Persiapan rumah baru dan perayaan tahun ketiga ERO sudah hampir selesai, hanya tinggal beberapa detail pelengkap yang siap diselesaikan. Sebenarnya Rania sengaja meminta bantuan EO milik salah satu temannya untuk menjadi penyelenggara acaranya, tapi ia justru terlihat yang paling sibuk memperhatikan detail-detail yang cocok untuk acaranya. Rania benar-benar tidak bisa lepas untuk persiapan acaranya sendiri. Alasan Rania memakai EO lain diacaranya supaya ia dan timnya bisa punya waktu santai sambil menikmati dirumah baru ERO, Rania ingin ia bersama timnya bisa menikmati hasil kerja keras mereka dalam beberapa tahun ini. Tapi, Rania tidak bisa benar-benar santai, ia masih sibuk untuk acaranya sendiri. Rania ingin acaranya menjadi acara terbaik, setiap tahunnya ia dan timnya sudah menjalankan beberapa event dan semuanya memuaskan dan untuk acaranya sendiri Rania ingin lebih dari itu, sifat perfeksionis yang ada pada dirinya telah merenggut waktu santainya. Akmal yang beberapa hari ini menemani melihat persiapan ERO mulai merasa cemas melihat Rania tidak bisa lebih santai dan membiarkan EO lain yang menyiapkan semuanya.
"Santai sedikit Ran" ucap Akmal. Rania tidak langsung merespon ucapan Akmal, ia masih sibuk mengamati persiapan acaranya.
"Beberapa event tahun ini semuanya memuaskan, aku mau yang terbaik untuk acaraku sendiri" balasnya sambil memalingkan pandangannya ke arah Akmal.
Wajah Rania yang tepat dihadapannya menggambarkan keseriusan dari ucapan yang Akmal dengar barusan. Sorot mata Rania tajam ke arahnya, namun Akmal tahu dibalikan sorotan itu ada ketakutan yang sedang Rania rasakan. Akmal sudah sangat mengenal Rania, dibalik ambisi-ambisi dan sifat perfeksionis yang dimiliki Rania ada kekhwatiran yang tersirat didalam-nya, ketakutan-ketakutan yang bisa merobohkan Rania dari dalam dirinya sendiri.
"Hei" Akmal tersenyum sambil mencolek hidung Rania.
"Beberapa event yang kamu dan tim kamu kerjainkan emang hasilnya harus memuaskan, itu target yang mereka minta tapi ini kan rumah kamu sendiri Ran, ini tempat kamu, ini milik kamu" ucap Akmal. Rania hanya mematung dihadapannya.
"Didalam rumah kita harus lebih nyaman? Biar kita ngerasa lebih hangat, kamu enggak harus nunjukin apa-apa kok disini, ini punya kamu, kamu cuman perlu nunjukin kebahagian dari yang kamu udah dapetin, gak usah ada tekanan. Kalo kamu bahagia, tim kamu, orang-orang yang dateng pasti ikut ngerasain bahagianya. Apa yang kamu buat untuk diri sendiri, kamu gak perlu muasin orang lain, cukup muasin diri kamu sendiri" memegang pundak Rania.
"Jadi, kamu sekarang harus rileks dan persiapan ini biarin jadi tugas mereka" Akmal melanjutkan ucapannya yang berusaha menenangkan Rania.
Rania masih mematung dihadapan Akmal, sorot matanya sudah tidak setajam sebelumnya seakan mengisyaratkan bahwa Rania setuju dengan apa yang diucapkan oleh Akmal. Rania menundukan kepalanya, ia merasa lelah.
"Hhuaah!" Rania menggelengkan kepalanya. "Kenapa aku tertekan gini sih? Capek tau!" Keluh Rania pada dirinya sendiri. Akmal yang melihat tingkah polos Rania hanya bisa tersenyum.
"Yuk" ucap Akmal sembari meraih tangan Rania.
"Kemana?" Tanya Rania lirih.
"Katanya capek? Yuk makan" ajak Akmal.
"Kok jadi makan?!" Rania yang mulai protes.
"Hee, makan buat nambah energi. Kamu udah nguras banyak energi kan disini?" Akmal mencoba menjelaskan. Dan Rania mengangguk menerima ajakan Akmal.
°°°°°°°°
"Kamu bener" Rania membuka obrolan. "Selama ini aku terpacu untuk buat orang lain seneng, buat orang lain puas sampe aku lupa untuk buat diri aku sendiri seneng" sambungnya dengan serius.
"Aku ... Aku gak tau gimana lepas dari ketakutan diri aku sendiri, ketemu orang baru, ketemu hal-hal baru ku kira bisa ilangin itu! Aku malah tambah takut!" Lanjut Rania. "Mal, ada yang salah sama diri aku! Aku gak tau cara benerinnya! Bodoh banget!" Rania menyalahkan dirinya.
Akmal yang mendengarkan Rania merasa jika obrolannya kali ini lebih serius dari sebelumnya. Ketika Rania hanya memanggil namanya tanpa di awali 'Mas' itu berarti Rania sedang bener-bener serius dengan masalahnya. Kekhwatiran Akmal akhirnya benar terjadi, apa yang ia takuti bisa merobohkan diri Rania akhirnya mulai Rania sadari.
Sejak pertemuannya dengan Rania, Akmal menyadari jika didalam diri Rania masih banyak hal yang Rania simpan tanpa ia sadari yang kapanpun bisa saja keluar dengan sendirinya. Akmal jatuh hati dengan Rania sejak pertemuan pertama dan dirinya sudah memahami jika suatu saat apa yang tidak disadari oleh Rania satu per satu akan keluar dari diri Rania sendiri. Saat hatinya sudah menjatuhkan diri untuk Rania, Akmal bertekad menjaga Rania agar tidak dirobohkan oleh dirinya sendiri.