RANTAI TAKDIR

Tengku Dimas Permana
Chapter #17

"Kal"

Zhahir memasuki pendopo, matanya langsung tertuju pada Mira yang sedang sibuk menata buku-bukunya.


Zhahir: "Mira, aku kembali."


Mira menoleh, senyum merekah di wajahnya.


Mira: "Zhahir! Kau sudah kembali. Aku sangat khawatir."


Zhahir: "Aku baik-baik saja, Mira. Kita telah memenangkan pertempuran di Peurlak."


Mira: (memeluk Zhahir) "Aku sangat senang mendengarnya. Aku takut terjadi sesuatu padamu."


Mereka duduk berdampingan, suasana menjadi hangat.


Mira: "Aku ingin kembali ke masa depan, Zhahir. Aku rindu Anya. Dan aku ingin memberitahunya semua yang telah terjadi."


Zhahir: "Aku akan pergi kemanapun kau pergi, Mira. Sekarang aku bukan lagi seorang putra mahkota. Aku bebas untuk memilih jalan hidupku sendiri."


Mira: "Benarkah? Kau mau ikut denganku?"


Zhahir: "Tentu saja."


Keesokan harinya, Zhahir menulis surat untuk Zuhra.


Surat dari Zhahir


Zuhra yang terkasih, Aku akan pergi ke suatu tempat yang jauh. Aku perlu menemukan sesuatu yang sangat penting bagiku. Tolong jaga baik-baik kerajaan ini. Aku akan kembali suatu saat nanti.

Dengan penuh kasih, Kakakmu, Zhahir

Zuhra membaca surat itu dengan hati yang berat. Ia tahu bahwa kakaknya sedang mengejar cintanya, namun ia tidak tahu siapa wanita yang dimaksud.


Zuhra: dalam hati "Kemana Kakak akan pergi? Siapakah wanita yang membuat Kakak sebahagia ini?"


Zuhra memutuskan untuk tidak menghalangi kepergian kakaknya. Ia tahu bahwa Zhahir membutuhkan kebebasan untuk mengejar kebahagiaannya.



Zhahir dan Mira tiba di rumah kecil Mira. Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan ruangan yang penuh dengan buku-buku dan artefak kuno. Di sudut ruangan, Anya tertidur pulas di meja, dikelilingi tumpukan buku sejarah.


Mira: "Anya!"


Anya terlonjak kaget, matanya membulat saat melihat Zhahir dan Mira berdiri di depannya.


Anya: "Kalian! Kalian sudah kembali?"


Mira langsung berlari memeluk Anya erat-erat, air mata haru mengalir di pipinya.


Mira: "Aku sangat merindukanmu, Anya."


Zhahir tersenyum melihat kedekatan mereka. Ia bergabung dalam pelukan itu.


Zhahir: "Kami sudah kembali, Anya. Dan kami punya banyak cerita untuk diceritakan padamu."


Setelah ketiganya duduk, Zhahir dan Mira mulai bercerita tentang petualangan mereka di masa lalu, tentang pertempuran di Samudra Pasai.


Anya: (tertawa geli) "Jadi, sekarang kalian sudah berbaikan?"


Wajah Mira memerah.


Mira: "Anya!"


Zhahir hanya tersenyum menanggapi godaan Anya.


Suasana menjadi lebih serius ketika Anya menceritakan tentang keanehan yang terjadi di situs penggalian.


Anya: "Ada sesuatu yang sangat aneh. Kal, salah satu arkeolog di situs penggalian, bertindak mencurigakan. Aku melihatnya mengambil beberapa artefak kuno dan memasukkannya ke dalam tasnya. Aku yakin dia mencuri artefak-artefak itu."


Lihat selengkapnya