Ranjang Pencabut Nyawa

Sri Wahyuni Nababan
Chapter #1

#1 Tangisan Bayi

Bab 1. Suara Tangisan Bayi

Baru sepuluh menit berada di kamar kos yang baru ditempati, Mirzha merasa ada yang aneh. Suara tangisan bayi mampu membuat bulu kuduknya berdiri. Air keran juga terdengar sangat deras. Seingatnya, ia belum masuk ke dalam kamar mandi, apalagi membuka keran.


Suara aneh itu adalah tangisan bayi. Kosan ini tempat para pelajar dan mahasiswi. Berarti tak ada bayi di tempat seperti ini.


"Apa di rumah ibu kos, ya?" tanyanya pada dirinya sendiri.


Suara itu makin terdengar jelas, tapi dari arah kamar mandi. Pelan-pelan kakinya dilangkahkan agar tidak terdengar. Makin ia nekat mendekati arah suara itu, makin kuat pula. Mirzha yakin kalau ini bukan ulah bayi nyata. Karena ini adalah kos ketiga setelah kos kemarin yang ditempati juga seram.


Kini tubuhnya sudah berada di pintu kamar mandi. Saat membuka pintu, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar.


"Ya, sebentar."


Gadis cantik membukakan pintu dengan jantung berdegup kencang. Sebenarnya ia bersyukur karena ada yang datang.


"Kamu dipanggil Ibu kos ke rumahnya."


"Ngapain, ya, Kak?"


"Nggak tau. Udah, ya. Mau ke kamar dulu."


Dewi adalah penghuni kos sejak tiga tahun lalu. Ia sudah tahu kisah kos yang memang ditempati beberapa makhluk astral meski tempatnya tidak menetap. Namun, makhluk-makhluk itu lebih suka di kamar Mirzha. Konon hampir setahun kamar itu dikosongkan oleh pemilik kos karena korban yang terus berlanjut.


Atas perintah ibu kos, Mirzha pun memenuhinya. Saat melangkah ke pintu, suara itu kembali terdengar dengan jelas. Tangisan bayi sebagai perkenalan pertama pada kamar tersebut..


"Hei! Jangan pernah ganggu aku! Aku nggak suka diledekin. Nggak lucu!" pekiknya sembari melempar pintu kamar mandi yang tertutup.


Bukannya berhenti, suara itu makin menjadi seakan memancing emosi Mirzha. Gadis indigo sejak usia setahun.


"Dasar hantu sialan!"


Tiba-tiba lampu kamar menyala tanpa ada sentuhan dari Mirzha, lalu mati dengan sendirinya. Begitulah terus sampai ia merasa ini bukan main-main. Tanpa pikir panjang, ia menuju pintu untuk keluar dan menemui pemilik kos.


Brak!


Daun pintu tertutup rapat sebelum tubuhnya sampai. Ia makin ketakutan, lalu mengambil langkah mundur ke ranjang. Tubuh rampingnya seperti ditolak dan terjatuh. Ranjang tersebut menjadi benda yang paling ditakuti oleh beberapa penghuni kos lama karena mengetahui kisah ranjang yang selalu memakan korban.


Mirzha tak mau mengeluarkan suaranya karena segan dianggap aneh. Ia berpengalaman kos-kosan sebelumnya. Teman sekosan menganggap dirinya gadis paling menakutkan karena seringnya berteriak pada saat bertemu dengan makhluk tak kasat mata. Peristiwa itu juga dialami oleh beberapa anak kos lainnya, tapi Mirzha paling parah.

Lihat selengkapnya