Rania & Renjana

katalinial
Chapter #5

OMONG KOSONG

Malam itu cukup cerah, cahaya keemasan dari deretan lampion yang menjuntai membuat malam itu terasa hangat. Alunan live music yang menambah keseruan acara itu juga membuat para tamu yang datang merasa nyaman. Mereka saling berbincang santai sambil diiringi lagu dan menyantap makanan ringan yang disajikan. Mereka membaur menjadi satu, tidak ada batasan seakan mereka memang hadir hanya untuk menikmati malam itu secara bersama. Beberapa tamu yang hadir sengaja naik ke panggung untuk menunjukan suara merdu mereka, ada juga yang hanya sekedar bersenang-senang untuk menghibur. Suasana malam itu sangat cair dan hangat.

   Acara ERO memang berkonsep santai, Rania dan timnya sengaja memilih konsep itu agar mereka ataupun tamu yang datang bisa menikmati acara mereka dengan leluasa. Mereka bisa menikmati dan bersengan-senang melepas penat mereka dari kesibukan-kesibukan yang telah mereka lalui. Bahkan Rania pun sangat menikmati acaranya, berbicang-bincang dengan tamu satu ke tamu lainnya, tertawa dan sesekali ikut bernyanyi ketika pengisi acara sedang memainkan sebuah lagu. Pesona Rania memang sedikit berbeda, ia bisa membuat semua orang disekitarnya menjadi akrab. Selama acara itu Rania hampir tidak pernah sendiri, jika tidak ia yang menyapa dan memulai obrolan pasti ada saja yang menghampirinya untuk berbincang dengan Rania. Selain kecantikannya yang menonjol diantara banyaknya orang, Rania bisa menyesuaikan diri ketika sedang berbicara dengan seseorang yang jauh lebih tua ataupun lebih berpengalaman darinya. Rania hebat dalam memposisikan dirinya dihadapan orang lain dan itulah yang membuat ia mudah disukai oleh orang-orang disekitarnya. Dan hal itupun disadari oleh seseorang yang sejak tadi memperhatikan interaksi Rania. Perempuan cantik dengan dress putih yang tidak lelah kesana kemari menyapa orang-orang menjadi pusat perhatian Gama dimalam itu, sesekali ia mengabadikan moment itu dengan kamera yang menggantung dilehernya.

"Disini lu Gam?" Sapa seseorang.

"Oh lo Jon" jawab Gama.

"Ngapain lu sendirian disini? Bukannya gabung tadi sama gue disana" tanya Joni.

"Lo kan nyuruh gua ngambil foto Jon"

"Yee, santai dikit ngapa! Ikut ngobrol kek sama gue, sapa tau lo dapet kenalan cewek cakep disini, hee"

"Enggak tertarik gua Jon"

"Ah lo! Gile yee si Rania! Semua orang akrab sama dia, salut gue" ucap Joni. "Perempuan itu udah cantik, pinter lagi kalo udah ngomong" sambungnya. Gama tidak menimpali ucapan Joni, ia sibuk mengambil gambar orang-orang didepannya.

"Lu mau tau siapa yang lagi ngobrol sama Rania sekarang?" Ucap Joni sambil menunjuk ke arah Rania yang sedang berbincang dengan seseorang. "Salah satu CEO sorum mobil sport di Jakarta Gam, gile yee sekaya apa coba! Gue aja belom punya satupun mobil sport lah dia punya sorumnya, haha!" Lanjut Joni menjelaskan. "Gue ambil minum dulu dah, lo mau sekalian gak?" Tanya Joni.

"Boleh" jawab Gama.

   Gama masih sibuk dengan kameranya, hampir semua orang yang ada disana tidak luput dari jepretannya. Gama tidak mengenal orang-orang yang datang diacara tersebut, ia bahkan sama sekali tidak berbincang dengan orang lain. Fokusnya hanya mengambil gambar sesuai permintaan Joni. Gama mungkin menjadi satu-satunya orang yang tidak terlalu menikmati acara tersebut, hal wajar yang mungkin bisa Gama nikmati cuman musik yang ada dicara tersebut karena ia tidak bisa meunutup telinganya. Ia terlalu malas untuk sekedar basa basi berbincang dengan seseorang, jika bukan dipaksa Joni ia mungkin tidak ingin datang ke acara tersebut. Fokusnya tiba-tiba terhenti ketika melihat Rania tertawa lepas dari dalam kameranya, ia mematung menikmati apa yang ia lihat. Dalam memori pikirannya ia melihat Rania yang kini sudah berubah, seseorang yang dulu tidak suka keramaian dan enggan jika harus direpotkan justru terlihat menyenangkan ditengah keramaian. Apa yang ditampilkan Rania bukan sebuah kepura-puraan atau hanya untuk terlihat bahagia, Gama melihat apa yang ditunjukan Rania adalah sesuatu yang benar-benar Rania rasakan. Kilas balik memorinya harus terhenti ketika Gama menyadari kini Rania tengah tersenyun melihat ke arahnya, seketika ia mengarahkan kameranya ke arah lain dan berharap Rania tidak menyadari jika ia sedang diperhatikan.

"Ngapain Gam?" Tanya Rania yang sudah ada disebelah Gama.

