Ini adalah liburan semester yang sudah kutunggu-tunggu dengan Alex yang sudah hampir setahun menjadi kekasihku. Sebenarnya kami sudah mengenal sejak lama. Dia adalah sahabat dari sahabatku, Toni. Namun saat Toni mengenalkanku dengannya, aku masih menjalin hubungan dengan orang lain. Saat itu kami tidak terlalu dekat. Aku pun tahu Alex sering mencuri pandang padaku dengan wajah malu-malu. Aku sedikit tertarik padanya saat pertemuan pertama kami.
Setelah setahun lamanya, tepat sebulan setelah aku putus dengan kekasihku sebelumnya, dia menyatakan cinta padaku. Bukan karena aku tergoda padanya lalu putus dengan kekasihku. Bukan karena aku sering bertukar pesan dengannya lalu pacarku memutuskanku. Namun karena aku dan mantan pacarku itu sudah tak sejalan lagi.
Selang seminggu setelah kami putus, pria yang tak mau kuingat-ingat itu jalan dengan perempuan lain. Tentu saja mereka berpacaran walaupun dia menolak mengakuinya. Karena itu, Alex dengan leluasa mendekatiku dan rasa tertarik yang dulu pernah ada semakin membesar kemudian berubah menjadi sayang.
Alex adalah lelaki manis berambut hitam kecoklatan, hidungnya mancung dengan mata coklat dan senyum yang menawan. Dia sedikit jangkung dan mempunyai postur tubuh yang agak kurus. Tinggi badanku pun hanya sebahunya.
Sifatnya yang supel membuat banyak gadis-gadis menggodanya dan itu sangat menggangguku. Karena banyak teman dan gadis-gadis yang sering mengikutinya, kami jarang menghabiskan waktu bersama akhir pekan. Dengan alasan tugas kelompok mereka sering menyeret Alex pergi saat bersamaku. Gadis-gadis itu sering memamerkan senyum sinis padaku sambil lalu.
Kehidupan cintaku di kampus tak semulus seperti sebelumnya. Tentu saja karena Alex lebih populer dari mantan pacarku. Aku tahu Alex tak berniat menyakitiku. Dia hanya mempunyai rasa tanggung jawab yang besar untuk melesaikan tugas-tugasnya. Bukan hanya karena wajah dan sikapnya, dia juga terkenal sebagai murid berprestasi. Beberapa alasan itulah yang membuatku berinisiatif mengajaknya liburan ketempat yang jauh dari keramaian, jauh dari orang-orang yang bisa menganggu waktuku dengannya.
Kami akan menghabiskan dua minggu berkemah di rumah ibuku. Ibuku tinggal di suatu desa yang masih jarang penduduk. Jarak antara satu rumah dengan yang lainnya sekitar tiga kilometer. Di belakang rumahnya terhampar hutan yang sangat luas. Dibalik hutan terdapat jurang bebatuan terjal yang menghubungkan laut selatan.
Sudah hampir dua tahun sejak kuliah aku tak pernah mengunjungi rumah ibu. Aku lebih memilih tinggal dengan Robi, kakakku satu-satunya karena lebih dekat dengan kampus dan karena malas berada di rumah itu. Entah seperti apa suasana lingkungan itu sekarang. Selain itu, aku juga tak begitu suka dengan ayah tiriku.