Jakarta,
Sudah hampir dua tahun Gama tidak menginjakan kakinya di Ibukota, dirinya memilih bersembunyi dikota asalnya Bandung. Sesampainya di Jakarta dengan menaiki kereta ia langsung menuju rumah kontrakan yang sudah ia pesan sebelumnya. Rumah kontrakan itu terletak di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Gama sengaja memilih tempat itu karena lokasinya yang cukup strategis selain dekat dengan stasiun kereta Mangga Besar kontrakan itu juga dekat dengan pusat kota. Itu bisa mempermudah jika dirinya merasa bosan dan membutuhkan tempat hiburan yang ramai.
Sesampainya disana Gama langsung beristirahat, perjalanan sekitar tiga jam dari Bandung ke Jakarta cukup melelahkan baginya. Bukan karena jarak yang harus ia tempuh tapi ada satu hal yang selalu mengganggu pikirannya, sudah bertahun-tahun berusaha ia hilangkan, berusaha ia singkirkan. Namun setalah menaiki kereta menuju Jakarta tiba-tiba pikiran itu muncul kembali, mulai menghantuinnya kembali.
Gama menjadi orang yang tertutup, bahkan perihal masalahnya sendiri pun ia enggan untuk bercerita bahkan termasuk ke ibunya sendiri. Selama di Bandung ibunya selalu bertanya apa yang merubah Gama sampai seperti ini, tapi selalu gagal mendapatkan jawaban. Namun intuisi seorang ibu selalu kuat, tanpa perlu Gama menceritakan masalahnya ibunya sudah tahu jika yang merubah Gama adalah Uli, pacar Gama yang sudah ia pacari sejak kuliah yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar.
Gama orang yang paham jika suatu hubungan selalu punya resiko yang bisa saja terjadi, resiko jika sekuat-kuatnya hubungan itu dijaga, hubungan itu bisa patah juga dan kehilangan suatu hal normal yang harus siap untuk diterima.Tapi sekuat-kuatnya ia berusaha, untuk satu hal itu Gama telah gagal, ia merasa tidak mampu menahan dirinya sendiri untuk sebuah rasa yang disebut kehilangan. Gama mengerti jika kehilangan itu hal yang wajar, namun untuk kehilangan yang tanpa adanya sebuah sebab Gama benar-benar tidak berhasil mengerti. Ia tidak menemukan alasan untuk masalah yang sedang ia hadapi bahkan sampai dirinya memutuskan kembali ke Jakarta ia masih belum mengerti tentang masalahnya sendiri. Tapi semuanya harus tetap berjalan, Gama tidak bisa hanya berhenti dan bersembunyi. Di Jakarta Gama mencoba memulai kembali langkahnya, mulai mencari kembali warna yang beberapa waktu lalu memudar, mencari awal baru untuk dirinya sendiri. Awal baru untuk hidupnya, awal baru untuk menutup semua yang telah terjadi dan menggantinya dengan yang baru. Ada jauh didalam dirinya mencoba mengerti, mungkin ada seuatu hal yang memang tidak disertai oleh penjelasan dan tidak harus memiliki jawaban. Lelahnya sudah benar-benar menguasai dirinya, beristirahat sebentar jadi tujuan utama Gama dan bangun dimalam hari untuk mengisi perutnya yang sudah memberi pesan perlu diisi. Tapi, ia ingin tidur terlebih dulu dan berharap apa yang ia pikirkan selama perjalanan hilang bersamaan dengan ia bangun nanti.
°°°°°°°°
Didalam tidurnya ia samar-samar mendengar suara ketukan dipintu kamarnya. Ketukan itu terus berlanjut, terdengar suara wanita tua dibalik pintu menyebut-menyebut nama Gama. Dengan enggan karena ngantuk yang masih menutupi wajahnya Gama perlahan bangun dan membuka pintu kamarnya. Sosok wanita tua dibalik pintu itu ternyata ibu Laksmi pemilik rumah kontrakan.
Ibu Laksmi bersama suaminya juga tinggal disana, ia mengontrakan kamar yang ada dirumahnya kerena ia merasa sepi setelah anak-anaknya yang semua perempuan menikah dan tinggal bersama suaminya. Dirumah itu ada tiga kamar, dua kamar disewakan ibu Laksmi dan satu kamar lagi ia gunakan bersama suaminya. Rumah berlantai dua yang diapit oleh bangunan ruko dan rumah kost-kostan yang ada disebelahnya tidak seperti kontrakan pada umumnya, rumah itu seperti rumah keluarga biasa yang akses semuanya manyatu dengan pemilik rumah. Ibu Laksmi hanya menyewakan kamarnya namun ia membebaskan semua yang menyewa kamar dirumahnya termasuk Gama untuk memakai fasilitas yang ada layaknya rumah sendiri. Fasilitas dirumah itu cukup lengkap dengan harga sewa yang tidak terlalu mahal, Gama beruntung dapat tinggal disana selain Ibu laksmi dan suaminya yang sangat ramah yang tak sungkan mengobrol dengan Gama, ia merasa seperti dirumah sendiri dan Gama benar-benar merasa beruntung.
