Rantai Mawar

Mega
Chapter #2

Liburan

“Aah!!”

Aku terlonjak dan memutar badan. Sophie, anjing pomeranian berbulu putih pemberian Alex mengibaskan ekornya sambil menjilati kakiku. Jantungku berdesir, lega oleh pikiran burukku yang mendadak hilang.

Aku hampir lupa kalau Sophie sudah kembali dari Rumah Sakit Hewan. Beberapa hari yang lalu anjing lucu itu diopname. Kakinya retak karena kejatuhan meja berukuran kecil di dapur. Kecil untukku tetapi cukup besar untuknya yang bertubuh mungil dan masih berumur sembilan bulan.

“Huh, ternyata kau Sophie.” Aku menghembuskan nafas panjang. Kutemukan sakelar lampu. Beberapa saat kemudian lampu menyala terang menyilaukan mata.

Sophie naik ke ranjang berguling-guling manja. Aku mengelus-elusnya sampai matanya hampir tertutup. Dia tiba-tiba menyalak-nyalak ke arahku saat aku menggodanya, mengusap kepalanya yang lembut seukuran pas dikedua telapak tanganku dengan cepat.

“Kamu kangen aku ya? Robi pasti yang sudah menjemputmu.” Aku menciumi anjing itu dengan gemas, menggelitikinya sampai dia menggigit-gigit tanganku.

Aku berbaring dengan Sophie yang masih menjilati tanganku. Kasur empuk memanjakan badanku yang lelah. Aku melihat beberapa pakaian kotor yang tergeletak di lantai. Rasanya malas sekali untuk membersihkannya.

Mataku hampir terpejam saat teringat bawaan besok pagi yang belum kusiapkan. Dengan berat, aku segera bangkit untuk menata pakaian dan barang-barang lain yang dibutuhkan. Satu lusin kaos nyaman yang biasa kupakai sehari-hari, dua buah legging, beberapa celana jeans, tiga buah dress yang kemarin aku beli khusus untuk kencan dengan Alex dan semua pakaian dalam yang tersisa di lemari. Setelah yakin semua yang diperlukan telah ada, aku memasukkannya ke dalam ransel hitam.

Pakaian yang aku bawa terlalu banyak. Resleting tas sampai tak bisa tertutup. Aku mengeluarkan beberapa celana jeans sampai tas dapat ditutup. Uh, membuatku kesal!

Tas ranselku hanya mampu menampung setengah lusin kaos, tiga celana jeans panjang dan pendek beserta legging. Pakaian dalam dan peralatan mandi tak cukup walau aku memaksanya sampai benar-benar padat.

Aku mengambil tas lagi. Memungut pakaian yang aku keluarkan tadi dan memasukkan ke dalamnya beserta pakaian dalam, alat mandi dan make-up. Apa ini tidak berlebihan? Aku terlihat bersemangat sekali membawa dua tas hanya untuk liburan dua pekan.

Semua perlengkapan telah siap. Aku menyambar handphone yang ada di meja dekat ranjang lalu menghubungi nomor Alex.

“Ada apa Ellen?” Suara hangat Alex memenuhi telinga dan hatiku.

“Aku hanya memastikan kalau kamu sudah menyiapkan semua yang akan kita butuhkan.”

“Ya, semua siap! Apa itu saja yang mau kamu tanyakan? Bukannya kamu kangen setiap kali kita berpisah?” Alex selalu menggodaku dan pas sekali dengan apa yang sedang kupikirkan.

“Enak saja! Aku cuma mengingatkan, mobilmu juga harus diperiksa sebelum perjalanan jauh!” Aku merasakan pipiku merona.

Seperti biasanya, meskipun tak bertemu tiap hari kami selalu berbincang di telepon tiap malam sebelum tidur. Kadang sampai salah satu dari kami ketiduran. Dan lebih sering aku yang tertidur duluan. Pernah suatu hari sambungan telepon kami masih terhubung sampai keesokan paginya. Mengingatnya kembali, aku suka mendengar suara nafasnya yang terlelap.

***

Lihat selengkapnya