RANTAI TAKDIR

Tengku Dimas Permana
Chapter #1

Pertemuan

Keributan perang berkecamuk. Pedang bersilang, panah meluncur. Zhahir, terluka parah, terjatuh ke tanah.


Prajurit Majapahit: "Ha! Akhirnya kau menyerah, Pangeran Zhahir!"

Prajurit itu mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, bersiap untuk memberikan serangan terakhir. Tiba-tiba, seberkas cahaya menyilaukan menyinari Zhahir. Tubuhnya menghilang, meninggalkan para prajurit tercengang.

Mira, seorang arkeolog muda, sedang fokus meneliti sebuah prasasti kuno.

Mira: (bergumam) "Ukiran ini sangat menarik. Dua orang yang saling memandang dari jarak yang jauh. Sepertinya ada kisah cinta yang tersembunyi di balik prasasti ini."

Tiba-tiba, salah satu pekerja berteriak.

Pekerja: "Bu Mira! Ada orang pingsan di lubang penggalian!"

Mira berlari menghampiri pekerja tersebut. Di dasar lubang, tergeletak seorang pemuda dengan pakaian usang. Wajahnya pucat dan penuh luka.

Mira: terkejut "Cepat, bawa dia ke tenda pertolongan pertama!"

Zhahir mulai siuman. Matanya berkedip-kedip, berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.

Zhahir: "Di mana ini? Apa yang terjadi?"

Mira: berusaha tenang, namun nada suaranya terdengar ragu "Tenang, Tuan. Anda ditemukan pingsan di lokasi penggalian. Nama saya Mira. Saya seorang arkeolog."

Zhahir menatap Mira dengan bingung. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi.

Zhahir: "Aku... aku adalah Pangeran Zhahir dari Samudra Pasai. Aku sedang berperang melawan Majapahit..."

Mira mengerutkan keningnya. Cerita Zhahir terdengar terlalu fantastis untuk dipercaya.

Mira: dengan nada skeptis "Maaf, Tuan. Cerita Anda terdengar sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin seseorang dari abad ke-14 bisa tiba-tiba muncul di sini?"

Zhahir: "Percayalah padaku, Nona. Aku tidak berbohong. Aku terluka parah di medan perang dan tiba-tiba saja aku berada di sini."

Mira: menyilangkan tangannya di dada "Maaf, tapi saya membutuhkan bukti yang lebih kuat. Cerita tentang perjalanan waktu hanya ada di film-film."

Zhahir: "Kau tidak percaya padaku?"

Mira: "Saya seorang ilmuwan, Tuan. Saya percaya pada fakta dan bukti, bukan dongeng."

Zhahir terlihat kecewa. Ia mencoba mencari cara untuk meyakinkan Mira.

Zhahir: "Baiklah, jika begitu, coba tanyakan padaku tentang sejarah Samudra Pasai. Aku akan menjawab semua pertanyaanmu."

Mira: mengangguk "Baiklah. Coba jelaskan tentang sistem pemerintahan di Samudra Pasai pada masa itu."

Zhahir pun menjelaskan dengan detail, mulai dari struktur pemerintahan, sistem sosial, hingga hubungan diplomatik dengan kerajaan lain.

Mira: terkesan "Anda tahu banyak sekali tentang sejarah Samudra Pasai. Tapi itu tidak membuktikan bahwa Anda benar-benar berasal dari masa lalu. Mungkin saja Anda seorang sejarawan yang sangat berbakat."

Zhahir menghela nafas.

Zhahir: "Aku tidak tahu lagi harus bagaimana meyakinkanmu."

Mira duduk di depan seorang detektif, wajahnya tampak serius.

Mira: "Jadi, saya menemukan seorang pria pingsan di lokasi penggalian. Dia mengaku dirinya adalah seorang pangeran dari abad ke-14 bernama Zhahir."

Detektif: mengangkat alis "Pangeran dari abad ke-14? Nona, ini tahun 2023."

Mira: "Saya tahu kedengarannya tidak masuk akal, tapi dia menceritakan detail sejarah Samudra Pasai dengan sangat akurat. Saya khawatir ada sesuatu yang tidak beres."

Detektif: "Mungkin dia mengalami gangguan jiwa atau amnesia. Kita perlu melakukan pemeriksaan medis terlebih dahulu."

Sementara itu, Zhahir yang merasa tidak enak badan, memutuskan untuk mencari Mira. Ia menemukan Mira sedang berbicara dengan seorang polisi.

Zhahir: "Mira, apa yang sedang terjadi?"

Detektif menatap Zhahir dengan curiga.

Lihat selengkapnya