Setelah beberapa hari mereka kembali ke rumah mira dan menggabungkan semua fakta yang terkuak
Di Rumah Mira
Mereka bertiga duduk melingkar di ruang tamu, pikiran mereka masih penuh dengan informasi yang baru saja mereka dapatkan.
"Jadi, cincin ini adalah kunci untuk mengakhiri rantai takdir, dan Zhahir adalah orang yang terikat dalam rantai itu," ujar Anya, mencoba mencerna semua informasi.
"Tapi, bagaimana cara kita mengakhiri rantai takdir ini?" tanya Mira, khawatir.
Zhahir menatap cincinnya, "Aku rasa kita harus memulai dengan memahami lebih dalam tentang rantai takdir ini. Mungkin ada petunjuk lain yang belum kita temukan."
Mereka menghabiskan waktu berhari-hari untuk meneliti berbagai buku kuno dan artefak. Namun, mereka tidak menemukan petunjuk yang lebih jelas.
"Aku punya ide," kata Mira tiba-tiba. "Kalau begitu, kita coba saja teori pria tua itu. Jika cincin ini bereaksi terhadap darah yang terikat oleh rantai takdir, maka kita bisa membuktikannya."
Zhahir ragu-ragu, "Tapi, bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk?"
"Kita harus mengambil risiko, Zhahir. Ini satu-satunya cara untuk mengetahui kebenarannya," tegas Mira.
Dengan hati-hati, Zhahir melukai sedikit lengannya dan meneteskan darahnya ke atas cincin. Seketika, cincin itu memancarkan cahaya yang sangat terang. Zhahir merasa tubuhnya ditarik ke dalam pusaran cahaya.
"Zhahir!" teriak Mira dan Anya.
Di depan mata mereka, Zhahir menghilang.
Di Istana Samudra Pasai, Abad 14
Zhahir memasuki istana dengan langkah pasti. Para pengawal dan pelayan yang melihatnya langsung berseru terkejut.
Pengawal: "Yang Mulia Pangeran! Syukurlah Anda kembali dengan selamat!"
Pelayan: "Kami mengira Anda tidak akan pernah kembali, Yang Mulia."
Zhahir tersenyum tipis, "Terima kasih atas doa kalian semua."
Ia berjalan menuju singgasana ayahnya, Raja Samudra Pasai.
Raja: "Zhahir! Anakku! Kau selamat!" Raja itu memeluk putranya erat.
Zhahir: "Bapak, saya berhasil mengalahkan pembunuh bayaran itu. Namun, setelah pertempuran, saya pingsan. Saat saya sadar, saya sudah berada di sini kembali."
Para hadirin di istana berbisik kagum mendengar cerita Zhahir.