"Oh lo Ran" Gama mencoba tenang. "Ngambil foto" jawab Gama.

"Oh" saut Rania. "Gimana?" Tanyanya.

"Apa yang gimana?" Gama bertanya balik.

"Acaranya? Gimana? Suka?"

"Iya, suka" jawab Gama.

   Masih terasa ada kecanggungan diantara Gama dan Rania, sekian lama tidak bertemu seakan menciptakan bongkahan es pemisah diantara mereka.

"Selama ini ngapain aja? Udah delapan tahun kita enggak ketemu pasti udah banyak hal dong yang bisa lo ceritain? Hee" tanya Rania berusaha mencairkan bongkahan es penghalang mereka.

"Delapan tahun ya?" Ucap Gama.

"Iya, selama itu ngapain aja?" Tanya Rania lagi yang memang penasaran apa yang dilakukan oleh Gama selama ini.

   Mereka alumni dari SMA yang sama namun setelah lulus mereka sama sekali tidak pernah bertemu, kompleks rumah Rania dan Gama di Bandung sebenarnya tidak terlalu jauh tapi Rania tidak pernah bertemu atau sekedar berpapasan dengan Gama. Rania sama sekali tidak pernah mendengar kabar tentang Gama, saat sekolah mereka mengadakan acara reuni ataupun teman-teman seorganisasi ketika sekolah dulu mengadakan pertemuan rutin tiap tahun Gama tidak pernah ikut serta.

"Enggak ada" jawab Gama.

"Gak mungkin enggak ada dong Gam, delapan tahun kan bukan waktu yang sebentar, pasti ada lah yang menarik, cerita dong, hee"

"Yang enggak menarik enggak bisa diubah jadi menarik!" Nada Gama sedikit berubah seraya memalingkan pandangannya dari hadapan Rania. Ia mulai terganggu dengan pertanyaan Rania karena pertanyaan itu justru mengingatkan kejadian beberapa tahun lalu yang membuat ia memilih menghilang ke Bandung.

   Rania dapat merasakan perubahan suasana antara dirinya dan Gama yang justru semakin terasa dingin. Nada dan kalimat Gama juga menunjukan jika ada sesuatu yang pernah terjadi pada Gama dan Gama tidak suka jika itu diungkit kembali. Rania masih menatap heran ke arah Gama.

"Gua gak tau apa yang terjadi, tapi lo beda Gam!" Ucap Rania sambil membalikan tubuhnya ke arah pandangan yang sama dengan Gama. "Kadang yang enggak menarik itu justru hal yang paling menarik yang terjadi sama kita, cuman kita enggak sadar aja" lanjutnya.

   Gama tidak merespon ucapan Rania, keheningan seketika menjalar diantara mereka berdua. Band yang menyanyikan lagu R&B didepan mereka seharusnya bisa sedikit membisingkan namun Rania dan Gama tetap terpaku diatas pijakan mereka masing-masing dengan kesunyian yang sama. Orang-orang yang saling berbincang, musik yang sedang terputar seakan kehilangan suaranya.

"Apa kita bener-bener perlu menyadari sesuatu yang seharusnya enggak untuk kita rasain?" Ucap Gama pelan.

   Rania bisa merasakan perubahaan Gama, inotasi Gama yang memelan menandakan jika Gama benar-benar membutuhkan jawaban dari pertanyaan yang baru ia utarakan. Dalam benak Rania, ia bisa saja memberikan seribu satu jawaban untuk pertanyaan yang diberikan Gama. Namun Rania memahami, ketidaktahuannya tentang apa yang sebenarnya dirasakan oleh Gama justru akan membuat semua jawaban yang ia berikan menjadi tidak ada artinya. Rania bisa memberikan seribu satu jawaban yang mungkin tidak ada satupun dari jawaban itu ada yang benar, itu karena ia saat ini belum benar-benar mengerti apa yang Gama rasakan.

"Joni mana Gam?" Tanya Rania mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

Gama hanya tersenyum sinis melihat Rania berusaha mengalihkan topik pembicaraan mereka. Bahkan Rania dengan segala pesonanya tidak bisa memberikan jawaban dari pertanyaan yang ia berikan.

"Lo bedua tegang amat?" Sapa Joni yang menyelinap ditengah mereka. "Lagi ngomongin apaan? Seru kayanya nih?"

"Engg, .."

"Buat mbak Rania selaku founder ERO dipersilahkan maju kedepan untuk menyampaikan pesan-pesannya!" Seru pembawa acara meminta Rania naik keatas panggung.

"Udah waktunya ya?" Ucap Rania pelan. "Gue tinggal bentar ya Jon, ya, .. Gam" lanjut Rania terbata seraya pergi menuju panggung.

"Lu berdua abis ngomongin apaan? Serius banget kayanya" tanya Joni yangerasa ada keanehan diantara Gama dan Rania.

   Gama tidak langsung menjawab pertanyaan Joni, ia sedang fokus menikmati pesona Rania yang kini sedang berjalan pelan memunggungi mereka berdua. Lampion keemasan yang saling menyilang diatas kepala Rania semakin menambah pesonanya, cahaya yang selalu menyala dari setiap langkah dan senyumannya untuk orang yang ia lewati. Waktu seakan sengaja memelankan langkah Rania.

Lihat selengkapnya