke Jakarta. Baru saja ia ingin memejamkan mata tiba-tiba ibunya masuk datang menemuinya.
"Udah selesai?" Tanya ibunya
"Udah bu" jawab Rania
"Enggak ada yang ketinggalan lagi kan?" Tanya ibunya memastikan yang langsung dijawab gelengan kepala oleh Rania.