"Ibu Laksmi?" Tanya Gama melihat ibu Laksmi yang sejak tadi mengetuk pintu kamarnya.
"Lagi tidur ya?" Tanya ibu Laksmi yang balas anggukan oleh Gama.
"Ada yang cari kamu, katanya temen kamu" lanjut ibu Laksmi menjelaskan kenapa ia membangunkan Gama dari tidur sorenya.
"Temen? Siapa buk?" Tanya Gama heran, ia tidak memberitahukan ke siapa-siapa jika dirinya telah kembali ke Jakarta. Hanya keluarganya yang tahu dirinya di Jakarta.
"Ibu lupa tanya, mau ditemuin?"
Gama masih ragu-ragu apakah ia harus menemui orang itu atau tidak, sejujurnya ia malas untuk bertemu dengan siapapun terlebih jika orang itu mengenal dirinya, itu karena ia malas menjawab pertanyaan yang pasti akan mereka tanyakan jika bertemu dengannya. Pertanyaan yang selalu sama, lo kenapa?
"Ciri-ciri orangnya kaya mana bu?" Tanya Gama.
"Laki-laki, badannya besar tapi enggak terlalu tinggi, kulitnya coklat agak gelap" ibu Laksmi mencoba menggambarkan sosok yang ditanyakan oleh Gama.
Seketika Gama tersenyum, ia mengenali orang yang digambarkan ibu Laksmi.
"Mau ditemuin?" Tanya ibu Laksmi lagi.
"Iya bu, nanti saya turun, mau cuci muka dulu, makasih ya bu" jawab Gama.
"Ya sudah, ibu suruh orangnya tunggu kalo gitu" ucap ibu Laksmi sambil berlalu.
°°°°°°°°
"Jon... Joni?" Tanya Gama sedikit ragu melihat siluet laki-laki dengan tubuh tambun berdiri didepan pintu rumah.
Merasa terpanggil orang itu membalikan tubuhnya. "Anjriiittttt!!! Lo kemana aja Gam?!" Tanyanya terkejut ketika yang memanggilnya ternyata Gama yang sudah lama ia cari. Seketika mereka saling memeluk layaknya dua sahabat yang sudah lama tidak bertemu.
"Masuk-masuk" ucap Gama. Terlihat jelas ekspresi bahagia dari Joni dan Gama pun tidak bisa menyembunyikan bahagianya bisa bertemu lagi oleh sahabatnya, Joni tidak banyak berubah masih sama seperti terakhir kali mereka bertemu hanya tubuh besarnya yang kini sudah sedikit kekar satu-satunya perubahan yang terlihat jelas.
"Sial!! Sial!!" Ucap Joni sambil merangkul dan mengeplak kepala Gama. "Lo kemana?! Gua cariiin lu sampe nanya ke adek-adek lo, ke ibu lo juga mereka kompak jawabnya enggak tau!" Tanya Joni sedikit kesal karena selama ini ia berusaha mencari keberadaan Gama tapi selalu gagal.
"Hee.. gua di Bandung, enggak kemana-mana" jawab Gama. Gama tahu jika selama ini Joni mencarinya, beberapa kali Joni menghubungi keluarganya untuk memastikan apakah Gama ada disana namun Gama sudah berpesan ke keluarganya jika siapapun yang bertanya tentang dirinya ia minta untuk tidak diberi tahu termasuk itu Joni.
"Wah gila lu! Ke Bandung gak bilang gue!" Ucap Joni yang sudah tahu jika jawaban Gama, sebelum menemui Gama di Jakarta, Joni dihubungi oleh ibunya Gama
Ibunya Gama sengaja mengubungi Joni karena selama ini ia merasa tidak enak sudah membohongi Joni setiap kali Joni bertanya keberadaan Gama. Selain itu ia ingin minta tolong ke Joni untuk menemui Gama dan dari situ lah Joni bisa tahu alamat kontrakan baru Gama di Jakarta. Joni yang hampir tiap bulan menghubungi keluarga Gama melihatkan bahwa Joni adalah teman yang baik bagi Gama. Dan melihat kondisi anaknya yang belum benar-benar pulih merasa kuatir jika Gama hanya sendirian di Jakarta dan ia langsung menghubungi Joni karena hanya Joni lah yang bisa menemui Gama di Jakarta.